Jayapura, Jubi – Lebih dari 15 rumah di permukiman Gavstoa (Government Storage) di Madang, Papua Nugini, hancur atau rusak akibat gempa berkekuatan 7,6 skala Richter, Minggu (11/9/2022) pagi.
Kota yang dijuluki kota kelelawar itu menyebutkan juga beberapa keluarga lainnya juga kehilangan tempat tinggal.
The National.com menyebutkan laporan masih datang dari permukiman lain di Madang di mana beberapa keluarga kehilangan tempat tinggal.
Seorang pemukim Gavstoa, Esther Albert, mengatakan dia tidak pernah merasakan atau mengalami gempa bumi. Ibu dua anak itu termasuk di antara keluarga yang kehilangan tempat tinggal.
Gempa bumi itu membuat Papua Nugini dan Indonesia tersentak sekitar pukul 09.45 pagi dan getaran dirasakan hingga Port Moresby. Gempa itu berpusat 76 Km dari Lae dekat Kainantu pada kedalaman 90 Km. Tidak ada laporan langsung tentang kematian atau cedera.
PNG Power Ltd mengatakan akibatnya terjadi pemadaman total bagi konsumen di daerah Lae, Madang, dan Highlands.
Dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ada kerusakan yang dialami di Pembangkit Listrik Tenaga Air Ramu dan di halaman sakelar tetapi tidak merinci.
“Tim kami akan melakukan pemeriksaan yang tepat sebelum kami dapat dengan aman memulihkan pasokan listrik kepada Anda semua pelanggan yang terkena dampak,” kata badan milik negara itu.
Mengutip Papua New Guinea rocked by magnitude 7.6 earthquake, tsunami threat ‘has now passed’ – ABC News menyebutkan bahwa Survei Geologi AS (USGS), yang mengatakan gempa itu melanda Papua Nugini timur pada pukul 09.46 waktu setempat pada Minggu (11/9/2022), mengeluarkan peringatan tsunami tetapi kemudian mengatakan ancaman itu “sekarang telah berlalu”.
Namun, ia mencatat bahwa masih ada “fluktuasi permukaan laut kecil di beberapa wilayah pesisir”.
Guncangan dirasakan secara luas di negara itu dari kota-kota dekat pusat gempa ke ibukota Port Moresby, sekitar 480 Km jauhnya.
Penduduk setempat di Lae dan Madang, yang paling dekat dengan pusat gempa, mengatakan guncangan itu jauh lebih kuat daripada gempa sebelumnya.
“Sangat kuat, semuanya seperti duduk di laut — hanya mengambang,” kata Hivi Apokore, seorang pekerja di Resor Jais Aben, sekitar 60 Km arah barat kota Madang.
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengatakan badan bencana nasional dan provinsi telah diminta untuk menilai skala kerusakan dan cedera dan merawat mereka yang membutuhkan sesegera mungkin.
“Pasukan Pertahanan dan Polisi PNG juga telah disiagakan untuk menanggapi keadaan darurat dan menerapkan rencana tanggapan kami,” kata Marape. (*)