Jayapura, Jubi – Ketegangan dalam Pemilihan Umum Papua Nugini atau PNG memuncak di Mt Hagen, ibu kota provinsi Western Highlands, Papua Nugini, Senin (06/06/2022). Kelompok tidak dikenal menduduki bandara paling sibuk di provinsi itu, dan menyatakan pendudukan itu merupakan bentuk protes mereka atas penunjukan pejabat penyelenggara pemilihan umum di sana.
Di tengah kegelapan malam kemarin, kelompok tidak dikenal itu menuangkan minyak di landasan pacu Bandara Internasional Kagamuga, untuk mengganggu penerbangan di sana. Komandan polisi PNG setempat menyebut tindakan itu sebagai “aksi terorisme”.
Kepala Superintenden Joe Puri menyatakan insiden itu menunjukkan apa yang bisa dilakukan seseorang yang merasa frustasi dengan proses pemilihan umum di PNG. “Akan tetapi, hal itu tidak bisa dijadikan pembenaran bagi siapa pun untuk menyandera kepentingan seluruh provinsi,” ujarnya.
“Ada tiga faksi dari kelompok pendukung sejumlah kandidat yang diduga terlibat dalam upaya sabotase di bandara. Orang yang bertanggung jawab atas pendudukan itu mendapatkan akses memasuki area bandara melalui pagar belakang lapangan golf Mt Hagen, lalu menuju landasan pacu, dan menuangkan minyak ke landasan pacu itu,” ujar Joe Puri.
Pendudukan bandara itu terjadi setelah dua faksi saling bersaing dalam penunjukan pejabat pemantau pemilihan umum dari pengadilan setempat.
Penerbangan komersial dibatalkan
Sejumlah penerbangan komersial dibatalkan kemarin, menyusul protes dalam penunjukan pejabat penyelenggara pemilihan umum di provinsi Western Highlands. Kelompok yang mengajukan protes itu menginginkan Willie Ropa kembali ditunjuk menjadi pejabat pemantau pemilihan umum di Hagen.
Sebelumnya, penunjukan Ropa digugat oleh William Duma. Duma menentang keputusan yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum di tengah persaingan Ropa dan Amos Noifa yang terus diulas dua surat kabar setempat yang saling berseberangan.
Insiden pendudukan bandara itu, dan sejumlah insiden lain yang terjadi selama masa kampanye dan pencalonan tidak bisa dianggap remeh. Insiden itu akan berkembang menjadi ketegangan yang lebih luas jika tidak cepat diatasi oleh otoritas setempat.
Sebelumnya, seorang pejabat pemantau pemilihan umum di Kompiam Ambun, dari provinsi Enga, harus dirawat di rumah sakit karena ditembak. Pekan lalu, pawai anggota parlemen Okapa, Saki Soloma diadang sekelompok orang yang membakar dan merusak sejumlah mobil yang berpawai.
Pada saat yang bersamaan, mantan anggota parlemen Nipa-Kutubu yang kini mencalonkan diri sebagai wakil provinsi Southern Highlands, Philemon Embel meloloskan diri dari percobaan pembunuhan saat kendaraannya ditembaki.
Meskipun berbagai penyerangan dan kekerasan itu terjadi di kawasan pegunungan, sindrom kekerasan itu bisa meluas hingga ke wilayah lain.
Bulan lalu, Komisioner Polisi David Manning mengimbau agar pemilihan umum Papua Nugini dapat berlangsung secara bebas, adil, dan aman. Polisi kini bersiaga 24 jam sehari di bandara.
Personil Angkatan Pertahanan Australia tiba di PNG untuk bantu Keamanan Pemilu
Sekitar 50 personel Angkatan bersenjata Australia tiba di Port Moresby, Papua Nugini Senin, 6 Juni sore untuk memberikan dukungan bagi Pemilu Nasional tahun ini.
Sebuah pernyataan dari Komisi Tinggi Australia di Port Moresby mengungkapkan bahwa personel ADF berada di sini atas permintaan pemerintah PNG.
ADF akan menyediakan logistik dan dukungan mobilitas udara untuk pemilihan di bawah Operasi Kimba.
Pernyataan itu lebih lanjut mengungkapkan bahwa ini adalah bagian dari dukungan yang lebih luas yang diberikan oleh Australia terhadap Pemilu Nasional.
Operasi Kimba akan melibatkan lebih dari 130 personel ADF, dua pesawat C-27J Spartan dan sebuah pesawat C-130J Hercules dari Angkatan Udara Kerajaan Australia, bekerja bersama Angkatan Pertahanan PNG, untuk membantu Komisi Pemilihan PNG untuk mendistribusikan materi pemilu ke seluruh negeri.
Sebuah kontingen awal yang memungkinkan Operasi Kimba telah tiba di negara itu pekan lalu.(asiapacificreport.nz)
Discussion about this post