Jayapura, Jubi – Papua Nugini telah mencapai tonggak sejarah dengan resmi mengamankan keanggotaan di Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC), yang diresmikan pada 30 Desember 2024.
Keanggotaan itu menempatkan PNG bersama raksasa minyak sawit Malaysia, Indonesia, dan Honduras, hal ini telah menyelaraskan negara tersebut dengan para pemimpin global dalam produksi minyak sawit berkelanjutan. Demikian dikutip jubi.id dari tvwan.com.pg, Kamis (9/1/2025).
Anggota untuk Alotau dan Menteri Bayangan untuk Pemerintah Tingkat Provinsi dan Daerah dan Perikanan Nasional Ricky Morris memuji pencapaian tersebut. Ia menyoroti potensi transformatifnya bagi sektor pertanian dan ekonomi negara tersebut.
Ia mengatakan minyak sawit merupakan penghasil pendapatan pertanian tertinggi PNG, memberikan kontribusi ekspor sebesar USD 1,03 miliar yang mengesankan pada 2022.
“Menjadikannya komoditas ekspor terbesar ketiga kami dan menempatkan kami di antara lima eksportir minyak sawit teratas secara global. Sangat menggembirakan melihat negara kami akhirnya bergabung dengan CPOPC, sebuah dewan yang akan memungkinkan kami untuk memperkuat posisi kami di pasar global, berkolaborasi dengan para pemimpin internasional, dan mengatasi tantangan dalam keberlanjutan dan kesejahteraan petani,” kata Morris.
Menyoroti keseimbangan antara pertumbuhan dan tanggung jawab lingkungan, Morris menekankan saat PNG berupaya memperluas industri minyak kelapa sawitnya.
Lebih lanjut ia katakan, hal itu harus dilakukan dengan cara yang memperhatikan lingkungan dan mematuhi standar keberlanjutan internasional.
“Kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa perluasan industri minyak kelapa sawit kita tidak mengorbankan lingkungan alam kita. Melindungi hutan, sungai, dan keanekaragaman hayati kita harus berjalan beriringan dengan peningkatan produktivitas dan perbaikan mata pencaharian. Industri minyak kelapa sawit yang dinamis di PNG harus dibangun di atas perlindungan lingkungan yang kuat,” ujarnya.
Ia menekankan perlunya mengadopsi kebijakan penggunaan lahan yang berkelanjutan, meminimalkan deforestasi, dan menerapkan teknik pertanian yang ramah lingkungan.
Keanggotaan PNG di CPOPC menyediakan platform untuk belajar dari negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, yang telah membuat langkah maju dalam mencapai produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Melalui kolaborasi, kita dapat memastikan bahwa minyak kelapa sawit yang kita hasilkan memenuhi standar keberlanjutan internasional. Hal ini tidak hanya memperkuat posisi kita di pasar global tetapi juga mengamankan kelangsungan hidup industri jangka panjang untuk generasi mendatang,” kata Hon. Morris.
Morris menyampaikan terima kasih kepada Menteri Kelapa Sawit Francis Maneke, beserta jajaran direksi dan manajemen yang bekerja keras atas pendanaan sebesar K216.000 pada Maret 2024. Dana tersebut menyediakan subsidi untuk bibit dan pupuk, yang secara langsung menguntungkan petani kecil di Milne Bay.
Pendanaan tersebut, jelasnya, menurunkan biaya pembibitan dari K22–K26 menjadi K16–K18, sekaligus mensubsidi pupuk. Dukungan tersebut memastikan petani kecil dapat terus berkontribusi pada sektor vital ini dan memperkuat kapasitas mereka untuk memproduksi minyak kelapa sawit berkualitas tinggi secara berkelanjutan.
“Saya berterima kasih kepada Hon. Francis Maneke dan Pemerintah Marape-Rosso karena memprioritaskan kebutuhan petani kami dan mendukung masa depan industri minyak kelapa sawit PNG,” ujarnya.
Menurut Morris, Menteri Manake akan memperkenalkan kebijakan Kelapa Sawit dan undang-undang pendukung dalam sidang Parlemen berikutnya yang akan merevitalisasi industri tersebut. Ia mengakui dukungan luar biasa dari Parlemen dalam proses ratifikasi.
“Ini adalah jenis keputusan yang harus kita buat, dalam memodernisasi pertanian di negara ini, saat kita memasuki ulang tahun ke-50 kita,” kata Morris.
Keanggotaan CPOPC juga menawarkan PNG kesempatan untuk mengadvokasi industri minyak kelapa sawitnya di panggung global. Dewan tersebut memungkinkan para anggotanya secara kolektif mengatasi hambatan perdagangan, memerangi misinformasi, dan mempromosikan manfaat ekonomi dan lingkungan dari minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Dengan menjadi bagian dari dewan ini, PNG dapat memamerkan standar kualitas tinggi minyak kelapa sawitnya dan menarik investor internasional ke industri kami. Ini adalah kesempatan untuk membangun kemitraan yang akan memberdayakan petani kami, meningkatkan upaya keberlanjutan kami, dan memastikan bahwa minyak kelapa sawit tetap menjadi landasan ekonomi kami,” ujarnya.
Morris mengakhiri dengan menyerukan kepada semua pemangku kepentingan di sektor minyak kelapa sawit PNG untuk memanfaatkan peluang ini dan bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan meraih peluang baru.
“Keanggotaan kami di CPOPC bukan sekadar tonggak sejarah, ini adalah panggilan untuk bertindak. Bersama-sama, kita dapat memastikan keberlanjutan industri minyak kelapa sawit, memberdayakan masyarakat kita, dan mendorong pertumbuhan ekonomi untuk masa depan Papua Nugini. Mari kita maju dengan tekad, belajar dari orang lain sambil memamerkan kekuatan masyarakat dan industri kita,” katanya.
Ia melanjutkan bahwa tonggak sejarah itu memperkuat posisi PNG dalam industri minyak kelapa sawit global dan menyiapkan panggung untuk masa depan yang lebih cerah dan lebih berkelanjutan.
“Melalui kolaborasi, inovasi, dan tekad, PNG siap untuk memimpin dalam produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan, memastikan kesejahteraan bagi petani, pekerja, dan masyarakat di seluruh negeri,” ujarnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!