Satu lagi jurnalis perempuan PNG asal Sentani, Harlyne Joku

Harlyne Joku
Harlyne Joku, jurnalis Papua Nuguni berdarah Papua. – Jubi/IST

Jayapura, Jubi – Satu lagi jurnalis terkenal di Papua New Guinea (PNG) bernama Harlyne Joku yang berasal Sentani, Kabupaten Jayapura. Hingga kini Joku menetap dan tinggal di ibukota PNG, Port Moresby. Ia juga bersama Sincha Dimara, editor insidepng.com, tergabung dalam The PNG Media and Creative Arts Industry Association (MACAIA). Harlyne Joku menjabat Sekretaris Jenderal MACAIA.

Harlyne Joku mengawali kariernya di Post Courier edisi South Pasific sebagai editor pembantu selama tiga tahun di media terbesar di Papua New Guinea. Artikel terbaru Harlyne Joku dimuat juga di https://www.benarnews.org/ edisi 12 Maret 2023 berjudul Photo of naked girl with captors causes furore in Papua New Guinea.

“Gambar gadis itu, kemungkinan besar masih remaja, telah memicu kemarahan terbaru atas kekerasan seksual yang dihadapi perempuan dan anak perempuan di negara kepulauan Pasifik ini,” demikian tulis Harlyne Joku dalam benarnews.org.

Harlyne Joku lahir di Jayapura pada 4 Februari 1965 dan menempuh pendidikan dasar sampai menengah di Port Moresby. Kemudian ia melanjutkan kuliahnya di jurusan Jurnalistik Universitas National Papua New Guinea (UPNG) di Port Moresby.

Ia kuliah jurusan jurnalistik di University of Papua New Guinea dari 1986 sampai dengan 1989. Selama kuliah di sana, ia aktif dan menulis untuk media kampus the Uni Tavur di UNPNG news letter member of the Ondo Bondo Club.

Setelah menyelesaikan sarjana jurnalis di UNPNG pada 1989 langsung bekerja sebagai reporter.

”Saya menjadi editor Star News dan kemudian menjadi editor utama Saturday Independent yang menggantikan Times of PNG setelah  dibekukan oleh perusahaan Plubishin,” tulisnya dalam linkelind pribadinya.

Berkat ketekunannya sebagai jurnalis, Harlyne Joku pernah mendapat beasiswa studi jurnalis tentang lingkungan selama beberapa bulan di University of California Berkeley, School of Journalism Fellowship Environmental Journalism pada 1994.

Kariernya jurnalisnya terus meningkat dan menjadi senior reporter di The National newspaper, pada 2006-2008. Kemudiam berpindah ke desk South Pacific di media terbesar di PNG, Post Courier selama tiga tahun 11 bulan.

Kini dia masih tetap menekuni profesi sebagai jurnalis dan menjadi sekeretaris Jenderal dari The PNG Media and Creative Arts Industry Association atau Asosiasi Industri Media dan Seni Kreatif PNG (MACAIA).

Asosiasi Industri Media dan Seni Kreatif PNG (MACAIA) merasa prihatin bahwa lebih banyak jurnalis yang bersemangat, berpengalaman, dan sangat terampil diberhentikan dari pekerjaan mereka.

Organisasi ini dibentuk pada 27 Februari 2022 dan ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal dan mantan jurnalis ABC, Tania Nugent Bale, menjadi Presiden MACAIA. Dalam organisasi ini tercatat nama Sincha Dimara juga menjadi anggota dan pengurus.

“Kami telah melihat dalam beberapa tahun terakhir bagaimana kebebasan media telah dikompromikan dan perlahan-lahan digerogoti.”

Ini sangat berbahaya bagi keamanan PNG sebagai negara demokrasi. Sangat memprihatinkan melihat jurnalis yang lebih bersemangat, berpengalaman, dan sangat terampil diberhentikan dari pekerjaan mereka.

“Kadang-kadang kita mungkin tidak menyukai pesannya, tetapi itu tidak berarti kita menembak pengirim pesannya,” kata Bale sebagaimana dikutip Jubi.id dari insidepng.com.

Media yang bebas, adil, independen dan tidak memihak sangat penting bagi demokrasi serta pemilihan umum nasional yang bebas dan adil.

Serikat media MACAIA dibentuk ini telah tergabung  lebih dari 20 jurnalis dan fotografer yang prihatin terhadap pemecatan besar-besaran 24 rekan mereka dari stasiun penyiaran TV tertentu yang memprotes pemecatan editor mereka.

Harlyne Joku
Pengurus Asosiasi Industri Media dan Seni Kreatif PNG (MACAIA) di mana Harlyne Joku menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. – Jubi/insidepng.com

Meninggalkan Papua Barat

Ada kesamaan antara Sincha Dimara dan Harlyne Joku. Kedua orang tuanya melintasi perbatasan antara PNG dan Indonesia di era 1960-an dan memilih PNG sebagai rumah mereka.

“Kami adalah pengungsi pertama di Imonda Patrol Post,” tulisnya dalam akun pribadi Facebook-nya saat mengenang ibunya, Hermina Yoku.

Ia menambahkan ayah dan ibunya membawa mereka (Pauline, Fred, Mary, dan saya), dan saudara laki-laki termuda Jack yang lahir di perbatasan Post Imonda,” demikian tulisnya.

Dalam peringatan Hari Ibu Sedunia, Harlyne menulis ayah dan ibu telah memberikan kehidupan yang baik, membangun rumah di Port Moresby, dan memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

Selamat dan sukses buat Harlyne Joku sebagai jurnalis di Port Moresby, sebuah profesi yang sangat jarang diminati bagi orang-orang di Tanah Papua. (*)

Comments Box

Dapatkan update berita terbaru setiap hari dari News Room Jubi. Mari bergabung di Grup Telegram “News Room Jubi” dengan cara klik link https://t.me/jubipapua , lalu join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
banner 400x130
banner 728x250