Jayapura, Jubi – Nasional Program Manager Program Organisasi Penggerak Wahana Visi Indonesia, Hotmianida Panjaitan menyatakan kemampuan literasi siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura semakin meningkat. Hal itu dinyatakan Hotmianida dalam lokakarya bertajuk “Implementasi Program Organisasi Penggerak di Kabupaten Jayapura” yang berlangsung Kabupaten Jayapura, Rabu (31/5/2023).
Hotmianida menyatakan Wahana Visi Indonesia atau WVI melalui Program Wahana Literasi mendampingi 81 Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura. Program peningkatan kemampuan membaca dengan pemahaman bagi siswa Sekoalh Dasar itu sudah diimplementasikan sejak 2021 dan akan berakhir pada Juni 2023.
Hotmianida menyatakan pendekatan Program Wahana Literasi yang dilakukan oleh WVI adalah pendampingan sekolah sasaran melalui peningkatan kapasitas guru dalam mengajarkan lima keterampilan dasar membaca. Lima keterampilan dasar membaca itu adalah pengetahuan huruf, kesadaran fonem, pengenalan kosa kata, kelancaran membaca, dan pemahaman bacaan.
Hotmianida menyatakan program itu memberikan pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, baik di tingkat gugus atau KKG maupun di tingkat sekolah (in-house training). Menurutnya, hasil dari rangkaian pelatihan modul Wahana Literasi diimplementasikan para guru di kelas, dan dilakukan monitoring untuk memberikan umpan balik dan peningkatan metode mengajar yang lebih menyenangkan.
Hotmianida menyatakan ada 91 kepala sekolah, 8 pengawas sekolah dan 745 guru yang sudah mengikuti pelatihan modul Wahana Literasi. Delapan diantaranya adalah para master teacher, yakni guru yang sudah mengikuti ToT akan menjadi trainer tingkat Kabupaten Jayapura.
Hotmianida menyatakan berdasarkan hasil survei membaca yang dilakukan kepada 940 sampel siswa kelas 3 di 81 sekolah, terjadi peningkatan persentase siswa yang bisa membaca sebesar 16,25 persen. Setelah dilakukan intervensi, jumlah siswa membaca naik dari 56,62 persen pada 2021 menjadi 72,87 persen pada 2023. “Ternyata apa yang kami kerjakan sepanjang tiga tahun itu memberikan dampak yang cukup baik untuk literasi di 81 sekolah,” kata Hotmianida.
Hotmianida menyatakan program itu juga menghasilkan buku cerita kontekstual yang dibuat para guru. Program juga menghasilkan media ajar berupa alat peraga edukatif literasi, pojok baca di kelas, serta ruang kelas yang literat dan nyaman bagi siswa untuk belajar.
“Hasil ini merupakan dampak dari pelatihan tambahan yang diberikan yakni pelatihan pengembangan materi ajar dan belajar kontekstual, APE literasi, TIK, dan juga Dukungan Psikososial Awal serta pendidikan karakter kontekstual dalam mendukung P5,” ujarnya.
Hotmianida berharap Program Wahana Literasi akan menjadikan seluruh siswa kelas awal di Kabupaten Jayapura mampu membaca dan memahami bacaan. “Wahana Visi Indonesia pasti tetap ada di Papua dan di Kabupaten Jayapura ini untuk terus melakukan [pendampingan peningkatan literasi],” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayapura, Eqberth Kopeuw menyatakan kemampuan literasi dan numerasi menjadi masalah besar di Indonesia maupun di Papua. Menurut Kopeuw penguasaan literasi itu harus sampai kepada pemahaman.
Kopeuw menyatakan saat ini ada 145 sekolah dasar yang ada di Kabupaten Jayapura. Kopeuw menyatakan Pemerintah Kabupaten Jayapura terus mendorong peningkatan kemampuan literasi siswa di kelas awal sekolah dasar. “Kami pemerintah tidak bisa kerja sendiri,” ujarnya.
Kopeuw menyatakan Pemerintah Kabupaten Jayapura menyampaikan terima kasih banyak untuk Wahana Visi Indonesia, juga Yayasan Nusantara Sejati, dan UNICEF yang selalu membantu Pemerintah Kabupaten Jayapura membina melatih kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kemampuan guru untuk mengajar dengan baik.
“Saya dengar laporan tadi bahwa setelah pendampingan selama tiga tahun untuk 81 sekolah dasar, kemampuan literasi meningkat menjadi 72,87%. Itu berarti [pencapaian yang] luar biasa,” katanya.
Guru SD YPK Maribu di Distrik Sentani Barat, Anita Bonyadone menyatakan Program Wahana Literasi yang diajarkan Wahana Visi Indonesia sangat membantu para guru. Bonyadone menyatakan program itu memungkinkan para guru memahami tingkat kemampuan literasi siswanya.
“[Program] dari WVI sangat bagus. Macam saya mengajar di Bahasa Indonesia, saya bisa mengetahui tingkat kemampuan membaca murid sampai di mana,” kata Bonyadone kepada Jubi, Rabu.
Menurut Bonyadone prinsip mengajar itu harus menyentuh hati anak. Bonyadone menyatakan kelas selalu dihiasi dengan tema yang berbeda agar siswa tidak jenuh. Ia juga mengatur tempat duduk siswa berbentuk leter U atau siswa duduk berkelompok. “Ada tema pendidikan. Kalau nuansa 17 Agustus, saya tata kelas beda lagi. Dekorasi berubah lagi. Dalam arti saya buat seperti itu supaya anak tidak menjadi jenuh,” ujarnya.
Bonyadone menyatakan sekolah membutuhkan dukungan dana dari Pemerintah Kabupaten Jayapura. Dukungan ini penting agar pendidikan ini betul-betul melahirkan generasi yang berkualitas. “Kasihan kita sekolah Yayasan pasti membutuhkan dana,” ujarnya. (*)