Jayapura, Jubi – Pemerintah daerah di Provinsi Papua Pegunungan, baik pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten, didesak agar segera mendirikan pusat kebudayaan atau museum di wilayah ini.
Desakan tersebut disampaikan oleh Kurator Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih, Enrico Y. Kondologit bersama Dewan Adat, pelaku dan pemerhati budaya Papua, melalui siaran pers kepada Jubi di Jayapura Papua, Senin (30/9/2024).
“(Kami) Mendesak pemerintah daerah Papua Pegunungan agar segera merencanakan, untuk mendirikan pusat kebudayaan dan atau museum di wilayah Papua Pegunungan, sebagai wadah atau tempat untuk menyimpan, melindungi, mempublikasi dan edukasi bagi masyarakat dan generasi muda Papua,” demikian siaran pers tersebut.
Desakan tersebut berkaitan dengan rencana hibah atau pengembalian benda-benda atau artefak budaya Papua Pegunungan koleksi Dr. OW/Hampton, yang diperoleh dalam masa riset di pegunungan Papua tahun 1970-an sampai 1999, khususnya dari suku Hubula, Yali dan Lani dari Tracing Pattern Foundation di California Amerika Serikat, berupa sejumlah artefak, foto, audio dan catatan lapangan (1.200 benda budaya, 20.000 foto, 200 audio).
Rencana tersebut kemudian direalisasi melalui kerja sama antara Tracing Pattern Foundation dengan Museum Loka Budaya Uncen pada tahun 2023, sebagai salah satu museum pertama dan tertua di Tanah Papua.
Usaha pengembalian hibah koleksi benda budaya Papua itu, dilakukan sejak tahun 2023. Dan dalam proses pengiriman kembali ke Papua. Menurut rencananya, koleksi-koleksi itu harus tiba di Tanah Papua pada akhir November 2024.
Namun, hal itu membutuhkan bantuan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan, terutama terkait biaya dari Amerika ke Jayapura melalui Jakarta.
Museum Loka Budaya Uncen telah berkomunikasi dengan berbagai pihak, khususnya Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan melalui Penjabat Gubernur Velix Wanggai, sejak Maret 2024. Namun, hingga kini belum ada respons dari Pemprov Papua Pegunungan, Pemkab Lanny Jaya dan Pemkab Yalimo.
Upaya tersebut bahkan didukung Dewan Adat Papua, Dewan Adat Hubula, dan Ikatan Mahasiswa Papua Pegunungan di Tanah Papua dan luar Papua (Jawa, Sumatera, Sulawesi).
“Pengembalian benda-benda budaya Papua Pegunungan dari Amerika ke Papua sangat urgen. Karena benda-benda tersebut merupakan bukti peninggalan warisan leluhur orang Papua dari pegunungan, secara khusus dari Hubula, Lani, Yali dan sekitarnya,” demikian siaran pers tersebut.
Pengembalian benda-benda budaya Papua Pegunungan dari Amerika ke Papua juga penting, karena terdapat beberapa benda sakral.
“Apabila sampai awal Oktober 2024 belum ada respons atau jawaban dari Pemda Provinsi Papua Pegunungan melalui Pj. Gubernur dan Pj. Bupati, maka proses pengembalian hibah benda-benda budaya/artefak Papua Pegunungan dari Amerika ke Papua terancam batal.”
Penjabat Gubernur Velix Wanggai juga diminta seriusi budaya Papua, dengan memfasilitasi pengembalian benda-benda budaya Papua, dari Amerika ke Tanah Papua.
Dewan adat, lembaga adat, mahasiswa dan masyarakat Papua Pegunungan juga diminta untuk mendorong pemerintah dalam membantu pembiayaan, terkait pemulangan benda-benda budaya Papua. (*)