Jayapura, Jubi – Jaringan Kerja Rakyat Papua (JERAT Papua) bekerja sama dengan New Zealand Head of Embassy Fund menggelar pelatihan bagi tenaga kesehatan yang melayani kelompok masyarakat rentan, seperti perempuan, laki-laki, anak-anak, penyandang disabilitas, dan masyarakat adat. Pelatihan ini difokuskan pada upaya pemantauan penyakit menular dan kekerasan berbasis gender.
Kegiatan yang berlangsung selama sepekan, mulai 21 hingga 26 April 2025, diadakan di salah satu hotel di Kota Jayapura. Peserta pelatihan berasal dari wilayah Puncak Jaya, Mamberamo Tengah, dan Tolikara. Mereka terdiri dari perawat, tenaga kesehatan masyarakat, dan kader kesehatan lokal.
Fasilitator pelatihan, Rumboi Werimon, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau.
“Kami mengundang tenaga kesehatan profesional maupun kader kesehatan untuk mengikuti pelatihan penanggulangan penyakit menular di daerah masing-masing,” ujarnya.
Werimon menambahkan, pelatihan ini dikemas dalam bentuk Training of Trainers (ToT) dengan tujuan memperkuat kapasitas tenaga kesehatan lokal serta mendorong kerja kolektif dalam menghadapi penyebaran penyakit menular di Tanah Papua.
Peserta dilatih mengenai pendekatan kepada pasien, diagnosis visual, dan tindakan awal penanganan penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC), malaria, kusta, HIV, serta infeksi lainnya.
“Penyakit infeksi menular sangat cepat menyebar, terutama di wilayah-wilayah terisolasi. Kami ingin peserta mampu mengenali tanda-tandanya secara mandiri dan memberikan penanganan awal sebelum pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap,” jelas Werimon.
Ia berharap pelatihan ini dapat meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan yang berada di garis depan, serta memperkuat layanan dan informasi kesehatan di daerah-daerah terpencil di Papua.
“Tenaga kesehatan adalah ujung tombak dalam menyelamatkan kehidupan. Maka, pelatihan ini sangat penting untuk membekali mereka dalam upaya penanggulangan penyakit menular,” tambahnya.
Selain peningkatan keterampilan teknis, pelatihan ini juga diharapkan dapat mendorong lebih banyak tenaga kesehatan, termasuk perawat dan kader, untuk mengabdi di Tanah Papua.
Salah satu pemateri, Vera Yoku, memberikan materi tentang penyakit kusta. Ia menjelaskan cara mendiagnosis dan membedakan antara kusta kering dan basah, serta penanganan awalnya.
“Kusta kering ditandai dengan bercak mati rasa di satu hingga lima titik, dengan kerusakan satu saraf tepi. Sedangkan kusta basah memiliki bercak lebih dari lima titik dan kerusakan lebih dari satu saraf,” terangnya.
Yoku juga menjelaskan perbedaan kusta dan panu, yang kerap disalahartikan karena gejalanya tampak serupa. Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, sementara panu disebabkan oleh infeksi jamur Malassezia furfur.
“Penting bagi tenaga kesehatan untuk bisa membedakan keduanya agar diagnosa dan pengobatan bisa tepat,” tutup Yoku.*

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!