Opini  

Dilema perawat ahli madya di Indonesia

Indonesia
Maria Paskaliana Juita, mahasiswa alih jenis Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. – Jubi/Dokumen pribadi Maria Paskaliana Juita   

*Oleh: Maria Paskaliana Juita

Menjadi seorang perawat adalah sebuah panggilan jiwa. Tidak semua orang mampu menjadi perawat, bahkan bagi mereka yang menamatkan dirinya pada pendidikan keperawatan itu sendiri.

Dedikasi dan loyalitas yang tinggi sangat diperlukan jika ingin menjadi bagian dari profesi yang dipelopori oleh Florence Nightingale ini. Perawat adalah sosok yang akan mendampingi pasien 24 jam sehari, dan memenuhi semua kebutuhan dasar pasien di setiap kondisi.

Profesi yang diperingati setiap tanggal 12 Mei ini memang mendapat banyak pujian. Akan tetapi, tidak jarang juga hujatan dan caci maki, terutama saat pandemi Covid-19.

Sikap profesionalisme seorang perawat benar-benar diuji saat pandemi Covid-19 berlangsung. Di satu sisi, mereka adalah sosok yang berada pada garda terdepan saat itu. Namun, di sisi lain, dengan segala keterbatasan APD (alat pelindung diri) dan keganasan virus, bahkan pengobatan yang belum pasti, perawat tetap bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional (SOP) keperawatan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 jumlah perawat di Indonesia sudah dapat mencukupi kebutuhan, sesuai dengan jumlah penduduk dengan rasio di atas target nasional, yaitu mencapai 2,46 per 1.000 penduduk.

Jumlah perawat yang terdaftar dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) hingga akhir tahun 2020 adalah 985.889, dan jumlah perawat dengan STR aktif sebanyak 592.342. Sebanyak 384.464 perawat dilaporkan bekerja pada rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya di seluruh Indonesia.

Dengan data yang ada kita dapat berharap agar tingkat kualitas pelayanan seorang perawat dapat berbanding lurus dengan jumlah mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas seorang perawat tidak hanya dinilai dari skill, tetapi juga dari pendidikan dan update ilmu yang diperoleh.

Sayangnya, masih banyak perawat di Indonesia, terutama di daerah yang masih bergelar ahli madya, merasa tidak penting untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Meskipun peningkatan SDM kesehatan di Indonesia sudah menjadi keharusan, terutama bagi perawat yang berstatus ASN, hal itu tidak memotivasi perawat untuk melanjutkan pendidikannya. Banyak pertimbangan yang mendasari hal tersebut, diantaranya biaya, dukungan keluarga dan usia. Dari segi biaya perawat biasanya mengalami kendala, karena banyak hal yang masih menjadi prioritas, misalnya, masih membiayai sekolah anak-anak mereka.

Dukungan keluarga menjadi hal yang penting bagi seorang perawat jika ingin melanjutkan pendidikan, terlebih jika mereka masih memiliki anak usia balita yang membutuhkan pendampingan orang tua yang lengkap. Hal yang menjadi pertimbangan lainnya adalah usia, peraturan daerah di wilayah tertentu masih menjadi hambatan bagi perawat yang berstatus ASN untuk melanjutkan pendidikannya.

Ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki regulasi tentang batasan usia bagi ASN untuk melanjutkan pendidikan. Di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, misalnya, batasan usia maksimal adalah 37 tahun, sehingga perawat yang berusia di atas batasan tersebut tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Beberapa kendala yang mendasari keputusan seorang perawat untuk melanjutkan pendidikan sebenarnya dapat diatasi jika mereka punya niat yang kuat, dan prinsip untuk keluar dari zona nyaman tempat bekerja. Biaya tidak lagi menjadi kendala jika perawat mengikuti seleksi dan lulus pada penerimaan beasiswa Kementrian Kesehatan yakni beasiswa PPSDMK (Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan), yang pembiayaannya bersumber pada APBN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dialokasikan pada DIPA Kementerian Kesehatan.

Selain biaya kuliah, peserta juga diberi biaya hidup dengan besaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peserta tugas belajar dengan beasiswa tersebut mempunyai batasan usia maksimal 45 tahun. Hal ini jauh di atas batasan usia yang ditetapkan daerah, sehingga kendala usia dapat teratasi.

Sementara itu, pengertian dan dukungan keluarga, terutama dari pasangan dapat didiskusikan dengan baik, karena melanjutkan pendidikan juga dapat menjamin karier dan kehidupan perawat yang bersangkutan ke depannya.

Peningkatan kualitas seorang perawat sudah menjadi hal mutlak jika ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain dukungan dari pemerintah dan keluarga, yang tidak kalah pentingnya adalah motivasi dari dalam diri perawat itu sendiri. Keinginan meningkatkan kualitas diri menjadi hal penting untuk mengambil keputusan, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Banyak ilmu dan pengalaman baru yang dapat diperoleh saat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga perawat yang bersangkutan akan menjadi pribadi yang lebih siap melayani pasien, dengan prinsip pelayanan yang holistik.

Membuat keputusan yang berarti dalam hidup cukuplah sulit, terutama jika keputusan tersebut mengorbankan kepentingan orang-orang terkasih kita. Namun, setiap hal baik dengan dukungan penuh dari mereka akan menjadi motivasi bagi kita, untuk berjuang dan meraih mimpi menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Menjadi perawat profesional tidak mudah. Tentunya kita harus mempunyai kualitas hard skill dan soft skill yang mumpuni untuk menunjang pelayanan kita. Kita dapat memperolehnya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Semoga setiap perawat di Indonesia memiliki kesadaran tentang pentingnya meningkatkan kualitas diri dan mendapat dukungan, serta perhatian dari pemerintah pusat dan daerah, melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kebutuhan para perawat itu sendiri. (*)

*Penulis adalah mahasiswa alih jenis Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur

Comments Box

Dapatkan update berita terbaru setiap hari dari News Room Jubi. Mari bergabung di Grup Telegram “News Room Jubi” dengan cara klik link https://t.me/jubipapua , lalu join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
banner 400x130
banner 728x250