Wamena, Jubi – Yayasan Pendidikan Provinsi Papua atau YPPP Sapalek menyelenggarakan layanan pendidikan gratis bagi pengungsi anak asal Nduga di Distrik Napua, Jayawijaya. Mereka membutuhkan sokongan pemerintah dan berbagai pihak karena pendanaan yayasan sangat terbatas.
Ketua YPPP Sapalek Jhon Heluka mengatakan organisasi mereka baru berusia sekitar tiga tahun. Semangat dan rasa kemanusiaan menjadi modal utama mereka dalam melayani para pengungsi anak.
“Kami lihat banyak pengungsi anak dari Nduga tidak bersekolah di Wamena. Saya lantas berpikir harus ada sebuah lembaga untuk tangani pendidikan mereka,” kata Heluka, saat ditemui di Sekolah YPPP, Selasa (22/10/2024).
Arus pengungsian warga dari Nduga berdatangan ke Wamena pada 2018–2022. Mereka menyelamatkan diri dari kecamuk konflik bersenjata antara TNI/Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat.
“Kami [saat merintis YPPP] tidak memikirkan bantuan dan bagaimana gedung sekolah serta [pola pengembangan] pendidikannya. Fokus kami ialah bagaimana pengungsi anak bisa berhitung, menulis, dan membaca,” kata Heluka.
Kepala Sekolah YPPP Sapalek Albert Elopere mengatakan mereka melayani pendidikan gratis bagi 475 pelajar korban konflik Nduga. Para pelajar tersebut terdiri atas 120 siswa taman kanak-kanak (TK), 308 siswa sekolah dasar (SD), dan 47 siswa sekolah menengah pertama (SMP).
“Hanya 283 siswa terdaftar pada Dapodik [Data Pokok Pendidikan Nasional]. Ada yang masih bermasalah dengan [tidak memiliki] kartu keluarga sehingga belum terdaftar. Kami sedang mengupayakan penginputan kembali [mendaftarkan mereka] ke Dapodik,” kata Elopere.
Tenaga pengajar juga sangat terbatas di YPPP Sapalek. Mereka hanya memiliki lima guru TK, serta masing-masing tujuh guru SD, dan SMP.
“Jumlah kelas, sebenarnya juga tidak cukup untuk menampung siswa asal Nduga. Satu lokal kami bagi [sekat] menjadi dua kelas [supaya mereka tertampung],” kata Heluka.
Elopere dan Heluka berterima kasih kepada Badan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Papua karena turut peduli terhadap sekolah mereka. Kepedulian tersebut diwujudkan melalui penyaluran bantuan berupa mebeler dan pembangunan fasilitas sanitasi di sekolah. Selain itu, penyediaan pakaian seragam, sepatu, dan perlengkapan sekolah bagi para siswa.
“BPMP Papua juga berencana membangunkan lokal baru. Saat ini, hanya ada masing-masing dua lokal untuk SD dan SMP, serta satu lokal untuk TK,” kata Heluka.
Elopere maupun Heluka juga berharap Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan bersama Pemerintah Kabupaten Nduga dan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya memiliki kepedulian serupa. Itu demi masa depan para anak bangsa.
“Kami hanya fasilitator. Itu supaya mereka [para pengungsi anak] tidak terjerumus ke hal-hal negatif,” ujar Heluka. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!