Jayapura, Jubi – Ratu Naiqama Lalabalavu akan mengambil sumpah jabatannya sebagai presiden, dalam sebuah upacara di Istana Negara pagi ini, Selasa (12/11/2024). Jelang pelantikan itu, Presiden Tiongkok, Xi Jinping telah mengirimkan pesan ucapan selamat kepadanya, atas terpilihnya ia sebagai Presiden Republik Fiji yang baru.
Xi Jinping menunjukkan bahwa Fiji adalah negara Kepulauan Pasifik pertama, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok.
“Sejak terjalinnya hubungan diplomatik 49 tahun lalu, hubungan Tiongkok-Fiji telah mengalami kemajuan substansial, yang telah meningkatkan kesejahteraan kedua bangsa dan mendorong perdamaian, stabilitas, serta pembangunan di kawasan dan dunia pada umumnya,” kata Xi Jinping dalam pesannya yang dikutip Jubi dari fijitimes.com.fj, Selasa (12/11/2024).
Xi Jinping berharap presiden terpilih Ratu Naiqama Lalabalavu akan mendorong perkembangan kemitraan strategis dan komprehensif antara kedua negara yang berkelanjutan, sehat dan stabil serta membawa lebih banyak manfaat bagi kedua bangsa.
Mengutip RNZ Pasifik yang melaporkan bahwa Ratu Naiqama Lalabalavu telah terpilih sebagai presiden baru negara itu, meskipun ada penentangan dari kelompok hak-hak perempuan.
Naiqama adalah juru bicara parlemen saat ini dan dicalonkan oleh Perdana Menteri Fiji Sitiveni Rabuka. Dia terpilih setelah memperoleh 37 dari 55 suara.
Dia adalah kepala suku konfederasi Cakaudrove, provinsi yang sama dengan PM Rabuka. Ia mengikuti pemilihan umum Desember 2022 sebagai kandidat dari Partai Aliansi Rakyat. Ia memperoleh 652 suara.
Koordinator Pusat Krisis Perempuan Fiji Shamima Ali mengatakan, Ratu Naiqama tidak layak menjadi presiden.
“Ratu Naiqama telah menunjukkan berkali-kali bahwa dia adalah seorang misoginis yang pernah diskors dari parlemen selama dua tahun, karena membuat komentar yang sangat merendahkan terhadap mendiang Ketua DPR, Dr. Jiko Luveni,” kata Ali dalam sebuah pernyataan belum lama ini.
Ia juga mengecam Menteri Pemberdayaan Perempuan Lynda Tabuya, karena mendukungnya untuk menduduki jabatan presiden, dan menyebutnya sebagai “juara laki-laki”.
“Kami ingin Menteri Pemberdayaan Perempuan, Anak, dan Perlindungan Sosial menjelaskan contoh kasus, di mana dan bagaimana, Ratu Naiqama secara konsisten berupaya sebagai pejuang laki-laki untuk memutus siklus patriarki di seluruh Fiji,” kata Ali.
Awal bulan ini, Ratu Naiqama mendapat kecaman dari para pegiat hak asasi manusia di negara tersebut, karena membuat pernyataan yang menurut mereka “bermuatan rasial” dan “jahat”. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!