Jayapura, Jubi – Papua Nugini atau PNG menghadapi beban kanker yang signifikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 9.000 kematian dan hingga 15.000 kasus baru setiap tahun.
Surat kabar Post Courier melaporkan sekretaris Otoritas Kesehatan Ibu Kota Nasional Ken Wai mengumumkan angka-angka ini untuk menandai Hari Kanker Sedunia. Demikian dikutip Jubi.id dari RNZ Pasifik, Rabu (5/2/2025).
Ia mengatakan, ada sejumlah langkah yang dapat diambil, untuk mengurangi jumlah kematian akibat kanker tersebut.
Wai mengatakan penggunaan tembakau sangat tinggi, dengan 50 persen orang dewasa dan 21 persen anak-anak, serta 90 persen populasi terpapar asap rokok.
Ia juga mengutip tingginya tingkat konsumsi alkohol (sekitar 80 persen), mengunyah pinang (73 persen), dan rendahnya konsumsi buah dan sayuran, dengan lebih dari 65 persen populasi tidak mengonsumsi lima porsi yang direkomendasikan setiap hari.
Wai juga mengatakan stres merupakan salah satu faktor penyebabnya.
Ia mengatakan Departemen Kesehatan telah mengembangkan kebijakan untuk mengendalikan penjualan tembakau dan alkohol dan saat ini sedang menyusun kebijakan untuk mengatur makanan tidak sehat, seperti lemak domba dan makanan manis.
Deteksi dini
“Deteksi dan skrining dini sangat penting dalam melawan kanker,” menurut Dr. Priscilla Nach dari program Penyakit Tidak Menular dan Populasi Sehat WHO.
Post Courier melaporkan Dr Nach mengatakan, “yang penting untuk kanker adalah kita harus memulai dengan deteksi dan skrining dini.”
“Hal ini sangat penting, sehingga menjadi agenda kesehatan masyarakat yang sangat besar bagi WHO untuk membantu Departemen Kesehatan mengadvokasi deteksi dan pengobatan dini,” katanya.
Ia mengatakan telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus kanker di wilayah Pasifik Barat, ditambah dengan tingkat kelangsungan hidup yang rendah.
Dr. Nach menambahkan, dengan 70 hingga 80 persen populasi yang tinggal di daerah pedesaan, banyak yang datang ke layanan kesehatan pada tahap penyakit yang sangat lanjut, sehingga mengakibatkan kematian yang dapat dicegah.
Pengobatan herbal tidak dianjurkan
Ahli onkologi utama Rumah Sakit Umum Port Moresby, Dr. Peter Olali telah melarang warga Papua Nugini menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati kanker.
Dr Olali mengatakan bahwa dalam 20 tahun pengalamannya bekerja dengan pasien kanker, ia belum melihat bukti pengobatan herbal berhasil mengobati penyakit tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Post Courier.
Ia mengatakan dirinya telah melihat pasien meninggal setelah menolak pengobatan kanker dan lebih memilih pengobatan herbal dari desa mereka.
Dr. Olali mengatakan penundaan dalam penanganan yang tepat menyebabkan kanker menyebar dan akhirnya menyebabkan kematian. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!