Jayapura, Jubi – Dinas Pertanian dan Pangan Papua mendorong masyarakat Kabupaten Lanny Jaya untuk mengubah siklus masa tanam dan panen ubi jalar. Perubahan siklus tanam itu dibutuhkan untuk mengurangi risiko panenan tanaman pangan rusak karena cuaca ekstrem seperti hujan es.
Hal itu dinyatakan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua, Semuel Siriwa di Jayapura, Kamis (4/8/2022). Menurutnya, perubahan siklus masa tanam merupakan salah satu upaya mitigasi cuaca ekstrem yang menimbulkan embun beku yang saat ini terjadi di Kampung Kuyawage, Lauren dan Jugu Nomba.
Siriwa menyatakan sudah ada penelitian ilmiah tentang fenomena cuaca dingin ekstrem di Kabupaten Lanny Jaya. Penelitian itu menyimpulkan cuaca dingin dengan fenomena embun es terjadi pada periode yang tertentu, dan bisa diatasi denga budidaya ubi jalar lokal.
Jika fenomena hujan es dan embun es berulang pada Juli dan Agustus, maka siklus masa tanam dapat dimajukan, sehingga tanaman bisa dipanen lebih awal. “Masyarakat setempat sudah sangat pintar bagaimana cara budidaya ubi jalar, tapi mungkin kurang antisipasi untuk menyiapkan ketersediaan komoditas itu dalam menghadapi peristiwa alam embun beku,” ujarnya.
Siriwa menilai masyarakat setempat juga sudah lebih memahami bagaimana cara menyimpan ubi jalar di dalam tanah, sehingga bisa dipanen secara bertahap. Hanya saja, kata Siriwa, program beras raskin dan beras murah secara tidak langsung mengubah pola konsumsi masyarakat.
Untuk itu, pemerintah harus terus pertahankan pangan lokal. “Jadi sebenarnya kalau ada pertanyaan kalau tidak ada pangan dari luar tong di Papua bisa hidup kah? Jawabannya, sangat bisa, sebab pangan lokal kita sangat potensial. Jadi memang tidak semua program bisa tepat, karena tetap harus melihat kearifan lokal masing-masing daerah,” tutupnya. (*)
Discussion about this post