Jayapura, Jubi – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Rakyat Papua atau GempaR Papua menggelar aksi mimbar bebas. Aksi mimbar bebas ini digelar bertepatan dengan hari ulang tahun atau HUT ke-9 GempaR Papua, pada Jumat (4/11/2022), di Asrama Liborang Padangbulan, Kota Jayapura.
Folo Maniek, koordinator lapangan umum, saat melakukan orasinya mengatakan bahwa mendiang Filep Jacob Semuel Karma merupakan tokoh bangsa Papua yang konsisten memperjuangkan kemerdekaan Papua. Oleh karena itu, Maniek menegaskan bahwa hilangnya nyawa Filep harus diusut tuntas.
“Filep Karma adalah tokoh bangsa Papua yang memperjuangkan nasib rakyat Papua yang tertindas. Dia seorang tokoh bangsa Papua. Rakyat datang menuntut pihak penegak hukum melakukan investigasi, agar rakyat mengetahui hak kebenaran dari kematian Filep Karma,” katanya.
“Kita tidak hanya diam saja, tetapi terus bersuara agar proses investigasi dilakukan,” imbuhnya.
Filep Karma adalah tokoh pergerakan kemerdekaan Papua yang dikenal luas di Tanah Papua. Ia merupakan salah satu penyintas tragedi Biak Berdarah yang terjadi di Kabupaten Biak Numfor pada 6 Juli 1998.
Sejumlah tuntutan yang disampaikan dalam aksi mimbar bebas HUT GempaR Papua antara lain mendesak Komnas HAM RI segera melakukan investigasi kasus pembunuhan tokoh politik bangsa Papua, Filep Karma, pada 1 November 2022 lalu di pantai Base G, Kota Jayapura.
Selain itu, GempaR juga meminta agar Komnas HAM RI segera menetapkan kasus empat warga sipil korban mutilasi di Timika dan segera hentikan pelanggaran HAM di Provinsi Papua.
“Menolak diskriminasi, rasisme, penjajahan, penangkapan aktivis pro-demokrasi,” tegasnya
GempaR Papua juga menuntut kepada Pemerintah Indonesia dan Komnas HAM RI bertanggung jawab serta terlibat aktif secara adil dan demokratis dalam menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap masyarakat Papua.
Ketua GempaR Kota Jayapura, Varra Iyaba, dalam orasinya mengatakan bahwa kematian Filep Karma ada sangkut pautnya dengan Pemerintah Jakarta.
“Saya berharap kepada Komnas HAM RI segera usut tuntas kasus empat warga sipil korban mutilasi di Timika secara demokratis dan adil,” katanya.
Iyaba mengingatkan bahwa Papua bukan tanah kosong yang artinya Papua ada orang yang menghuni yang manusianya berkulit hitam dan rambut keriting.
“Tutup mata, lawan balik,” tegasnya. (*)
(Tulisan ini merupakan kontribusi dari Amatus, mahasiswa Jurusan Jurnalistik Universitas Muhammadiyah Papua yang sedang magang di Jubi)