Enarotali, Jubi – Beberapa waktu ini, ternyata banyak pihak mengganggu konsentrasi proses belajar mengajar (KBM) di TK, SD, SMP dan SMA YPPK Epouto, Distrik Yatamo, Paniai, Papua Tengah. Sehingga KBM seringkali terhenti karena guru-guru kontrak yang ditempatkan oleh Bupati Paniai, Meki Nawipa itu harus mencari perlindungan ke Enarotali, ibukota kabupaten Paniai.
Padahal, sejak ditempatkan pertengahan tahun 2021, proses pembelajaran berlangsung baik. Bahkan, guru-guru tersebut telah menjadi pelita bagi generasi emas di Epouto. Pasalnya siswa-siswi sudah bisa berbahasa Inggris, berdoa dengan bahasa Inggris, dan pandai dalam mata pelajaran Matematika dan IPA.
“Saya akui cara mengajar oleh guru-guru kontrak ini. Mereka mendidik dengan sangat baik,” kata Esau Tekege, Kepala SMP YPPK Epouto kepada Jubi, Sabtu, (15/10/2022).
Semangat belajar mereka, kadangkala terhenti akibat adanya oknum tertentu yang diduga dipengaruhi minuman keras (miras) kerap kali menganggu aktivitas KBM, bahkan tak jarang para guru diancam dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.
Untuk itu, Komite Sekolah YPPK Epouto menginisiasi upaya untuk mewujudkan perdamaian, agar proses KBM tetap berjalan lancar.
Ketua komite sekolah, Samuel You mengatakan, sudah kehabisan sabar dengan cara tak baik itu. Sebab baginya oknum-oknum yang sering menganggu, ternyata menghambat perkembangan masa depan anak-anak asli Yatamo.
“Sehingga saya dan sekretaris komite sekolah, Pak Siprianus Tekege undang semua pihak seperti pak Kepala Distrik Yatamo, keempat kepala sekolah (TK, SD, SMP dan SMA), tokoh agama, tokoh perempuan dan semuanya lalu rapat bersama hari ini di halaman SMP YPPK Epouto dengan tujuan untuk pendidikan tetap jalan. Saya kasihan anak-anak sudah tidak belajar gara-gara orang ribut akibat masalah kepala kampung, gara-gara orang meninggal dunia karena sakit dan banyak hal. Padahal guru-guru sangat siap mengajar tapi harus kami selamatkan mereka ke Enarotali,” ungkap Samuel.
Ia berharap, hasil dari pertemuan harus diumumkan secara terbuka di publik dan diumumkan di masing-masing gereja.
“Jangan ada yang datang main-main saya punya tanah. Kamu datang ganggu guru-guru, kamu datang ganggu sekolah, sama saja dengan kamu mau bunuh saya karena sekolah dan perumahan guru dibangun di atas tanah leluhur saya,” tegasnya.
Sementara, Kepala Distrik Yatamo, Yanuarius Tekege mengatakan, salah satu poin yang ditetapkan pihaknya dalam pertemuan itu adalah bagi siapapun yang mengganggu kompleks sekolah dikenakan denda Rp 50 juta dan ditangkap lalu dipolisikan.
“Masalah apapun dilarang ganggu guru kontrak dan dilarang ganggu fasilitas sekolah. Masalah dari kampung dilarang bawah ke lingkungan sekolah,” kata Tekege.
Ia menambahkan, pihaknya melakukan hal itu guna meningkatkan perlindungan terhadap tenaga pendidik maupun siswa sebagai generasi penerus.
Salah seorang guru kontrak, Edu Nalle yang mengajar di SMP YPPK Epouto mengatakan, pihaknya kini berada di Enarotali karena belum stabilnya kondisi di daerah.
“Banyak materi pelajaran yang tertunda, padahal materi tiga Minggu lagi sudah pas,” katanya saat dikonfirmasi Jubi.
Ia mengaku kondisi inilah yang membuatnya mengundurkan diri menjadi guru kontrak, karena keamanannya tidak terjamin.
“Bulan Desember ini kemungkinan ada banyak yang berhenti,” ucapnya. (*)