Nabire, Jubi – Ketua Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Kabupaten Nabire, Paula S. Pakage mengajak generasi muda Papua untuk melakukan tes HIV/AIDS untuk mencari tahu dan dapat memberikan hasil yang cukup akurat karena dapat mendeteksi setidaknya 20 RNA HIV.
Kenapa harus tes Vira Load(VL) secara umum, jumlah viral load sekitar 10.000 kopi per 1 ml darah dianggap rendah, sementara 100.000 atau lebih dianggap tinggi. Sehingga penting untuk tes darah untuk mendeteksi HIV/AIDS.
“Banyak generasi muda yang malu untuk melakukan tes HIV/AIDS, padahal tujuannya agar kita bisa mengetahui status darah kita.Jika positif/reaktif bisa segera mengontrol penyebaran virus dengan tepat melalui terapi/pengobatan ARV dan tetap menjaga pola hidup sehat,” katanya kepada Jubi saat ditemui di salah satu cafe di kota Nabire, Senin (15/1/2024).
Pakage mengatakan, seks itu hanya untuk melampiaskan napsu. Oleh karena itu, yang sedang sedang pacaran menunda jangan melakukan hubungan seks sebelum menikah.
“Sebelum menikah harus lakukan pemeriksaan darah di layanan yang telah tersedia seperti Puskesmas atau RSUD,dan klinik terdekat demi kenyamanan dalam hubungan intim dan keselamatan dan kesehatan. Yang sudah kawin nikah berumah tangga harus setia pada suami istri yang ada,” katanya.
Pakage mengatakan, mendapatkan hasil “viral load terdeteksi’ artinya adalah Anda benar memiliki virus HIV dalam tubuh. Namun, kadarnya bisa tinggi atau rendah karena tergantung banyak faktor. Seperti yang telah disebutkan, angka jumlah virus yang mencapai 100.000 kopi per 1 ml darah dikategorikan sebagai viral load tinggi.
“Jadi ketika viral load anda tinggi artinya sistem kekebalan tubuh anda gagal melawan HIV dengan baik,” katanya.
Pakage mengatakan, saat ini generasi emas Papua harus waspada sebab HIV/AIDS tidak memandang umur, titel, golongan, jabatan,ras,suku dan agama, dan juga usia.
“Kita harus menyadari bahwa HIV/AIDS tidak bisa masuk sembarang kecuali, kita membuka diri persilahkan HIV/AIDS masuk dengan melakukan hal berisiko,” katanya.
Pakage mengatakan, karena sedikit orang yang melakukan pemeriksaan HIV AIDS karena faktor malu sehingga banyak orang meninggal karena HIV/AIDS.
“Saya amati bahwa banyak generasi muda-mudi Papua yang terlibat dalam pengaruh lingkungan yang tidak sehat sehingga putus sekolah, jauh dari orang tua dan terlibat dalam miras dan seks bebas, hingga mengundang kematian,” katanya.
Pakage mengatakan, banyak orang asli Papua yang ketika melihat dan mendapatkan uang banyak, tidak berpikir untuk lakukan hal-hal yang baik tetapi mereka gunakan untuk bersenang-senang terutama miras, seks bebas, dll hingga mengundang kematian. Sangat menyedihkan.
“Hal seperti ini terutama ada kalangan pejabat orang asli Papua. Ada orang asli Papua yang sudah kawin hingga ada anak, tetapi memiliki Istri / suami simpanan. Hal-hal seperti mengundang masalah dan kematian dalam keluarga. Banyak orang yang sudah terjangkit HIV/AIDS sengaja menjebak orang lain dalam dunia seks melalui berbagai cara agar mengorbankan orang lain,” katanya.
Fakta lain, karena memiliki rasa kasih sayang yang tinggi sehingga bantu orang yang sudah positiv HIV /AIDS keluarga yang terluka dengan tangan kosong. Tanpa pengaman/sarung tangan atau pelindung tangan dan kontak langsung dengan darah dari luka juga bisa terjangkit HIV/ AIDS karena kontak langsung dengan darah.
“Saya harap bagi keluarga yang sudah positif HIV /AIDS yang sudah berkeluarga,bisa menunda kehamilan dengan terus terapi ARV hingga VL nya tertekan dan jumlah virusnya memiliki jumlah dan tidak lagi terdeteksi, barulah bisa bikin program untuk mempunyai anak. dengan terus berkonsultasi dalam pengawasan dokter (pihak nakes),” katanya.
Pakage mengingatkan, bagi ibu yang baru melahirkan dan positif HIV /AIDS. Tidak boleh nyusui anaknya atau menyusui anak orang lain dengan alasan apapun.”Karena HIV /AIDS menular melalui ASI dari Ibu ke anak,” katanya.(*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!