Jayapura, Jubi – Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, dalam kunjungannya ke Papua Nugini selama dua hari, 12-13 Januari 2023, dari Port Moresby, Albanese berangkat ke Wewak mengunjungi makam tokoh bangsa Papua Nugini, Sir Michael Somare di sana.
“Ketika dia dan Gough Whitlam mengawasi kemerdekaan Papua Nugini pada tahun 1975, ada harapan baru untuk PNG dan wilayah kami,” tulis PM Australia itu dalam akun twitter pribadinya@AlboMP yang dikjutip jubi.id, Senin (16/1/2023).
The National.com melaporlan bahwa Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, disambut oleh cucu mendiang Grand Chief Sir Michael Somare. Ia mengikuti dan mengamati upacara pembersihan tradisional, sebelum meletakkan karangan bunga di makam Sir Michael Somare.
Albanese mengunjungi makam almarhum Sir Michael, mengambil bagian dalam upacara pembersihan tradisional. Dalam upacara adat tersebut, buah kelapa muda dibelah oleh pemimpin tanah adat (landowners), dan kemudian air itu dituangkan ke tanah yang selanjutnya dilewati oleh oleh PM Australia.
Albanese meletakkan karangan bunga di makam Sir Michael yang meninggal pada 26 Februari 2021, dan ia menanam pohon kelapa untuk menandai kunjungannya, serta menandatangani buku pengunjung.
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, berterima kasih kepada orang PM Australia karena telah mengambil cuti dari jadwalnya yang sibuk untuk mengunjungi makam Sir Michael di Kreer Heights di Wewak.
“Dalam jadwal sibuk Anda, [Anda] bisa saja mengabaikan ini dan melewatkannya,” kata Marape.
Marape juga berterima kasih kepada kepala suku Kreer setempat karena telah menyambut Albanese ke tanah tradisional mereka, keluarga Somare dan orang-orang Sepik Timur karena telah menerima PM Australia untuk mengunjungi makam tersebut.
Marape adalah pemimpin Pangu Pati sedangkan orang Albanese adalah pemimpin Partai Buruh Australia.
Selama Kemerdekaan pada tahun 1975, Sir Michael juga menjadi pemimpin Pangu Pati sedangkan Perdana Menteri Gough Whitlam saat itu adalah pemimpin Partai Buruh Australia.
Marape memuji Sir Michael sebagai pemimpin yang sulit ditandingi.
“Tidak ada sosok yang lebih hebat di masa lalu [di PNG], atau di masa depan, selain mendiang Grand Chief Sir Michael Thomas Somare. Dia abadi sejauh menyangkut Papua Nugini,” katanya.
“Dan fakta bahwa dia tidak lekang oleh waktu memungkinkan kita untuk tetap datang dan menghormatinya saat istirahat. Di pihak saya, saya tidak bisa melampaui mendiang Grand Chief. Dia lebih besar dari kita sekarang dan di masa depan,” kata Marape. (*)