Jayapura, Jubi – Dalam sehari, Rumah Sakit Jiwa Daerah atau RSJD Abepura di Kota Jayapura, Papua, melayani 60 pasien rawat jalan. Hal itu disampaikan Direktur RSJD Abepura, dr Guy Yama Emma Come di Kota Jayapura, pada Selasa (3/10/2023).
Emma mengatakan pasien yang menjalani perawatan di poliklinik bervariasi, mulai dari anak-anak umur 3 tahun hingga 18 tahun, dan orang dewasa. Emma mengatakan misalnya pasien anak-anak yang datang ke RSJD Abepura menjalani terapi lantaran mengalami gangguan bicara maupun hiperaktif serta kurang fokus.
Menurut Emma, pasien yang menjalani rawat jalan berasal dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Papua, seperti Kabupaten Kepulauan Yapen, Biak Numfor, Waropen, Nabire, dan Kota Jayapura. Ada pula pasien rawat jalan dari Provinsi Papua Selatan, seperti dari Kabupaten Boven Digoel dan Merauke.
RSJD Abepura juga menangani pasien rawat jalan dari Kabupaten Sorong di Provinsi Papua Barat Daya, serta Kabupaten Teluk Bintuni di Provinsi Papua Barat. “Untuk rawat jalan, 60 pasien per hari. Pasien dari satu Papua ini berobat di RSJD Abepura,” katanya.
Dokter spesialis jiwa RSJD Abepura, dr Manoa Bernd mengatakan ada berbagai penyebab orang mengalami gangguan jiwa, diantaranya mengonsumsi minuman keras atau ganja, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, atau kekerasan seksual. Selain itu, masalah sosial ekonomi juga ikut meningkatkan risiko individu mengalami gangguan jiwa.
“Saya menemukan banyak [pasien gangguan jiwa] karena menggunakan alkohol dan ganja saat usia masih muda, dari SMP,” katanya.
Manoa mengatakan dalam sebulan RSJD Abepura bisa melayani pasien anak-anak dan remaja hingga 60 orang. Menurutnya, anak-anak lebih banyak mengalami gangguan saraf, sedangkan remaja mengalami depresi hingga bipolar.
“Gangguan perkembangan saraf itu bisa autisme, ADHD, gangguan kecemasan, gangguan belajar disleksia, CAPD, lumpuh otak, conduct disorder, keterbelakangan intelektual, dan TORCH. Jika dibiarkan maka [gangguan itu] terus [terbawa] sampai dewasa dan menjadi gangguan berat,” ujarnya.
Manoa mengatakan penting bagi setiap orangtua untuk memperhatikan kecukupan nutrisi pada masa 1.000 hari pertama bayi. Asupan nutrisi yang baik akan mengurangi risiko terjadi gangguan saraf.
“Selama seribu hari pertama [bayi], perkembangan dan pertumbuhan [pada masa] itu sangat menentukan dia dewasa seperti apa. Kalau sejak awal [asupan] nutrisi dan gizi kurang, [ada risiko] mengalami gangguan perkembangan saraf. Banyak pasien dewasa berobat, tetapi sudah sakit sejak kecil,” katanya.
Menurut Manoa, pola asuh dan lingkungan yang baik ikut berperan penting dalam pertumbuhan anak. “Bagaimana pola pengasuhan dalam keluarga, bagaimana komunikasi yang baik. Kata yang positif, tidak ada kekerasan kepada anak, serta lingkungan yang baik, nyaman dan bebas dari kekerasan,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!