Jayapura, Jubi – Pembayaran beasiswa, tunjangan biaya hidup, dan uang saku 28 mahasiswa asal Papua yang tengah berkuliah di Amerika Serikat dan Selandia Baru tersendat, sehingga orangtua para mahasiswa itu khawatir. Total nilai tunjangan biaya hidup dan uang saku yang belum diterima 28 mahasiswa asal Papua itu diperkirakan mencapai lebih dari 300 ribu dolar AS.
Ketua Perhimpunan Perwakilan Orangtua Mahasiswa Beasiswa Dalam dan Luar Negeri Provinsi Papua, Nerius Eli Ayomi mengatakan para orangtua dari 28 mahasiswa asal Papua yang tengah berkuliah di Amerika Serikat (AS) dan Selandia Baru mengkhawatirkan kondisi anak mereka. Ia meminta Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Papua segera mencairkan beasiswa bagi 28 mahasiswa itu.
Ayomi menyatakan pihaknya telah menghimpun data biaya hidup dan uang saku yang belum diterima 28 mahasiswa asal Papua itu. Besaran beasiswa, khususnya tunjangan biaya hidup yang belum diberikan itu termasuk uang pembayaran pondokan para mahasiswa.
Ada mahasiswa yang belum menerima pembayaran biaya hidup dan uang saku kuartal I, II, dan III tahun 2022. Ada pula mahasiswa yang sudah menerima pembayaran kuartal I tahun 2022, namun belum menerima pembayaran kuartal II. Ayomi berharap BPSDM Papua dapat merapel pembayaran beasiswa, tunjangan biaya hidup, dan uang saku para mahasiswa tersebut setidaknya sampai kuartal III tahun 2022.
“[Kami berharap] pembayaran uang dibuat sekaligus hingga kuartal ke III, mengigat akan memasuki liburan Natal dan tahun baru 2023. Agar anak-anak ada sedikit pegangan untuk Natal dan tahun baru. Lagipula sekarang sudah memasuki bulan Desember 2022,” ujar Ayomi pada Senin (5/12/2022).
Ayomi menyatakan Perhimpunan Perwakilan Orangtua Mahasiswa Beasiswa Dalam dan Luar Negeri Provinsi Papua telah melaporkan masalah itu kepada BPSDM Papua. “Kami sudah melakukan berbagai upaya dengan mendatangi BPSDM Papua, menghadap Sekretaris Daerah Provinsi Papua. [Kami diberitahu bahwa beasiswa sudah] dibayarkan sampai bulan Agustus, total [anggarannya] Rp325 miliar. [Namun ketika] kami cek anak-anak [mahasiswa] belum terima beasiswanya,” kata Ayomi.
Ayomi mengatakan ada beberapa mahasiswa yang telah kehabisan uang saku. Bahkan ada mahasiswa yang harus tinggal dengan menumpang.
“[Ada] juga [yang] hidup menumpang di apartemen teman-teman mahasiswa itu. [Ada] yang kerja sampingan untuk uang makan, [ada yang] patungan untuk kos-kosan. Tetapi banyak juga orangtua [harus mengirimkan] uang transfer untuk biaya hidup sementara, karena mereka harus makan, [dan] biaya hidup [di luar negeri] sangat tinggi,” katanya.
Ayomi mengeluhkan adanya syarat bahwa mahasiswa Papua di luar negeri harus mengambil kelas musim panas untuk menerima uang saku. “Persyaratan ini kalau tidak diambil maka uang sakunya tidak dibayarkan. [Itu] jadi alasan uang saku anak-anak ditahan. Ada juga yang sudah [mengambil] kelas musim panas, namun tidak digubris. Tapi di sisi lain BPSDM menyatakan anggara beasiswa sudah habis Agustus 2022,” ujar Ayomi.
Ayomi berharap Pemerintah Provinsi Papua dapat mencarikan solusi atas tersendatnya pembayaran beasiswa, biaya hidup, maupun uang saku bagi 28 mahasiswa Papua di AS dan Selandia Baru itu. Ayomi menyatakan pihaknya sangat mengapresiasi program beasiswa bagi anak Papua untuk berkuliah di luar negeri.
Namun, di sisi lain Ayomi juga mengkhawatirkan nasib para mahasiswa yang belum menerima beasiswa tersebut. “Kami sangat mengapresiasi, namun kami juga meminta agar sisa biaya hidup dan biaya studi anak-anak kami dibayarkan. Kami berharap agar Gubernur Papua dapat memperhatikan dan membayar beasiswa anak-anak yang sedang terlantar di luar negeri,” katanya.
Salah satu orangtua yang anaknya berkuliah di California, Amerika Serikat, Marten Kaway meminat BPSDM dapat memperhatikan nasib dan pembayaran beasiswa anaknya. Menurut Kaway, anaknya yang berkuliah di luar negeri sejak tahun 2021 tidak menerima kiriman beasiswa, biaya hidup, dan uang saku sejak kuliahnya memasuki semester 3.
“Padahal anak saya ingin membeli buku yang harganya sekitar Rp 6 juta per buku. Terpaksa tidak bisa lanjutkan mata kuliah. Puji Tuhan ada kebijakan dari kampusnya. [Dia disuruh [tetap] ikut [kuliah, karena] kalau tidak [kuliah bisa] berimbas kepada visa. Seharusnya pemerintah dan BPSDM Papua perhatikan serta tanggung jawab, karena anak-anak itu harapan kami sebagai orangtuanya,” kata Kaway.
Nama mahasiswa Papua yang menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku:
- Maria AL Kobepa, mahasiswa program Strata 1 jurusan pilot Universitas Saint Louis University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup, uang saku, biaya kuliah, kuartal I dan II senilai 12.000 dolar
- Rafaella GOD Wanimbo, mahasiswa program Strata 1 jurusan lingkungan MSU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I dan II senilai 12.000 dolar AS.
- Breshgath Ayomi, mahasiswa program Strata 1 jurusan perkotaan dan penataan ruang regional, MSU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I dan II senilai 12.000 dolar AS.
- Herlin Runmar, mahasiswa program Strata 1 jurusan penataan ruang perkotaan, MSU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I dan II senilai 12.000 dolar AS.
- Gabriela MP Petege, mahasiswa program Strata 1 jurusan penataan ruang perkotaan, MSU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I dan II senilai 12.000 dolar AS.
- Ronaldo Rully Krey, mahasiswa program Strata 1 jurusan teknik perminyakan, Saint Louis University, Amerika Serikat, belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I dan II senilai 12.000 dolar AS.
- Elfriede Eny Y Rumaseuw, mahasiswa program Strata 1 jurusan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS
- Fadel Fadhilah K Mury, mahasiswa program Strata 1 jurusan teknik sipil, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS.
- Japhet Brian Deacon Sayori, mahasiswa program Strata 1 jurusan film, video, dan media, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan hidup dan uang saku senilai 12.000 dolar AS
- Dayton Tiara R Pekey, mahasiswa program Strata 1 kesehatan masyarakat, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku senilai 12.000 dolar AS.
- Cristina Sukan, mahasiswa program Strata 2 Dalas Baptist University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 14.000 dolar AS.
- Insos Reza Febri Mayor, mahasiswa program Strata 2 jurusan analisa bisnis, Auburn University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS.
- M Thoyib Letief Bay, program Strata 2 jurusan teknik sipil, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS
- Hesty A Mara, mahasiswa program Strata 1 jurusan psikologi, The Ohio State University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I, II, dan III senilai 12.000 dolar AS.
- Lidy Ribka Y Ruamba, mahasiswa program Strata 1 jurusan ilmu pembangunan manusia dan keluarga, The Ohio State University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS.
- Pius Petrus Badi, mahasiswa program Strata 1 jurusan studi global, University of Arizona, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS.
- Chelsie E Ungan Nussy, mahasiswa program Strata 1 jurusan akutansi, Corban University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II senilai 6.000 dolar AS.
- Yantho Asuk, mahasiswa program Strata 2 jurusan administrasi publik, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 14.000 dolar AS.
- Herdomina Daundi, mahasiswa program Strata 2, University of South Florida, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I, II, dan III senilai 18.000 dolar AS.
- Ester Giay, mahasiswa program Strata 2 jurusan magister, University of Portland, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I, II, dan III senilai 21.000 dolar AS.
- Eliaba Bertha Holanue, mahasiswa program Strata 1 jurusan manajemen penerbangan, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I, II, dan III senilai 18.000 dolar AS.
- Aryanto A Kawai, mahasiswa program Strata 1 jurusan teknologi komputer, California Baptist University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup kuartal I, II, dan III senilai 18.000 dolar AS.
- Mince Mbisikmo, mahasiswa program Strata 1 jurusan ilmu penerbangan, Saint Louis University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan III senilai 12.000 dolar AS.
- Trifena Unice Felle, mahasiswa program Strata 1 jurusan studi hubungan internasional, University of Kansas, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal III senilai 6.000 dolar AS.
- Gertudetta PDE Sineri, mahasiswa program Strata 1 jurusan kehumasan, Auburn University, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal III senilai 6.000 dolar AS.
- Yanes S Fakdawer, mahasiswa program Strata 1 operasi manajamen penerbangan, WMU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal II dan II senilai 12.000 dolar AS.
- Stev Adam Fonataba, mahasiswa program Strata 1 jurusan kurikulum sipil, MSU, Amerika Serikat. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kurawal II dan III senilai 6.000 dolar AS.
- Logi Gerson Kaluri, mahasiswa program Strata 1 jurusan pilot komersial, Admore Flying School, Selandia Baru. Belum menerima tunjangan biaya hidup dan uang saku kuartal I, II, dan III senilai 18.000 dolar Selandia Baru. (*)