Jayapura, Jubi- Acara peringatan 80 tahun perdamaian, persatuan, dan persahabatan setelah Perang Dunia Kedua di Honiara, Gualdacanal Solomon Island, Minggu (7/8/2022) berlanjut Senin (8/8/2022) di Taman Perdamaian Nasional Bloody Ridge di pinggiran Honiara.
Acara Senin (8/8/2022) bertepatan dengan peringatan lima tahun Taman Perdamaian Bloody Ridge sejak pemerintah Kepulauan Solomon menamakannya pada 2017. Kedua acara ini diselenggarakan oleh Pemerintah Nasional melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan tema “Fajar Damai, Persatuan dan Persahabatan.”
Mengutip https://www.solomonstarnews.com menyebutkan bahwa tamu kehormatan pada acara tersebut Menteri Kebudayaan dan Parawisata, Mr Bartholomew Parapolo. Parapolo mengatakan sejak akhir Perang Dunia Kedua 80 tahun lalu, cita-cita demokrasi penuh dan perdamaian telah dianut.
“Kita tidak dapat mengabaikan biaya perdamaian, persatuan, dan persahabatan saat kita mengingat mereka untuk tujuan ini di tanah ini. Itu datang dengan harga yang mahal,” katanya. Lebih lanjut kata Menteri Parapolo dengan saling menghormati dan merayakan peristiwa ini jelas untuk mengingat mereka yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk tujuan ini di tanah ini.
“Dari perspektif Kepulauan Solomon, telah terjadi pergeseran fokus dalam memperingati perang mengingat perdamaian, persatuan dan persahabatan yang muncul sejak perang berakhir. Fokus baru ini adalah kontribusi kami terhadap perdamaian global dan pesan kepada komunitas internasional yang telah menikmati perdamaian melalui persatuan dan persahabatan yang telah kami kembangkan dengan negara negara yang terlibat dalam pertempuran di tanah ini,” katanya.
Mr Parapolo mengatakan Bloody Ridge adalah medan pertempuran yang telah mencapai status ikonik, ketenaran dan pengakuan dunia. “Ini adalah medan pertempuran yang sangat signifikan yang mengubah jalannya perang di Pasifik Ini adalah ikon dan akan terus menjadi tengara penting selamanya dalam sejarah bangsa kita,” katanya.
Dia mengatakan situs ini tetap menjadi situs suci bagi mereka yang orang-orang terkasihnya bertempur dan tewas selama pertempuran yang paling berdarah itu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Negara Jepang Hon Makoto Oniki mengatakan selama pertempuran sengit di Pulau Gualdacanal banyak nyawa yang berharga hilang, mereka yang kehilangan nyawa akan selamanya terukir di hati orang orang Jepang.
Dia mengatakan setelah Perang di Gualdacanal kedua belah pihak (Jepang dan pasukan Sekutu) telah kehilangan lebih dari 20.000 nyawa. Oleh karena itu, dia mengambil kesempatan untuk mengirimkan belasungkawa kepada kerabat mereka yang kehilangan nyawa selama perang.
“Saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada Pemerintah Kepulauan Solomon dan mereka yang terlibat dalam kerja sama yang luar biasa dalam mengumpulkan sisa-sisa setelah perang,” katanya.
Dia mengatakan pada pertemuan itu bahwa setelah perang Jepang telah menjadi negara yang menghargai perdamaian. “Kedamaian yang kita nikmati hari ini adalah pengorbanan yang dilakukan oleh tentara yang gugur untuk Jepang dan pasukan Sekutu,” katanya.
Wakil Sekretaris Negara Amerika Serikat Hon Wendy Sherman saat berbicara kepada pemilik tanah asli dan masyarakat sekitar tentang sejarah perang di Kepulauan Solomon khususnya di Pulau Gualdacanal.
“Bloody Ridge adalah tempat Marinir Amerika Serikat (AS) berjuang keras untuk merebut kembali Bandara Honiara selama perang,” kata Sherman yang ayahnya ikut bertempur selama perang Dunia Kedua di Kepulauan Solomon pada 80 tahun silam tepatnya 6 Agustus 1942. Dia mengatakan perang terjadi di udara, hutan, pantai-pantai dan pegunungan Pulau Guadalcanal.
Tak lupa pula Wendy Sherman mengisahkan seorang pengintai Guadacanal mendiang Sir Jacob Vouza kepada pemilik tanah asli dan masyarakat setkitarnya. “Sir Vouza adalah seorang perwira polisi asli dari Protektorat Kepulauan Solomon Inggris, yang bertugas dengan Korps Marinir Amerika Serikat dalam kampanye Gualdacanal selama Perang Dunia II.”
“Dia disiksa karena menyimpan informasi rahasia AS dan pasukan sekutu ketika diminta oleh tentara Jepang untuk memberikan informasi tersebut,” kata Wakil Sekretaris Sherman. Lebih lanjut kata Sherman untuk mengenang Sir Vouza, patungnya didirikan dan sekarang berada di Markas Besar Polisi Rove di Honiara.
Lebih lanjut Hon Sherman mengatakan bahwa penduduk Kepulauan Solomon telah memberikan kontribusi penting dan instrumental bagi jalannya dan hasil Perang Dunia II. Dalam kontribusinya kata Sherman dari apa yang disebut Pramuka atau Boys Scout Kepulauan Solomon dan Penjaga Pantai selama perang. Amerika Serikat lanjut Sherman telah membuat kemitraan ikatan yang berlangsung hingga tahun ini dan akan berlanjut selama bertahun tahun mendatang.
“Amerika Serikat sangat bangga menjadi mitra dan teman baik Kepulauann Solomon. Bukan karena sejarah bersama tetapi karena nilai nilai kita bersama atau landasan yang kuat untuk kolaboraso untuk hadir dan mengatasi tantangan hari ini,” katanya.
Peringatan di Bloody Rudge berlangsung singkat setelah pidato resmi dan peletakan karangan bunga, acara berakhir. Delegasi dari Pemerintah Kepulauan Solomon, Amerika Serikat, Australia, Selandia baru dan Jepang meninggalkan tempat peringatan. Adapun para pejabat negara yang hadir Menteri Pemeirntah Kepulauan Solomon, Menteri Negara Pertahanan Jepang Hin Makoto Iniki dan delegasinya, Menteri Pemerintah Selandia Baru Peenu Henare dan delegasinya, Menteri Industri Pertahanan dan Menteri Pembangunan Internasional dan Pasifik Hon Pat Conry dan delegasinya, Wakil Menteri Guadalcanal, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Shreman dan Dubes AS untuk Australia Caroline Kennedy dan delegasinya, anggota Korps Diplomatik, Sekretaris Tetap dan pejabat pemerintah senior, pejabat militer, anggota polisi, perwakilan pemilik tanah asli dan pemilik tanah sekitarnya menghadiri upacara tersebut. (*)
Discussion about this post