Enarotali, Jubi – Pembunuhan terhadap empat warga sipil pekerja jalan trans yang menghubungkan Kabupaten Bintuni dan Maybrat, Papua Barat oleh yang diduga TPNPB-OPM pada Kamis, (29/9/2022) merupakan sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji dan tidak manusiawi serta merendahkan martabat manusia.
“Kami menilai penghargaan terhadap kemanusiaan di tanah Papua dianggap tidak penting lagi dipandang oleh TPNPB-OPM terhadap masyarakat sipil warga non Papua yang berada di setiap daerah konflik bersenjata. Mereka hidup dengan penuh kecurigaan yang oleh TPNPB bahwa sebagai anggota intelijen sekalipun mereka adalah pekerjakan proyek,” kata Theo Hesegem, pembela HAM di tanah Papua, Rabu, (5/9/2022).
Menurut Theo Hesegem, TPNPB selalu menuding warga sipil non Papua bukan hanya sebagai karyawan proyek di tanah Papua melainkan Intelijen yang selalu memata-matai.
“Sehingga nasib teman-teman pekerja-pekerja proyek atau perusahaan di tanah Papua yang merupakan sebagai pekerja jembatan, sebagai ojek, sopir, selalu saja jadi korban dimoncong senjata dan alat tajam yang dimiliki oleh TPNPB OPM, dan nyawa mereka hanya melayang begitu saja di simpang jalan, di hutan atau tempat di mana mereka bekerja,” ucap Theo.
Untuk itu, pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok TPNPB OPM pada (29/9/2022) tehadap empat warga masyarakat non OAP merupakan tindakan yang sangat tidak manusiawi.
“Kalau dilihat dari videonya tindakan ini sangat sedih dan menyakiti sekali. Menurut saya tindakan keji dan tidak manusiawi yang dilakukan TPN-PB Sorong Raya adalah tindakan yang tidak terpuji dan tidak diterima oleh Tuhan Yesus,” katanya.
Menurut Theo, TPNPB OPM perlu mengetahui, jika membunuh dan menghilangkan nyawa manusia sebagai ciptaan Tuhan bukan kewenangan manusia, apalagi bukan sesama musuh.
“Sebagai pembela HAM, tindakan TPNPB di Sorong Raya sangat tidak terpuji dan tidak menghargai serta menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh setiap orang, sekalipun mereka dipandang sebagai warga non Papua. Jadi saya maksudkan, orang-orang yang diduga sebagai kelompok intelijen setidak-tidaknya harus ada rekaman suara mereka mungkin melalui video,” ucap Theo Hesegem.
Theo Hesegem mengingatkan kepada semua pihak bahwa perjuangan dengan cara menghilangkan nyawa orang, bukan mengakhiri masalah atau kekerasan dan bukan memperpendek perjuangan yang dicita-citakan tetapi justru memperpanjang perjuangan yang di cita-citakan.
“Ya, itu karena perjuangan dengan cara menghilangkan nyawa orang, pasti Tuhan tidak senang. Semua orang termasuk TPNPB perlu sadar dan ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah sesuai gambar dan rupanya sendiri. Untuk itu, siapapun yang menghilangkan nyawa manusia yang merupakan ciptaan Tuhan, akan mendatangkan murka atau amarah dari Tuhan sendiri,” ungkapnya.
Hesegem menyarankan TPNPB OPM dan Pemerintah Indonesia melalui anggota TNI dan Polri melakukan gencatan senjata. Karena masyarakat sipil orang asli Papua dan masyarakat warga non Papua sedang mengalami pertumpahan darah di tanah Papua.
Selain itu, ia juga menyarankan kepada pemerintah pusat perlu mempelajari bahwa pengiriman pasukan ke Papua bukan mempercepat proses penyelesaian, justru menambah masalah.
“Saya juga mengharapkan dan mengimbau, memang kalau antara TPNPB, TNI dan Polri hendak melancarkan perang menentukan tempat perang, agar masyarakat sipil tidak mengalami korban yang berdampak dari konflik bersenjata,” ujarnya.
Pemerintah Pusat juga diminta memahami dan mengerti kondisi sebenarnya yang terjadi di tanah Papua. Apalagi diketahui bahwa pemerintah pusat selalu berujar jika infrastruktur penting agar masyarakat Papua mendapatkan kesejahteraan. Tetapi perlu diingat dan diketahui bahwa pekerja-pekerja proyek di tanah Papua adalah warga non Papua yang sedang dibunuh dan dibantai oleh TPNPB OPM.
“Pemerintah pusat jangan anggap pengiriman pasukan di tanah Papua akan menyelesaikan masalah. Karena kami cermati, hal ini justru memancing masalah dan tidak pernah akan berakhir,” tutupnya. (*)