Jayapura, Jubi – Pemerintah Papua Nugini dan gereja harus menerima bahwa prostitusi anak itu nyata dan sedang terjadi. Oleh karena itu harus bekerja sama untuk mengakhiri pelecehan ini.
Demikian dikatakan Kepala Eksekutif Kantor Nasional untuk Layanan Anak dan Keluarga, Simon Yanis, kepada the National, Rabu (28/9/2022).
Dia mengatakan prostitusi anak ada dan sesuatu yang terlihat tidak hanya di Port Moresby tetapi juga di seluruh negeri di Papua Nugini.
“Kita tidak bisa terus berusaha bersikap seolah-olah tidak terjadi karena memang terjadi,” kata Yanis.
“Kami melihatnya, kami mendengar cerita, tetapi semua orang hanya menutup mata.”
“Jadi masalahnya tetap ada dan saya pikir sudah saatnya kita mengakui bahwa itu terjadi, sehingga kita dapat menemukan cara untuk melindungi anak-anak kita, terutama gadis-gadis muda dari kehidupan di jalanan,” tambahnya.
Yanis mengatakan prostitusi adalah perdagangan yang telah ada selama ribuan tahun, dan menyangkalnya tidak akan membuatnya hilang.
“Gadis-gadis muda kita sekarang terjebak dalam masalah ini, dan kita harus mengambil tindakan sekarang,” katanya.
Sementara itu, Yanis mengatakan bahwa Kantor Nasional Layanan Anak dan Keluarga telah menyurati Departemen Perencanaan Nasional untuk mendukung mereka dengan melakukan survei penuh tentang prostitusi anak dan memulai database semua anak di negara itu.
“Harus ada survei dan studi yang dilakukan sehingga kami dapat mengidentifikasi penyebabnya dan menemukan solusi dan menjauhkan gadis-gadis muda kami dari jalanan. Kami membutuhkan database dengan catatan sehingga kami dapat melacak gadis-gadis muda kami dan melindungi mereka,” katanya berharap. (*)