Enarotali, Jubi – Festival Budaya Danau Paniai pertama kali resmi digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paniai, Papua Tengah, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Festival ini berlangsung di Pelabuhan Aikai, Distrik Paniai Timur, pada Rabu (23/10/2024).
Festival yang berlangsung selama dua hari (23-24 Oktober 2024) ini diramaikan oleh ribuan masyarakat, termasuk masyarakat adat dari 24 distrik yang hadir dengan mengenakan pakaian adat. Hadir pula sejumlah pejabat, termasuk Penjabat (Pj) Gubernur Papua Tengah yang diwakili oleh Plt Assisten I Setda Papua Tengah, Dr. Menase Kadepa, Pj Bupati Paniai Dr. Martha Pigome, serta pejabat dari kabupaten tetangga seperti Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, Puncak, dan Puncak Jaya.
Pj Bupati Paniai, Dr. Martha Pigome, menuturkan bahwa festival ini bertujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata dan budaya yang dimiliki Kabupaten Paniai, khususnya kawasan Danau Paniai yang indah.
“Festival Danau Paniai adalah upaya pemerintah daerah untuk mengangkat destinasi wisata di Paniai, serta melibatkan masyarakat adat yang masih memelihara nilai-nilai luhur dan adat istiadat,” ujar Pigome usai pembukaan festival.
Ia menambahkan, festival ini juga selaras dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang mengamanatkan bahwa pariwisata harus dikelola secara berkelanjutan dan berbasis pada keanekaragaman alam, budaya, dan kearifan lokal.
Pigome berharap, melalui festival ini, potensi kebudayaan dan pariwisata Paniai dapat dikenal luas, baik di dalam negeri maupun di mancanegara.
“Kami berharap festival ini berdampak pada pengembangan ekonomi masyarakat dan pengembangan kebudayaan serta pariwisata daerah,” kata Pigome.
Sebagai bentuk komitmen, Pj Bupati berencana menganggarkan dana untuk festival yang lebih meriah pada tahun 2025, dengan harapan festival ini akan terus berlanjut dan menjadi agenda tahunan.
“Festival ini adalah pesta rakyat dan upaya mendorong pengembangan perekonomian masyarakat,” tegasnya.
Ketua Panitia Festival Budaya Danau Paniai, Naftali Tebai, menyebutkan bahwa pada hari kedua akan digelar sejumlah perlombaan, seperti cerita rakyat dari empat suku, yakni Mee, Moni, Wolani, dan Auye. Selain itu, akan diadakan pesta adat Yuwo, emaida, dan bakar batu sebagai bagian dari tradisi masyarakat setempat.
Pj Gubernur Papua Tengah yang diwakili oleh Dr. Menase Kadepa menambahkan bahwa sektor pariwisata dapat menjadi pilar pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta mendukung pelestarian budaya dan tradisi lokal.
“Kompetisi seni dan budaya dalam festival ini dapat mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berinovasi dan menciptakan karya-karya baru,” ujar Kadepa.
Ia juga berharap ke depan festival budaya seperti ini dapat menggabungkan elemen teknologi modern untuk menciptakan inovasi baru dalam penyampaian budaya, misalnya melalui proyeksi visual atau teknologi interaktif.
Selain sebagai ajang hiburan, festival ini diharapkan mampu menjadi daya tarik wisatawan, baik nasional maupun internasional. Festival yang menghadirkan seni, musik, dan kuliner lokal ini dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.
“Festival ini penting untuk menjaga kelestarian budaya dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekayaan budaya lokal,” tutup Kadepa.
Festival ini juga mendukung target pembangunan daerah yang berkelanjutan, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024, yang memprioritaskan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!