Enarotali, Jubi – Gabungan massa aksi damai Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia atau (AMPTPI) bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI – WP) memperingati 61 tahun Deklarasi Kemerdekaan West Papua, Kamis, 1 Desember 2022.
Aksi damai memperingati 61 Tahun deklarasi kemerdekaan West Papua digelar di depan Kedubes Amerika. Peserta aksi juga melakukan long march menuju Seberang istana Presiden (Taman Aspirasi), namun dihadang aparat dan diarahkan agar melanjutkian aksi di Patung Arjuna Wijaya Monas Jakarta Pusat.
Ambrosius Mulait, Sekjen AMPTPI mengatakan, massa aksi melakukan orasi politik mendesak Pemerintah Indonesia untuk memberikan hak politik kemerdekaan bangsa West Papua 1 Desember 1961 dan menolak kebijakan rasis Otonomi Khusus (Otsus) dari teritori West Papua.
“Orasi berlangsung dengan tertip dan bermartabat. Namun sekitar pukul 09.30 WIB. Gabungan pihak aparat kepolisian bersama anggota TNI maupun Intel Polres Jakarta Pusat mulai melakukan provokasi terhadap salah satu mahasiswa Papua yang mengunakan baju bergambar Bintang Kejora, memaksa untuk dibuka bajunya, namun mahasiswa bersangkutan menolak dengan alasan ini baju, bukan bendera,” ujar Mulait kepada Jubi, Sabtu, (3/12/2022).
Selanjutnya pukul 10;00 WIB, lanjut Mulait, aparat mulai lakukan provokasi kedua kalinya dan menuduh massa aksi merampas atau mencuri Handy Talky (HT). Setelah terkonfirmasi HT tidak hilang. Hanya sandiwara aparat untuk membubarkan paksa aksi damai mahasiswa Papua. Setelah 25 menit kemudian apart kembali berulah, menyuruh massa aksi menurunkan salah satu bendera Komite Nasional Papua Barat (KNPB) mahasiswa tidak mengubris sebab bendera KNPB dan AMP bukanlah bendera terlarang.
Ia juga menjelaskan, pukul 11.07 WIB, gabungan TNI dan Polri mulai mengintimidasi massa aksi dan penasehat hukum yang ada di lapangan menyuruh melepaskan seluruh atribut berbau Bintang Kejora dan juga bendera KNPB. Setelah kuasa hukum sedang bernegosasi dengan koordinator lapangan masa aksi, Aparat Polri yang menggunakan pakaian preman masuk menerobos barisan masa aksi dan merampas atribut yang ada di mobil komando dan melakukan tindakan pemukulan terhadap massa aksi
“Awalnya aksi demo memperingati hari kemerdekaan West Papua berjalan dengan lancar dan damai hanya saja aparat mulai menuduh massa aksi dengan kehilangan hp dan menyuruh massa aksi untuk mengecek, dan kami menyuruh massa aksi cek tetapi tidak mengetahui keberadaan HP yang dituduhkan kepada massa aksi Papua maupun solidaritas Indonesia,” ujarnya.
Kedua hal yang sama aparat Polri menuduh massa aksi mengambil HT. Untuk mengecek kebenaran tuduhan tersebut, kawan Surya Anta memberikan instruksi dari atas mobil komando kepada massa aksi untuk cek tetapi massa aksi tidak menggetahui HT tersebut.
45 menit kemudian, Ambrosius Mulait menjelaskan, aparat mendatangi kuasa hukum yang ada di lapangan, katanya salah satu anggota Polri dilempari batu oleh massa aksi, dan kuasa hukum mengecek kebenaran atas peristiwa tersebut hanya saja pihak aparat tidak menunjukan dengan baik bukti pelaku pelemparan batu.
“Dan malah aparat mulai intimidasi kuasa hukum ,” ujar dia.
Sedangkan di wilayah Patung Kuda tersebut, lebih lanjut ia mengatakan, sama sekali wilayah yang jarang ada batu. Bagaimana bisa massa aksi keluar dari lingkaran mempersiapkan batu sedangkan massa aksi dikelilingi oleh aparat gabungan TNI dan Polri maupun intel yang ada di lapangan sejak dari Kedubes USA hingga di Patung Kuda.
“Kami menduga hal tersebut skenario aparat untuk menyudutkan massa aksi,” ucapnya.
Selain itu aparat juga seharusnya menunjukan bukti korban dan juga pelaku pelemparan agar terang benderang ,agar aksi damai itu tidak diframing buruk oleh media nasional dengan narasi rasis dan subyektif, menuduh massa aksi Papua yang mana melakukan demo secara damai tanpa anarkis.
Dilansir tempo.co, Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Saufi Salamun terluka pada bagian kepala saat mengamankan aksi demonstrasi sekelompok ahasiswa di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat.
“Iya betul, Kabag Ops Polres Metro Jakarta Pusat mengalami luka pada bagian kepala saat mengamankan aksi penyampaian pendapat,” ujar Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin, Kamis, 1 Desember 2022.
Komarudin mengatakan polisi menurunkan pasukan gabungan sebanyak tiga satuan setingkat kompi (SSK) untuk mengamankan aksi unjuk rasa tersebut.
Ia menjelaskan kejadian berawal saat petugas hendak melakukan penurunan bendera yang dibawa peserta aksi. Saat penurunan bendera tersebut, salah satu massa melempar batu hingga mengenai Kabag Ops.
“Diduga karena lemparan batu saat kita ingin menurunkan satu buah bendera yang dibawa oleh peserta demo,” ucapnya. (*)