Enarotali, Jubi – Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi warga yang berada di daerah terluar, Pemerintah Kabupaten Paniai, Papua Tengah sedang membangun satu unit gedung puskesmas baru di distrik Dogomo. Hal itu juga merupakan wujud dari program Paniai Sehat.
Distrik Dogomo merupakan daerah terluar yang bisa dijangkau dengan jalur udara yakni helikopter. Apabila berjalan kaki bisa dua malam di pertengahan jalan untuk tiba di sana. Sehingga bisa dikatakan Dogomo berada di antara Kabupaten Paniai dan kabupaten Mimika.
“Tahun ini kami bangun Puskesmas di sini (Dogomo). Yang bangun Puskesmas ini kontraktor asli Paniai. Tahun kemarin, di sini kami bangun jembatan gantung pakai papan dan air bersih untuk masyarakat nikmati,” kata Bupati Paniai Meki Nawipa kepada Jubi saat melakukan kunjungan kerja di Distrik Dogomo, Kamis, (3/11/2022).
Menurut Nawipa, gedung Puskesmas itu memiliki 25 ruangan yang dananya bersumber dari APBD Paniai tahun 2022, sehingga usai dirampungkan pihaknya bakal menempatkan petugas agar masyarakat setempat bisa mendapatkan perawatan medis atas penyakit yang diderita masyarakat.
“Saya bersyukur dengan adanya gedung Puskesmas ini masyarakat tidak perlu jauh-jauh ke Enarotali atau Timika. Nanti kami tempatkan petugas medis,” ucapnya.
Ia memberikan apresiasi kepada kontraktor yang bangun gedung tersebut, karena semua bahan bangunan diangkut menggunakan helikopter dari Keniyapa, distrik Yatamo.
“Hebat ya kontraktor, bisa buat sesuai rancangan dan berdiri gedung megah di tengah hutan. Tugas kita semua adalah rawat gedung dan terima petugas medis yang akan datang,” ucapnya.
“Dalam waktu yang dekat kami akan bangun gereja lagi. Nanti pak pewarta ketemu saya dalam Minggu ini,” ucapnya sambil mengajak seorang pewarta di Dogomo.
Martinus Mote, kontraktor yang bangun Puskesmas tersebut mengatakan, tahapan gedung itu kini memasuki 85 persen.
“Sebenarnya satu bulan yang lalu sudah selesai, tapi hanya karena semua bahan bangunan kami angkut pakai helikopter jadi baru tahap 85 persen. Coba bayangkan semen 10 diangkut satu kali, dan satu kali penerbangan kita bayar Rp 45 juta dikalikan sehari terbang lima orang. Sementara masih ada 450 sak semen di Keniyapa, tidak hitung lagi dengan papan kayu besi, triplek, besi, keramik lantai, daun sengk dan lainnya. Tapi syukurlah kita sudah kerja untuk negeri dan masyarakat kita,” ujar Mote.
Ia mengatakan, lokasi yang dibangun gedung Puskesmas adalah tanah yang kemiringan dan lembek. “Jadi kerja yang paling memakan waktu adalah bikin lokasi yang kami bangun Puskesmas, itu kami menggunakan tenaga manusia bukan mesin. Susahnya minta ampun, karena tanah lereng dan tanah lembek,” ucapnya.
“Tapi sekarang aman, nanti lantainya kami cor semen campur pasir putih dan batu kali,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya diberikan kewenangan sepenuhnya untuk membuat pagar Puskesmas. (*)