Jayapura, Jubi – Pemilihan Umum di Fiji yang akan dilakukan pada 14 Desember 2022. Saat berkampanye sekarang ini seharusnya tidak ada toleransi untuk pesan berbahaya seperti itu dalam demokrasi multiras dan multikultural seperti di Fiji.
Hal ini dikatakan oleh Koordinator Pusat Krisis Wanita Fiji, Shamima Ali, sebagaimaian dilansir dari https://www.fijivillage.com/news/There-should-be-no-tolerance-for-dangerous-messages-in-a-multiracial-and-multicultural-democracy-like-Fiji—Ali.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Fiji itu sekali lagi meminta para kandidat dari setiap partai politik, pemimpin, dan komentator publik untuk menahan diri dari membuat pernyataan yang menghasut sehingga bisa menimbulkan kepanikan dan ketakutan di masyarakat umum.
Shamima Ali mengatakan Pusat Krisis Wanita Fiji mengutuk keras informasi yang salah dan pernyataan oleh Hindu Post serta ucapan Perdana Menteri Voreqe Bainimarama tentang masalah tanah pada rapat umum di Nausori. Di mana saat itu dia mengatakan “pembicaraan seperti itu akan menyebabkan orang terluka dan terbunuh, berdarah akan tumpah, dan akan ada pemberontakan dari rakyat”.
Shamima Ali mengatakan bahwa ini dapat memicu kefanatikan dan intoleransi rasial serta memperburuk ketegangan di sekitar hubungan ras dan kedua penghasut harus diberi tugas.
Sementara itu, saat ini Pengawas Pemilihan Umum di Fiji mengatakan sebanyak 3.808 aplikasi pemilih pos diterima sementara satu orang pemilih telah memilih.
Pengawas Pemilu, Mohammed Saneem, juga mengatakan di bawah Undang-Undang Pemilu, Fiji Elecetion Organisation (FEO), tidak akan mempublikasikan daftar pemilih secara online karena hal itu melanggar hukum.
Dia mengatakan detail pemilih adalah data pribadi individu atau warga negara, itu dilindungi oleh hak privasi dan tidak pantas bagi FEO untuk mempublikasikan detail tersebut.
Pengawas juga mengatakan bahwa 450 surat suara pos telah dikemas dan dikirim.
Dia mengatakan pemilih juga dapat memeriksa rincian suara mereka dengan mengirim nomor kartu pemilih mereka ke 1500. (*)