Jayapura, Jubi – Pemuda Katolik dari Suku Marind Merauke, Stenly Dambujai mengatakan Suara Kaum Awam Katolik Papua masih tetap menggelar aksi mingguan mereka yang memasuki pekan ke enam pada Minggu (11/11/2024) di Gereja Paroki Gembala Baik Abepura dan Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Kota Jayapura, Papua.
Menurutnya, walaupun dipandang merusak nama baik gereja katolik, namun mereka tetap lakukan aksi bisu di halaman gereja itu dengan menunjukkan tulisan dan poster protes atas Proyek Strategis Nasional atau PSN Merauke kepada umat.
“Kami mengkritisi pernyataan Uskup Mandagi yang mendukung terjadinya perampasan tanah adat kami. Sebagai bentuk protes, kami melakukan aksi mingguan di setiap gereja di Jayapura. Dan kami tidak akan berhenti, kami akan lakukan aksi bisu terus sampai ada tanggapan uskup Mandagi dan mau mendengarkan suara umat,” katanya kepada Jubi di Kota Jayapura Papua, Rabu (13/11/2024).
Dambujai mengkhawatirkan dengan adanya PSN Food State Merauke seluas 2 juta hektare, maka akan mempercepat transmigrasi yang artinya juga kepunahan masyarakat adat suku Marind yang ada di kampung Wogikel dan Wamam, Distrik Ilwayab Kabupaten Merauek, dan secara umum masyarakat adat di Papua Selatan.

“Bukan tidak mungkin, masyarakat adat setempat akan tersingkir dan musnah dengan pen-drop-an pasukan, masyarakat sipil dari luar dan lainnya atas nama PNS. Masyarakat akan benar-benar tersingkir dan mengalami marginalisasi, seperti burung-burung, ular, kasuari, cenderawasih dan lainnya melarikan diri lewat rawa, kali, sungai dan laut hingga ditangkap masyarakat,” katanya.
Dambujai berharap Tahta Suci Vatikan mendengar, bahwa kehadiran Uskup Mandagi di Merauke telah melukai hati dan perasaan umat setempat. Keberpihakan Mandagi pada penguasa dan perusahaan, menurutnya telah membuat umat Katolik di wilayah ini tergerus kepercayaannya pada pimpinan dan gereja Katolik.
Dari pantauan Jubi terhadap aksi aksi mingguan Kaum Awam katolik Papua pada pekan lalu, terlihat bahwa aksi bisu Kaum Awam ini mendapat perhatian dari hampir semua umat yang selesai misa keluar dari gereja. Kaum Awam Katolik Papua ini berdiri berjejeran memengang poster yang bertuliskan penolakan terhadahap PSN dan meminta Uskup mengklarifikasi pernyataan dukungannya di samping pintu utama gereja.
Sembari umat keluar dari gereja ada umat yang melihat dan mendekat lalu mengambil foto dan menyempatkan diri untuk membaca sejumlah tulisan pada poster atau pamphlet yang di pegang para peserta aksi.
Ada juga yang memperhatikan dari kejauhan, dengan keheranan sambil berbisik kepada teman terdekat seolah mempertanyakan aksi itu. Ada juga umat yang terlihat kesal dengan aksi itu sehingga mengarahkan umat lain untuk tidak memperhatikan aksi dan lansgung pulang ke rumah.
Jubi berusaha meminta pendapat kepada sejumlah umat atas aksi tersebut, namun mereka enggan menanggapi lalu mengarahkan Jubi untuk meminta tanggapan kepada Pastor. Jubi juga berupaya meminta keterangan dari aparat keamanan yang sempat memantau, namun mereka menolak memberikan keterangan.
Salah seorang peserta aksi Kaum Awam Katolik, Fanian Yobe, mengatakan bahwa reaksi umat di Paroki Kristus Terang Dunia Waena itu memang ada yang biasa saja, ada yang setelah keluar gereja langsung pulang tetapi ada sejumlah umat sambil pulang juga melihat dan membaca tulisan yang mereka usung. Ada umat juga memberikan apresiasi dan memberi dukungan dengan menyatakan “semangat-semangat ya”, dan bahkan ada pula yang memberikan uang.
“Ada seorang ibu dengan anak datang di depan kami, lalu dia memberikan uang Rp.100 ribu, lalu dia bilang ‘ade-ade ini untuk beli air’ begitu. Mereka membaca tulisan lalu mengangguk-anggukkan kepalanya,” kata Yobe.
Stenly Dambujai yang menggelar aksi mingguan di Gereja Paroki Gembala Baik Abepura memulai aksinya usai mengikuti misa. Begitu selesai pihaknya langsung ke halaman gereja dan berdiri berjejeran menunjukkan tulisan-tulisan yang ada di poster mereka.

“Saat kami lakukan aksi itu umat hanya lihat lalu pergi pulang, pastor di paroki gembala baik juga kami lihat acuh tak acuh. Saya sedikit emosi dengan sikap pastor terhadap umat yang seolah tidak peduli dengan penderitaan umat lain,” katanya.
Umat dukung Ensiklik Laudato SI Paus Fransiskus, tapi Uskup Mandagi dukung perusahaan
Koordinator aksi mingguan Kaum Awam atolik Kristianus Dogopia mengatakan bahwa mereka akan terus mendukung perjuangan umat Katolik di Kampung Wogekel dan Wanam yang mendukung ‘Ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus’.
“Saat ini umat katolik dari Kampung Wogikel dan Wanam, Distrik Ilwayab masih berjuang untuk mempertahankan tanah adat seluas 2 juta hektare sebagai rumah kehidupan dan keselamatan bersama. Sementara itu, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC mendukung pemerintah agar menjadikan lahan produktif tersebut sebagai rumah perusahaan,” katanya.
Dogopia menjelaskan sejak tahun 2015 lalu, Paus Fransiskus mengeluarkan Enskilik Laudato Si karena melihat fenomena pemanasan global. Perilaku manusia serakah yang konsumtif memiliki andil besar di balik ancaman terhadap masa depan populasi manusia di dunia ini.
Kristianus Dogopia mengatakan dalam artikel 145-146, dalam Ensiklik tersebut Paus menyatakan, ‘Banyak bentuk eksploitasi dan degradasi lingkungan yang sangat intensif tidak hanya menguras sumber daya setempat, tetapi juga melemahkan kemampuan sosial yang telah lama mendukung suatu cara hidup yang sejak lama memberi identitas budaya serta makna hidup dan bermukim bersama. Hilangnya satu budaya sama serius atau lebih serius daripada hilangnya spesies tanaman atau binatang. Pemaksaan gaya hidup yang dominan terkait dengan cara produksi tertentu dapat membawa kerugian sama besar seperti perubahan ekosistem. amat penting memberikan perhatian khusus kepada masyarakat adat dan tradisi budaya mereka’.
“Bagi Paus masyarakat bukan hanya obyek minoritas di tengah yang lain, tetapi mereka harus menjadi mitra dialog utama, terutama ketika proyek-proyek besar dikembangkan yang mempengaruhi wilayah masyarakat adat. Paus saat ini sangat memahami bahwa bagi dia tanah bukan harta ekonomis, tetapi pemberian dari Allah dan dari para leluhur yang dimakamkan disitu, ruang sakral yang mereka butuhkan untuk berinteraksi demi mempertahankan identitas dan nilai-nilai masyarakat adat,” tegas Dogopia.
Tetapi lanjutnya, Uskup Mandagi, selaku perpanjangan tangan dari Paus Fransiskus, justru mengambil sikap berbeda. Dogopia lagi-lagi menudingnya lebih mendukung pemerintah dan perusahaan.
“Kami harap, bahwa jika Uskup Mandagi tidak mau melakukan klarifikasi atas dukungan dan pernyataannya yang kontroversial, maka kami mohon agar Nuncio segera memperhatikan dinamika pastoral di Keuskupan Agung Merauke. Kalau tidak, Katolik di Papua Selatan hanya akan tinggal nama saja. Semoga menjadi kenangan abadi,” katanya.
Dilansir dari rri.co.id yang mengutip laman Vatican tentang Ensiklik kepausan, yaitu berupa surat edaran resmi yang diumumkan oleh Paus, biasanya untuk seluruh gereja secara luas dengan tujuan tertentu.
Ensiklik juga bertujuan untuk membahas isu-isu global terkini dalam bidang iman dan moral, untuk mencapai keadilan dan kebaikan bersama, serta untuk menguatkan persatuan gereja, serta persatuan dan kohesi di antara umat Katolik. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!