Sentani, Jubi – Salah seorang musisi reggae Papua yang tergabung dalam Komunitas Rasta Kribo Papua mengatakan musik reggae dari negara-negara kulit hitam telah berhasil menjadi daya tarik dunia lewat keunikan mereka memperkenalkan jati diri lewat lagu-lagunya.
Yosua L Birkesan, ketua Grup Band ‘Black Nix Family’, salah satu dari 10 Grup Band Reggae Papua yang tampil dalam acara konser musik reggae ‘Tribute Bob Marley’, Selasa (6/2/2024), mengatakan mereka terinspirasi dari musisi-musisi negara kulit hitam. Menurutnya gaya, ciri khas, dan budaya mereka menonjol sehingga menjadi daya tarik yang unik. Disisi lain musisi-musisi itu memperkenalkan jati diri mereka, melalui lagu-lagu-lagu reggae.
“Kami orang kulit hitam di Papua ini [harus] bisa maju dalam musik reggae seperti orang lain. Mereka kulit hitam sama seperti kita, beda negara seperti Bob Marley, [termasuk] Lucky Dube, Jacob Miller, Damian Marley, Michael Rose dan sebagainya. Dengan dong pu gaya itu mereka tampilkan identitas mereka,” kata Birkesan disela-sela konser musik di Cemara, Jalan Raya Sentani-Abepura, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (6/2/2024).
Sebanyak 10 Grup Band Reggae Papua tampil dalam acara konser musik reggae yang diselenggarakan Komunitas Rasta Kribo Papua, dalam rangka ‘Tribute to Bob Marley’. Kesepuluh grup band musik reggae tersebut yakni ‘De Sagoo, Barabib Band, Uncle Mario, Meeuwodide Band, Nolakla Band, Ramsel Band, Mayyon One, Anak Danau Band, Dreadlog Rasta, dan Black Nix Family.
Masing-masing grup band membawakan lagu-lagu Bob Marley dan tampil di panggung dengan menampilkan ciri khas gaya Bob Marley. Sebagian besar mereka yang tampil tentu saja berambut gimbal, dan tampak begitu menikmati menyanyikan lagu-lagu Bob Marley, sambil diikuti para penggemar dan penonton.
Birkesan, vokalis Grup Band ‘Black Niks Family’ asal Pegunungan Bintang itu merasa senang dengan acara tersebut. Sekaligus ia bersyukur karena grupnya baru diterima dalam Komunitas Rasta Kribo Papua dan berkesempatan tampil dalam acara konser reggae merayakan 79 tahun lahirnya Bob Marley, sang legenda reggae. Birkesan berharap bersama komunitas tersebut bisa memperkenalkan budaya, ciri khas Papua kepada kepada orang luar.
“Kami bertujuan memperkenalkan setiap budaya, bahasa dari setiap suku di Tanah Papua melalui musik,” kata vokalis reggae akustik itu.
Vokalis Grup Band ‘De Sagoo’ Boy Erari juga menyampaikan apresiasi kepada grup band di Jayapura karena masih konsisten menggunakan dengan alat-alat musik lengkap. Pasalnya menurut Erari, ditengah maraknya musik serba instan berbasis komputer maupun aplikasi-aplikasi lainnya, mulai meminggirkan alat musik asli. Ia berpesan pula kepada grup-grup band Jayapura agar pertahankan semangat dan saling mendukung agar konsisten berkarya tanpa terpengaruh dengan apa yang ia sebut sebagai musik-musik instan.
“Saya berpesan, bahwa kita tetap semangat, tetap bermusik, berkarya membawa nama Papua. Tanah Papua jangan hanya dikenal dengan sepak bola, alamnya saja, tetapi juga kita berjuang melalui seni musik dan harus perkenal potensi-potensi musikndari Papua,” ujar Erari.
Ketua Komunitas Rasta Kribo Papua, Tedi Tebai berpesan kepada grup band dan musisi lokal pada umumnya, serta seniman musik Papua apapun genre musik dan latar belakang seninya, agar maju dengan apa yang ada. Dia mengajak agar menjadikan Komunitas Rasta Kribo Papua menjadi ‘rumah bersama’ seni musik, khususnya reggae, di Tanah Papua. “Kita sama-sama memajukan Tanah Papua dari bidang seni musik reggae, bersama grup-grup band reggae di Papua,” ujarnya. (*)