Jayapura, Jubi – Festival Film Papua atau FFP VI 2023 untuk keenam kalinya akan kembali digelar pada 7-9 Agusus 2023 dengan Kota Jayapura sebagai tuan rumah penyelenggaraan.
Ketua Panitia Festival Film Papua VI, Iren Fatagur, mengatakan sejak 12-18 Juni 2023, Papuan Voices telah membentuk panitia dan menentukan tema yaitu “Dari Kampung Kitong Cerita” yang menjadi tema sentral FFP VI 2023.
“Ada pula beberapa tema kecil yang telah dibahas di antaranya mengenai pangan, perubahan sosial, sejarah dan identitas, kearifan lokal, perempuan dan anak, serta potret buruk perampasan tanah,” kata Fatagur saat jumpa pers di Sekretariat Papuan Voices di Waena, Kota Jayapura, Senin (10/7/2023).
Bentuk festival yang dibuat, katanya, dibagi menjadi dua yaitu nonton dan diskusi serta workshop. Di dalam workshop ada tiga kegiatan yang diangkat, pertama mengenal dan berdiskusi tentang ragam pendekatan yang bisa digunakan oleh film maker dalam bentuk film dokumenter.
Kedua, mendalami pengetahuan tentang siklus dokumenter terutama dalam merancang kegiatan ekpedisi dan apresiasi. Ketiga, mendalami pengetahuan tentang durasi film sebagai bagian dari siklus dokumenter.
“Setelah workshop dilakukan baru dilakukan nonton bersama dan diskusi,” katanya.
Ketua Papuan Voices, Harun Rumbarar, menjelaskan dari hasil Kongres Papuan Voices 2022 di Biak, seharusnya penyelenggaraan FFP VI digelar di Wamena. Tetapi karena beberapa hal dan kondisi situasi Wamena yang tidak memungkinkan, sehingga menjadi alasan utama untuk memindahkan Festival Film Papua VI ini kembali ke Kota Jayapura.
Festival Film Papua tahun ini lebih difokuskan tentang isu yang lebih sederhana dengan mengangkat tema tentang kondisi dan situasi kebudayaan, isu-isu yang berkaitan dengan masyarakat.
Dengan tema “Dari Kampung Kitong Cerita”, diharapkan adanya cerita-cerita yang lebih difokuskan yang ada di kampung, cerita yang diangkat dan direkam oleh komunitas Papuan Voices di seluruh Papua.
“Di FFP VI ini kita tidak menyelenggarakan kompetisi seperti biasa. Kali ini hanya menyelenggarakan festival dan beberapa acara seperti workshop dan nonton bersama produksi film,” kata Rumbarar.
Ia menambahkan di FFP VI 2023 akan ada belasan film dokumenter yang telah diproduksi oleh Papuan Voices, namun karena tidak ada kompetisi sehingga film yang masuk hanya dilakukan apresiasi.
“Kami akan menghadirkan sutradara, nonton bersama, lalu akan mendapatkan respons dari berbagai kaca mata orang untuk melihat film ini mempunyai potensi atau pun kekuatan seperti apa,” jelas Rumbarar.
“Tahun ini lebih kepada menentukan atau menceritakan langsung isi dari kisah. Jadi, Papuan Voices bercerita atau pun kita ingin menyampaikan ke orang lain di kampung itu ada cerita. Jadi lebih banyak internal atau penguatan kapasitas dalam kaitannya teman-teman yang melakukan produksi film,” pungkasnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!