Jayapura, Jubi – Terpilihnya Emmanuel Tjibaou sebagai Presiden baru partai pro-kemerdekaan utama Kaledonia Baru, Union Calédonienne (UC), memicu beragam reaksi dari berbagai pihak. Tjibaou, putra tokoh pejuang kemerdekaan Kanak, Marie Tjibaou, diharapkan membawa perubahan signifikan di tengah tantangan besar politik wilayah tersebut.
Dua partai moderat di Front Pembebasan Nasional Sosialis Kanak (FLNKS), yaitu UPM (Persatuan Progresif di Melanesia) dan PALIKA (Partai Pembebasan Kanak), menyambut baik kepemimpinan baru ini.
Pemimpin UPM, Victor Tutugoro, memuji keberanian Tjibaou mengambil tanggung jawab besar di tengah situasi politik yang sulit.
“Dia adalah seorang yang pragmatis dan suka berdialog,” ujar Tutugoro seperti dikutip Jubi dari RNZ.
Sementara itu, pemimpin PALIKA, Jean-Pierre Djaïwé, berharap Tjibaou dapat mempersatukan kembali FLNKS yang selama ini terpecah karena perbedaan pandangan internal.
Di pihak pro-Prancis yang menentang kemerdekaan, reaksi terhadap kepemimpinan Tjibaou cenderung lebih hati-hati.
Philippe Michel dari Calédonie Ensemble melihat pemilihan ini sebagai “perubahan generasi” yang berpotensi membuka jalan baru untuk dialog.
“Gaya menenangkan Tjibaou mungkin dapat membangun jembatan antara pihak-pihak yang berbeda,” katanya.
Gil Brial, Wakil Presiden Les Loyalistes, memilih bersikap skeptis terhadap arah yang akan diambil UC di bawah kepemimpinan Tjibaou.
“Jika UC hanya fokus pada kemerdekaan sebagai satu-satunya tujuan, meski referendum telah menolaknya, itu hanya akan memperumit keadaan,” ujarnya.
Pemimpin Les Loyalistes sekaligus Presiden Provinsi Selatan, Sonia Backès, berharap UC di bawah Tjibaou dapat kembali secara konstruktif ke meja perundingan. Namun, ia juga menekankan sikap “tunggu dan lihat.”
Dalam pernyataan pertamanya setelah terpilih, Tjibaou menekankan pentingnya negosiasi politik untuk menentukan masa depan kelembagaan dan politik Kaledonia Baru.
“Kita harus memetakan kerangka kerja, negosiasi, dan isi kesepakatan baru untuk emansipasi dan kedaulatan penuh,” ujar Tjibaou.
Ia juga mengakui bahwa UC perlu introspeksi terhadap kekurangan masa lalu, terutama dalam melibatkan generasi muda dan mencegah kekerasan.
“Tidak ada gerakan politik yang membenarkan kekerasan. Jika ada pelanggaran, keadilan akan ditegakkan,” tegasnya.
Pemilihan Tjibaou sekaligus menandai akhir kepemimpinan Daniel Goa yang telah memimpin UC selama 12 tahun terakhir. Goa mengakui bahwa partai perlu melakukan regenerasi dan memperkuat pelatihan politik bagi generasi muda.
“Selama bertahun-tahun kami tidak melatih komisaris politik UC. Ini adalah kesalahan yang harus diperbaiki,” ungkap Goa.
Dengan tantangan besar yang menanti, termasuk negosiasi dengan kubu pro-Prancis terkait masa depan Kaledonia Baru, Emmanuel Tjibaou kini menghadapi tugas berat. Ia diharapkan mampu memperkuat persatuan di dalam FLNKS sekaligus membangun dialog konstruktif dengan kubu yang menentang kemerdekaan. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!