Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Para pelajar dan mahasiswa asal Papua yang sedang kuliah di luar negeri mendeklarasikan satu wadah organisasi induk yang dinamakan Aliansi Internasional Perhimpunan Mahasiswa Papua di Luar Negeri (The International Alliance of Papuan Students Associations Overseas) atau IAPSAO.
Deklarasi dilakukan secara daring pada Jumat, 4 Februari 2022 disaksikan pelajar dan mahasiswa Papua yang sedang studi di sejumlah negara.
Presiden PSAO Yan Piterson Wenda menyampaikan bahwa deklarasi mewakili kelima presiden yang menandatangani pembentukan.
Wadah baru yang dibentuk tersebut terdiri dari Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Amerika Serikat dan Kanada (IMAPA USA-Canada), Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) Rusia, Ikatan Mahasiswa Pelajar Papua di Jepang (IMAPA Jepang), Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman (PMP Jerman) dan Asosiasi Mahasiswa Pelajar Papua di Wilayah Oceania (PSAO).
BACA JUGA: Dana Afirmasi tak ada, beasiswa luar negeri bukan tanggungan Pemprov Papua lagi
Sebelumnya para presiden mahasiswa yang terhimpun dalam IAPSAO memakai nama sementara Gabungan Perhimpunan Mahasiswa Papua di Luar Negeri.
Presiden IMAPA di Rusia Dessy F. Itaar mengatakan walaupun para mahasiswa Papua dikirim untuk fokus kuliah, namun harus ada yang menyuarakan permasalahan yang sedang dihadapi pemuda Papua yang sedang mengenyam pendidikan di luar negeri.
“Sebagai presiden-presiden yang mewakili setiap organisasi yang kami pimpin, ada satu beban moril yang kami pikul, yaitu tidak memikirkan diri sendiri, tetapi kita harus memikirkan semua anggota yang ada di dalam setiap organisasi,” ujarnya.
Itaar mengatakan orang Papualah yang harus membangun Papua. Karena itu anak-anak Papua harus mengenyam pendidikan yang berkualitas.
“Orang lain hanya datang untuk mengambil sesuatu dari kami, setelah itu mereka pergi. Yang bisa lihat kita itu hanya kita saja. Yang bisa bangun kita itu hanya kita orang Papua,” katanya.
Karena itu, tambahnya, ketika mahasiswa dan pelajar dari USA dan New Zealand menyampaikan usul mereka, maka mahasiswa dari Jepang, Rusia, dan Jerman menyetujui bersama-sama.
“Karena apa yang teman-teman di USA dan New Zealand rasakan itu kami rasakan juga,” ujarnya.
Presiden IMAPA Jepang Meilani S. Ramandey mengatakan wadah yang dibentuk tersebut murni bekerja untuk mengadvokasi masalah pendidikan yang dihadapi mahasiswa Papua di luar negeri dan tidak memiliki agenda politik.
Ia menegaskan bahwa program beasiswa yang merupakan kebijakan gubernur Papua tersebut belum diberdayakan dengan maksimal.
“Sebagai anak-anak Papua, kami berpegang pada satu rasa, satu rasa semua juga rasakan,” ujarnya.
Presiden PSAO Yan Piterson Wenda mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Dubes RI untuk New Zealand, Fientje Maritje Suebu dan BPSDM Provinsi Papua yang dihadiri kepala BPSDM Aryoko Rumaropen. Mereka membahas persoalan mahasiswa Papua.
Pihak BPSDM, kata Wenda, berjanji akan menyampaikan aspirasi mahasiswa kepada Gubernur Papua.
“BPSDM menyampaikan secara terbuka bahwa mereka sudah tidak ada uang, itu sebabnya sekarang teman-teman semua tidak bisa beli makan dan bayar akomodasi dan kebutuhan lainnya. Pada prinsipnya pihak BPSDM akan meneruskan aspirasi mahasiswa kepada Bapak Gubernur,” ujarnya.
Presiden IMAPA USA-Canada Dimison Kogoya mengatakan sudah melakukan pertemuan dan menyurati KBRI di USA dan Canada terkait tuntutan bertemu dengan Presiden Jokowi. Mereka akan terus mengawal aspirasi hingga dijawab.
“Kalau tidak dijawab, kami akan mengambil langkah-langkah lain yang perlu dilakukan, misalnya turun aksi atau lainnya,” ujar mahasiswa Computer Science di Johnson dan Wales University, Amerika Serikat itu.
Presiden PMP Jerman Reza Rumbiak mengatakan mahasiswa Papua di Jerman tetap melakukan konsolidasi dengan mahasiswa Papua di USA dan New Zealand. Mereka juga sudah menyurati KBRI di Jerman menyampaikan persoalan yang dihadapi mahasiswa Papua di New Zealand dan Amerika-Kanada. Namun KBRI belum menjawab tuntutan itu.
“Kami di sini tetap pada pendirian kami bahwa mahasiswa Papua di Jerman tetap bersama-sama dengan saudara-saudara di USA dan New Zealand, karena DNA kami orang-orang Papua adalah kolektivitas,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi
Discussion about this post