Jayapura, Jubi – Indonesia adalah wilayah kepulauan terluas mulai dari bagian barat di Sumatera dengan Samudera Hindia sampai wilayah timur Papua. Di Indonesia ada dua pusat studi Indo Pasifik dari Barat sampai ke Timur di Indonesia.
Hal ini dikatakan Ketua Pusat Studi Indo Pasifik, Dr Melyana Pugu, S.IP. M.Si saat Focus Group Discussion (FGD), belum lama ini di Jayapura.
“Bagaimana peran Indonesia sebagai Presindensi G20 dan impack bagi Indonesia setelah menjadi bagian dari G20 terutama di Pasifik,” kata Pugu seraya menambahkan wilayah Pasifik akan bertumbuh dan berkembang secara damai dan sejahtera.
Dia mengatakan dalam FGD kawasan Indo-Pasifik menjadi kawasan damai yang diwujudkan dengan konsep yang bisa menjadi data data dalam membangun kawasan ini ke depan.
“Pusat Studi Indo Pasifik baru saja menerbitkan buku tentang repatrian ini bercerita tentang bagaimana mendapatkan strategi permodelan atau cara untuk mengelola repatrian Papua. Kalau kita tahu bahwa banyak sekali yang menyeberang ke Papua Nugini atau pun ke negara-negara Pasifik sehingga bagaimana penanganan mereka setelah mereka kembali,“ katanya seraya menambahkan bahwa selama ini pemerintah tidak punya model yang tepat untuk menangani repatrian dan hampir sebagian besar dari mereka itu sebagaian besar repatrian itu miskin.
“Bayangkan mereka miskin di atas tanahnya sendiri,” katanya.
Sementara itu dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Negeri Padjajaran Dr Wawan Budi Darmawan S.IP, M.IP mengatakan dua faktor penting dalam sentralitas ASEAN di Indo Pasifik adalah Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Amerika Serikat ikut andil besar dalam kekuatan militer dan diplomasi, sedangkan Tiongkok sudah beberapa kali melakukan perjanjian dengan Indonesia seperti kerja sama ekonomi,” kata Wawan.
Dia menambahkan bahwa pengaruh global di kawasan Indo Pasifik telah menimbulkan rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok karena wilayah Pasifik sangat strategis bagi kedua negara besar dan sekutu. Terutama persaingan dalam perebutan sumber daya alam terutama perikanan laut, bagaimana Tiongkok berusaha membangun pangkalan militer di Kepulauan Natuna Utara dan mengklaim sebagai wilayahnya, apalagi kawasan ini memiliki potensi perikanan yang besar.
Selain itu, Dr Yusnarida Eka Nizmi, S.IP, M.SI, Ketua Pusat Studi ASEAN Universitas Riau, menambahkan bahwa negara-negara ASEAN memiliki posisi yang cukup baik kecuali Myanmar yang baru bangkit. Bahkan di antara sesama negara ASEAN, kata dia, juga seringkali terjadi persaingan terutama di bidang ekonomi seperti pengeksporan barang-barang mentah antara lain kelapa sawit dan coklat.
“Negara-negara ASEAN juga memiliki kelas konsumen yang cukup besar terutama pasar di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara ASEAN yang juga menjadi zona ekspor kelapa sawit dan coklat terbesar serta selalu menggunakan produk-produk dari luar secara berkelanjutan atau dengan kata lain selalu setia dengan suatu brand atau produk,” katanya.
Sedangkan menurut Indah Mekawati, M.IS yang juga Jabatan Fungsional Diplomat Madya Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan bahwa ada tiga sektor prioritas yang mendukung posisi Indo Pasifik adalah pertama penguatan arsitektur kesehatan, kedua transformasi digital, dan ketiga transisi energi. (*)
*) Berita ini juga merupakan kontribusi dari mahasiswa Uncen jurusan Hubungan Internasional yang sedang magang di jubi.id.
Discussion about this post