Jayapura, Jubi – Komite Nasional Papua Barat atau KNPB tetap menganggap umat Tuhan di Tanah Papua, tidak merayakan Natal sejati. Walau Tanah Papua dipercaya sebagai Tanah Injil dan Tanah Damai oleh beberapa pihak, namun yang ada dan sedang disaksikan, hanyalah salib kematian dimana-mana.
Natal, bagi umat Kristiani yang percaya pada ajaran agama, seperti apa yang semua orang terjemahkan, bahwa yang ada dalam pikiran adalah menikmati sukacita, bahagia, gembira ria dan merayakan pesta kelahiran Yesus Kristus.
Namun, bagi KNPB bukan begitu, sesungguhnya suasana Natal telah tiada dan hilang di atas tanah air Papua Barat, sejak Indonesia menduduki wilayah teritorial.
“Bukankah kita sedang mati dalam hegemoni-hegemoni dan pesta seremonial dibanding kelahiran (Natal)..? Itu alasan konkrit yang sangat sederhana. Kita bicara begini, bukan karena kita kafir, tidak mengenal Natal [Yesus] atau terlalu kecewa terhadap situasi dan atau kecewa terhadap Tuhan. Jawabannya bukan itu, tetapi ini kita punya “_Rasa, jiwa dan Hati_” yang selalu tidak nyaman,” demikian siaran pers Badan Pengurus Pusat KNPB yang diterima Jubi, 25 Desember 2024.
KNPB membenarkan, Yesus Kristus benar-benar lahir di tempat yang paling jelek dan hina. Apakah kita masih mau memodifikasi diri kita, masih berlomba-lomba tuk menipu hati yang luka dengan minum obat penenang atau lakban luka yang bernanah lagi, supaya orang bilang kita baik-baik saja..? Ohw.. tidak kawan-kawan, itu namanya penuh kepalsuan kesadaran mental.
“Hari-hari kita sibuk dengan duka, penderitaan dan kematian dimana-mana, kita lihat seperti sampah dan itu bukti bahwa kita sedang menuju kematian [pemusnahan]. Sesungguhnya, bila kita sadar pasti saja “TIDAK” merayakan Pesta-pesta seperti ini dalam keadaan Tanah dan Rakyat Papua dalam kritis,” kata Warpo Sampari Wetipo,
Ketua I KNPB Pusat.
Tapi, ada baiknya juga, karena umat masih memulihkan dirinya sendiri dalam keadaan krisis. Umat terjajah merayakan Natal di hutan rimba pengungsian, di kos-kosan, di seluruh Lapas, dan lain-lain adalah cara dan gaya mereka menghadirkan Natal. Itu juga merupakan melawan secara damai tanpa kekerasan dalam ketidak pastian harapan hidup, karena mereka sadar. Situasi dan kondisi mencerdaskan iman keyakinan-Nya melihat diri dan realitas ancaman.
“Kelahiran Yesus (Natal) tidak membuat kita bodoh, tunduk dan terbelenggu dalam dosa2 kemunafikan iman dan ideologi. Trabisa begitu kawan-kawan..!!, ini saatnya Kita harus jujur terhadap Sang Natal, bahwa Kopu ruang tong trabisa siapkan baik, Kopu tempat dihancurkan oleh penguasa,..
“Bukan berarti kita menghindar, Kita akan segera siapkan diri untuk sambut Sang Natal. Walau tempatnya (hati & jiwa) terancam musnah. Bukan berarti kita menyerah, dan ikut mati bersama orang-orang mati, namun wajib bangkit mencari alternatif-alternatif kehidupan yang lebih baik.
Bagi umat terjajah [individu] silahkan buat atau ikut perayaan Natal, sebab itu hak seseorang dalam imaninya. Individu boleh pergi ke pesta Natal, minimal engkau bersaksi di hadapan Fir’aun kecil dan sesama umat terjajah lainnya,” . Wetipo dalam siaran pers KNPB.
KNPB Pusat mengeluarkan arahan nasional, bukan karena tidak mau ikut Yesus Kristus atau Gembala gereja dan atau tidak mau ikut ibadah dan menikmati kado-kado Natal serta bersalam-salaman disana sambil minum Coca-Cola. Tapi itu hanya kenyang dan bahagia sesaat dan sesaat saja… Sementara penderitaan dan perlawanan umat masih melekat dan berlanjut.
Kita masih pikul salib kematian, di balik kesadaran perlawanan kolektif dan perjuangan pemberontak damai tanpa kekerasan. Untuk Itu, kita berpikir maju, bangkit dan merebut kemenangan-kemenangan kecil di depan mata kita. Itu Natal bagi umat terjajah di dunia. Yesus sekalipun tahu hal itu, itu juga iman keyakinan kita. Sebab Sang Khalik adalah Maha adil dalam kebenaran sejati.
Solusi-Perayaan Natal,, Para pejuang wajib “tidak” merayakan Natal di gereja-gereja aset milik kapitalis dan juga mungkin milik kaum borjuasi lokal. Tapi, mari kita buat Natal di Lapas , panti asuhan, jalan-jalan raya, tempat-tempat pengungsian, atau sumbang sesuatu untuk kaum miskin dan anak terlantar. Intinya adalah KNPB dan umat terjajah di Papua, tidak ikut arus deras sampai mati dalam kebinasaan.(*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!