Jayapura, Jubi- Pieter Wamea aktivis lingkungan dan Sekretaris Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) Gereja Kristen Injili (GKI) Pengharapan Kota Jayapura mengatakan, untuk benahi sampah di Kota Jayapura harus dimulai dari hulu sungai.
“Percuma kita bersihkan laut di Teluk Humbolt dan Teluk Youtefa tetapi sampah sampah plastik yang dibuang lewat sungai-sungai ,”kata Pieter Wamea kepada jubi.id di sela sela pertemuan dan pelatihan KPKC Klasis Port Numbay di GKI Bukit Zaitun Kota Jayapura, Jumat (10/6/2022).
Dia menambahkan Kali Anafre di muara Teluk Humbolt saja selalu membawa sampah sampah plastik dari hulu sungai yang berasal dari banyak permukiman. “ Ada tiga sungai atau kali yang terdapat di Kota Jayapura bermuara di Teluk Humbolt antara lain kali APO UD 45, Kali Mati, Kali Anafre,”katanya seraya menambahkan ada kali lain juga di Dok VII, Dok II dan Kali Dok IX.
Namun lanjut dia hanya Kali Anafre yang banyak membawa sampah dan juga diduga ada kegiatan pendulangan emas di hulu. Sehingga kali tersebut berwarna keruh atau coklat. “Sedimentasi dari kali semakin merusak terumbu karang dan laut semakin berwarna keruh,”katanya.
Hal senada juga dikatakan Krist Ansaka mantan aktivis lingkungan dari Yayasan Pengembangan Masyarakat Desa (YPMD)-Papua. “ Mestinya kesadaran untuk membuang sampah harus dimulai dari keluarga dan selanjutnya lingkungan RT termasuk warga jemaat di gereja,”kata Ansaka. Dia menambahkan ketegasan pemerintah dalam menerapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 13 tahun 2017 tentang penyelenggaraan kebersihan di Kota Jayapura. “Ketegasan penegakan Perda ini penting, agar ada efek jera bagi mereka yang melanggar, sebab selama ini tidak pernah ada tindakan tegas,”kata Ansaka.
Menanggapi masalah penindakan para pelanggar dan pembuang sampah sembarangan, kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Jayapura Agustinus Ondy memang selama ini belum ada tindakan. “Tetapi saya yakin ke depan pasti ada yang bisa ditindak, percaya cepat atau lambat pasti ada,”katanya.
Menurut dia penanganan sampah di Kota Jayapura ini sebenarnya bagaimana semua warga terlibat dan berusaha agar setiap tahun debit sampah harus berkurang sehingga para petugas kebersihan dan bank sampah semakin tertangani dengan baik.
“Sampah pertahun di Kota Jayapura sudah mencapai 8000 ton per tahun dengan jumlah penduduk mencapai 400 ribu penduduk,”kata Agustinus Ondy kepada jubi.id usai memberikan materi dalam pelatihan KPKC se Klasis Port Numbay, Jumat (10/6/2022) pagi.
Lebih lanjut kata Ondy, rata-rata timbunan sampah per hari sebanyak 273 ton (dihitung berdasarkan jumlah penduduk kota sebanyak 4 ribu lebih), namun yang baru tertangani 82 persen. Jumlah ini diukur berdasarkan jumlah armada sampah, yaitu 34 dump truck dan 15 truk ambrol. “Sampah diangkut ke TPA, sampai di TPA melalui jembatan timbang. Sampah yang dominan sampah rumah tangga dengan komposisi sampah seperti plastik kemasan, kantong plastik kresek, dan botol plastik,” kata Ondy.
Selain itu mengutip sampahlaut.id menyebutkan pada 2020 lalu jumlah penduduk Kota Jayapura sebanyak 303 760 jiwa dengan timbunan sampah 5948,24 ton dengan catatan sampah yang diangkut 1278, 87 ton dan sampah yang ditanam sejumlah 124,91 ton.
Sementara itu menurut Koordinator KPKC Klasis Port Numbay Pdt Anike Mirino bersama warga jemaat di Teluk Youtefa pernah sehari pada Maret 2022 lalu telah mengumpulkan sampah khususnya di hutan bakau atau hutan perempuan di Teluk Youtefa sebanyak 3000 kilogram atau tiga ton sampah plastik dan sampah lainnya.(*)
Discussion about this post