Jayapura, Jubi – Krisis iklim menjadi salah satu isu sentral pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-53 Forum Kepulauan Pasifika atau PIF. Para pemimpin negara-negara pasifik menyerukan persatuan regional dalam menghadapi ancaman krisis iklim.
Seruan itu disampaikan Sekretaris Jenderal FIP Baron Waqa. Mantan Presiden Nauru itu menyatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-53 PIF menjadi momentum yang mempersatukan negara-negara Pasifik dalam mengatasi ancaman krisis iklim.
“Kita harus bersatu pada momen penting ini. Kita mesti berada pada garis depan pertempuran dalam melawan krisis iklim,” kata Waqa, seperti diberitakan la1ere.francetvinfo.fr pada Rabu (28/8/2024).
PIF beranggotakan 18 negara, termasuk teritorium otonom, seperti Kaledonia Baru, dan Polinesia Prancis. Sebagian besar mereka menghadapi ancaman krisis iklim.
Menteri Perubahan Iklim Tuvalu Maina Talia mendesak negara-negara maju ikut bertanggung jawab terhadap krisis iklim di negara mereka. Dia menyatakan negara-negara penyumbang polusi global tersebut mesti menanggung beban pembiayaan bagi penyelamatan atas dampak krisis iklim di Tuvalu.
“Negara-negara paling berpolusi harus menanggung biaya yang makin besar [dalam menanggulangi krisis iklim]. Pada prinsipnya, pencemar [lingkungan] harus membayar [dampak pencemarannya],” kata Talia.
Tuvalu merupakan salah satu negara dengan wilayah terkecil dan berdataran rendah di Pasifik. Dataran tertinggi mereka hanya sekitar 4,6 meter di atas permukaan laut.
Tuvalu menghadapi berbagai bencana akibat naiknya permukaan laut. Wilayah daratan mereka bahkan terancam lenyap akibat ditelan ombak pada 30 tahun mendatang.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Antonio Guterres dalam pidatonya pada (KTT) ke-53 FIP, turut menyoroti ancaman krisis iklim di Pasifik. Guterres menyatakan keputusan para pemimpin dunia sangat menentukan nasib Kepulauan Pasifik dan juga masyarakat dunia.
“Keputusan-keputusan para pemimpin dunia pada tahun-tahun mendatang menentukan nasib penduduk di Kepulauan Pasifik, dan seluruh dunia. Jika kita menyelamatkan Pasifik, kita juga menyelamatkan dunia,” kata Guterres.
Bendung ekspansi Tiongkok
KTT ke-53 PIF berlangsung di Nuku’alofa, Ibukota Tonga, sejak Senin hingga Jumat mendatang. KTT diperkirakan meluncurkan seruan baru mengenai kebutuhan pendanaan global untuk mengatasi krisis iklim di Pasifik.
Para peserta konferensi juga akan mempertimbangkan pencalonan Australia menjadi tuan rumah KTT Perubahan Iklim pada 2026. Australia merupakan salah satu eksportir utama batu bara dan gas dunia.
Penyelenggaraan KTT PIF menelan biaya sekitar 25 juta dolar Amerika Serikat atau Rp387 miliar. Pendanaan itu bersumber dari hibah Pemerintah Tiongkok.
Pengaruh Tiongkok memang makin meluas di Pasifik. Mereka kerap menggelontorkan hibah untuk pembangunan kompleks pemerintahan, gedung olahraga, rumah sakit, dan jalan raya.
Ekspansi itu membuat gerah Amerika Serikat dan para sekutunya. Mereka khawatir berbagai pendekatan tersebut untuk memuluskan pembangunan pangkalan militer Tiongkok di Pasifik.
Amerika Serikat kemudian melancarkan serangan balik untuk menangkal ekspansi Tiongkok di Pasifik. Mereka menggelontorkan bantuan, menandatangani perjanjian bilateral, dan membuka kedutaan besar di Vanuatu.
Amerika Serikat juga menghadiri KTT PIF di Tonga. Delegasi mereka dipimpin Kurt Campbell, diplomat yang juga salah seorang arsitek utama Amerika Serikat dalam membendung ambisi Tiongkok di Pasifik.
Krisis keamanan dan politik di Kaledonia Baru juga menjadi salah satu isu sentral pada KTT PIF di Tonga. Mereka membahas persoalan itu pada hari pertama KTT.
“Kita [negara-negara Pasifik] harus mencapai konsensus mengenai visi kawasan yang damai dan aman. Kita harus menghormati penentuan nasib sendiri, termasuk di Kaledonia Baru,” kata Perdana Menteri Tonga Siaosi Sovaleni
Perjuangan Bangsa Kanak dalam menuntut kemerdekaan mendapat dukungan dari negara-negara lain di Pasifik, yang juga bekas jajahan Prancis. Sekretaris Jenderal PIF Waqa Baron Waqa bahkan turut mengkritik deportasi tahanan pro-kemerdekaan Kaledonia Baru ke Prancis. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!