Jayapura, Jubi- Sir Bob Dadae, Gubernur Jenderal Papua Nugini mengatakan telah menerima surat rekomendasi dari Komisi Pemilihan untuk menunda pemilihan umum negara itu.
Surat perintah tersebut akan dikembalikan pada Jumat (29/7/2022) untuk menyelesaikan proses pemilihan, namun ada penundaan di banyak pemilih karena kekerasan dan upaya untuk mengganggu perhitungan suara.
Menurut Gubernur Jenderal Papua Nugini, akibat dari keputusan itu, perlu waktu dua minggu lagi diperlukan untuk mendapat surat perintah Pemilihan Umum di PNG.
Sementara itu, Departemen Pendidikan Papua Nugini telah menunda beberapa ujian nasional, karena terjadinya kerusuhan baru-baru ini di Port Moresby, ibukota Papua Nugini.
The Pors Courier telah melaporkan, Menteri Pendidikan Uke Kombra menunda ujian nasional Kelas 12 yang ditetapkan untuk Senin depan selama dua minggu. Dia berharap waktu yang cukup untuk menyelesaikan penghitungan suara pemilihan umum dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk ujian.
Pada Minggu (24/7/2022) kelompok-kelompok yang bertikai yang melekat pada dua kandidat berkelahi di dekat Stadion Sir John Guise di Port Moresby, tempat penghitungan suara berlangsung, dengan kekerasan yang telah diunggal di media sosial.
Seorang penasehat politik mengatakan tidak ada cukup petugas polisi dan kehadiran militer. Kepala Eksekutif Kelompok Think Thank Papua Nugini Samson Komati mengatakan, laporan kekacauan dan pembunuhan yang tak ada habisnya selama pemilihan tidak disertai jumlah personel penegak hukum yang memadai.
“Kami hanya membutuhkan kehadiran militer di seluruh negara, total polisi dan militer di negara ini mungkin kurang dari 20.000 persobil dan itu tidak cukup untuk menahan segala bentuk kekerasan strategis,”katanya sebagaimana dilansir laman rnz.co.nz
Lebih lanjut kata Komati percaya, negara tetangga dengan Republik Indonesia itu berada di tengah tengah “pemilihan terburuk” sejak 1975. Negara PNG merdeka pada 16 September 1975 dengan PM pertamanya mendiang PM Michael Somare dari Pangu Pati.
Dia mengatakan banyak mata telah menyaksikan kecurangan dan kekerasan pemilihan umum yang meluas dengan para pendukung partai merusak kotak suara dan memblokir pemungutan suara untuk kandidat mereka sendiri.(*)
Discussion about this post