Jayapura, Jubi – Kamis (13/10/2022), sebanyak 300.000 warga Vanuatu yang memiliki hak pilih menuju bilik suara untuk memberikan hak suaranya. Terutama persaingan dalam perebutan suara di ibukota Vanuatu, Port Villa, tercatat ada 27 calon dengan tiga calon legislatif perempuan di sana. Tiga perempuan ini masing-masing Doresday Kenneth, Nadia Kanegai, dan Evelyne Utissets.
Ketiga perempuan ini akan bertarung melawan 24 laki-laki di Port Villa dan mereka adalah Wakil Perdana Menteri sementara, Ishmael Kalsakau, mantan pemimpin oposisi, Ralph Regenvanu, Sumptoh Ulrich, Kenneth Natapei, dan Harry Anthony Iaris. Semua kandidat ini bersaing di daerah Port Villa dan pasti sangat seru.
Salah satu negara Melanesia yang baru saja melakukan pemilihan umum adalah Papua Nugini. Sejak merdeka 16 September 1975, PNG hanya pernah mempunyai tujuh perempuan anggota parlemen di Port Moresby. Beruntung pada Pemilu Agustus 2022 Papua Nugini telah memiliki dua anggota parlemen perempuan dari penduduk sebanyak hampir 10 juta itu.
Rufina Peter dan Kessy Sawang baru saja terpilih sebagai anggota parlemen nasional di Port Moresby. Padahal dalam Pemilu Agustus 2022 lalu di PNG tercatat 167 kandidat perempuan dari 3000 calon legislatif pria Melanesia PNG.
Apalagi ada kampanye yang sebut bahwa rumah parleman adalah man house atau rumah laki-laki dalam budaya Melanesia. (Rumah bujang dalam budaya Melanesia yang menganggap tabu bagi kaum perempuan kalau mendekati rumah pendidikan kaum lelaki jaman dulu).
Hal ini dibantah mantan anggota Parlemen, Dame Carol Kidu, yang mengatakan bahwa parlemen bukan rumah laki-laki tetapi rumah bagi semua orang.
“Lihat burung Cenderawasih [the Kumuls] lambang negara PNG. Ada dua sayap, sayap kiri melambangkan laki-laki dan sayap kanan perempuan. Bayangkan kalau dua sayap hanya laki-laki saja. Jelas tidak seimbang dan burung tidak bisa terbang dengan baik,” katanya kala itu, saat berjuang untuk berkampanye perempuan harus memilih kandidat perempuan di Papua Nugini.
Dame Carol adalah satu dari tujuh perempuan yang pernah menjadi anggota parlemen Nasional PNG. Dia juga berhasil terpilih kembali dua kali, meskipun setengah dari semua politisi kehilangan kursi mereka di setiap pemilihan.
Sedangkan Vanuatu yang merdeka sejak 30 Juli 1980 pernah mempunyai lima anggota parlemen antara lain, Maria Crowby dan Hilda Lini di daerah pemilihan Port Vila, Leinavao Tasso dan Isabelle Kora, keduanya di daerah pemilihan Epi, dan Eta Rory dari Malekula.
Mengutip the diplomat menulis bahwa Vanuatu memiliki populasi sekitar 250.000 orang, pada Pemilu 2022 tercatat sekitar 300.000 populasi.
Parlemen Nasional memiliki 52 anggota. Pemilu diadakan setiap 4 tahun sekali. Ada 17 daerah pemilihan yang digunakan, dengan daerah pemilihan antara 1 dan 7 anggota. Vanuatu menggunakan sistem suara tunggal yang tidak dapat dipindahtangankan.
Sejak kemerdekaan, Vanuatu hanya ada lima perempuan yang pernah terpilih menjadi anggota Parlemen. Amandemen Undang-Undang Kota yang disahkan pada tahun 2013 telah memungkinkan kuota 30 persen untuk perwakilan perempuan di beberapa dewan kotamadya Vanuatu.
Penerapan mekanisme kuota di tingkat kota diprakarsai oleh Direktur Urusan Perempuan untuk mengatasi isu resistensi sikap partisipasi politik perempuan.
Oleh karena itu tak heran kalau calon anggota legislatif independent, Doresday Kenneth Lui, dengan tegas mengatakan bahwa suara perempuan dibutuhkan di parlemen untuk memastikan bahwa ada keseimbangan gender masih hidup dan baik di lantai parlemen Vanuatu.
Catatan Jubi, pada Pemilu Januari 2016 di Vanuatu waktu itu diikuti oleh 261 calon, terdiri dari 68 calon independen dan 193 calon dari 36 partai politik.
Sepuluh perempuan yang diperebutkan dalam pemilihan 2016 mewakili 3,8 persen dari semua kandidat. Sayangnya, tidak ada perempuan yang terpilih menjadi anggota Parlemen waktu itu.
Begitupula dalam Pemilu Vanuatu pada 19 Maret 2020. Di akhir proses pencalonan pada 11 Februari 2020, total ada 295 kandidat, 17 di antaranya adalah perempuan (6%).
Sebanyak 50 partai politik, dan 55 calon independen (19,1%) terdaftar menjelang pemilu. Partai-partai besar tersebut adalah Partai Vanuaku (VP) dengan 9% dari total kandidat, Leaders Party of Vanuatu (LPV) dengan 8% dari total kandidat, Union of Moderate Pati (UMP) dengan 7% dari total kandidat, Reunification Movement of Change (RMC) ) dengan 6% dari total kandidat dan Graon Mo Jastis Pati (GJP) dengan 5% dari total kandidat.
Sayangnya, setelah pengumuman hasil pemilu, tidak ada perempuan yang terpilih menjadi anggota Parlemen untuk pemilihan umum 2020.
Mestinya Pemilu Vanuatu harus berlangsung pada 2024 tetapi dipercepat karena adanya mosi tidak percaya hingga dipercepat menjadi 13 Oktober 2022.
Akankah ada anggota parlemen perempuan di Parlemen Vanuatu sebagaimana di Papua Nugini yang telah mempunyai dua anggota parlemen? Lihat saja nanti. Sukses kaum perempuan Vanuatu. (*)