Oleh: Gembala Dr AG Socratez Yoman MA*
“…Tulis sebanyak-banyaknya tentang bangsamu. Bangsa tertindas yang selama berabad-abad membisu. Tulis, umumkan, jangan sampai tak melakukan perlawanan. Ingat gadis Jepara itu, ingat Multatuli, Ingat Hatta, Ingat Suwardi Suryaningrat, ingat Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, semua mengoncangkan sendi-sendi pemerintah kolonial dengan tulisan. Ya, dengan tulisan” (Mayon Sutrisno. Arus Pusaran Soekarno, Roman Zaman Pergerakan. Cet. 2, 2001: 201).
Kami sudah sekolah. Kami tahu dan mengerti dan sadar bahwa bangsa kolonial modern Indonesia menduduki dan menjajah bangsa Papua sejak 19 Desember 1961 sampai sekarang.
Tulisan ini, saya abadikan dengan pulpen tulang-belulang, tintanya air mata dan darah serta penderitaan bangsaku—orang asli Papua (OAP). Seluruh penderitaan OAP sejak 19 Desember 1961 dan 1 Mei 1963 sampai sekarang yang ditulis dengan tinta akan terhapus, tapi saya menulis penderitaan bangsa ini dengan pulpen tulang-belulang, tinta air mata dan darah.
Dalam hal ini, kalau saya tidak menjadi pulpen untuk menulis penderitaan orang asli Papua, saya cukup menjadi alas penghapus di tangan Tuhan untuk menghapus tetesan air mata di pipi mereka dan darah dari tubuh mereka.
Kita memperjuangkan martabat (dignity) rakyat dan bangs West Papua tidak dengan cara-cara mengemis dan tunduk kepada penguasa kolonial modern Indonesia, karena sejak dulu, rakyat dan bangsa West Papua sebagai bangsa berdaulat dan terhormat di atas tanah leluhurnya.
Dalam buku saya berjudul “West Papua: Persoalan Internasional” (2011), saya abadikan keyakinan iman dan pandangan politik saya sebagai berikut:
“Saya tahu, saya mengerti dan juga saya sadar apa yang saya baktikan ini. Karena itu, Anda yakin atau tidak yakin, Anda percaya atau tidak percaya, Anda suka atau tidak suka, Anda senang atau tidak senang, Anda terima atau tidak terima, cepat atau lambat, penduduk asli Papua Barat ini akan memperoleh kemerdekaan dan berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa dan negara berdaulat di atas tanah leluhur mereka. Dalam keyakinan dan spirit itu, apapun resikonya dan pendapat orang, saya dengan keyakinan yang kokoh dan keteguhan hati nurani, saya mengabdikan ilmu saya untuk menulis buku-buku sejarah peradaban dan setiap kejadian di atas tanah ini. Supaya anak-cucu dari bangsa ini, ke depan, akan belajar bahwa bangsa ini mempunyai pengalaman sejarah penjajahan dan penderitaan panjang yang pahit dan amat buruk yang memilukan hati yang dilakukan dari penguasa kolonial modern Indonesia.” (Kamis, 9 Juni 2011).
Indikator-indikator kemerdekaan rakyat dan bangsa Papua Barat yang saya analisis sebagai berikut:
Pertama, rakyat dan bangsa Papua Barat telah membentuk wadah pemersatu pergerakan bersama, yaitu United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
ULMWP adalah rumah bersama yang dibentuk di Vanuatu, 7 Desember 2014 oleh tiga pilar utama, yaitu, NRFPB (Negara Republik Federal Papua Barat), WPNCL (West Papua National Coalition for Liberation), NPWP (National Parliament of West Papua).
ULMWP diterima di MSG (Melanesian Spearhead Groups) sebagai peninjau (observer), ULMWP juga hadir di PIF (Pacific Island Forum), ACP (Kelompok Negara Afrika, Karibia dan Pasifik), Uni Eropa, dan PBB. ULMWP juga didukung oleh Dewan Gereja Papua (WPCC), Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC), dan Dewan Gereja Dunia (WCC) dalam tugas penggembalaan atau tugas pastoral:
Kedua, komunitas internasional semakin belajar dan memahami persoalan ketidakadilan, rasisme, kekerasan negara dan pelanggaran HAM berat di Papua, yang mengindikasikan proses genosida secara sistematis, terstruktur, masif, kolektif dan meluas selama 61 tahun (sejak 1 Desember 1961);
Ketiga, rakyat Indonesia, terutama, generasi muda Indonesia sedang belajar dan memahami sejarah penggabungan wilayah Papua ke dalam wilayah Indonesia melalui Perjanjian New York 15 Agustus 1962 dan Pepera 1969 dengan cara yang ilegal dan berdarah-darah;
Keempat, selama 61 tahun sejak 19 Desember 1961, penguasa kolonial modern Indonesia membangun Papua dengan pernyataan-pernyataan di media yang memanipulasi keadaan rakyat dan bangsa West Papua yang sesungguhnya.
Penguasa kolonial modern Indonesia “rajin dan lebih mahir” memproduksi hoaks dan menggunakannya untuk melumpuhkan, menghancurkan dan membunuh rakyat West Papua. Orang asli Papua distigma GPK (gerakan pengacau keamanan), GPL (gerakan pengacau liar), OPM (organisasi Papua merdeka), separatis, makar, KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan terbaru adalah teroris.
Stigma-stigma ini melukai hati dan perasaan orang asli Papua. Penguasa Indonesia tidak memenangkan hati rakyat Papua. Sebaliknya rakyat Papua dipinggirkan;
Kelima, perlakuan negara terhadap orang asli Papua dengan pandangan rasisme dan fasisme yang kuat. Orang asli Papua rambut keriting dan berkulit hitam disebut “monyet” dan “gorila” dari waktu ke waktu:
Keenam, seluruh sumber daya alam (SDA) di Tanah Papua dirampok, dicuri, dijarah dan dibawa ke pusat kekuasaan kolonial, seperti pembangunan pabrik smelter di Jawa Timur;
Ketujuh, pengabsahan Pepera 1969 yang dimenangkan ABRI (kini: TNI) terus dipertanyakan dan digugat oleh rakyat Papua Barat dan komunitas internasional;
Kedelapan, Undang-Undang Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 sebagai solusi final persoalan West Papua telah gagal total dan pemerintah Indonesia dengan pandangan sangat rasis dan fasis menetapkan Otonomi Khusus Jilid 2 Nomor 2 Tahun 2021.
Otsus jilid 2 ini disebut otsus gigi ompong dan otsusnya penguasa Indonesia dan kepentingan penguasa Indonesia.
Otsus jilid 2, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 telah menghapus status Papua sebagai daerah otonomi khusus. Jadi, di Papua tidak berlaku otsus, karena semua kewenangan diambil alih oleh penguasa kolonial modern Indonesia di pusat;
Kesembilan, pemaksaan daerah otonomi baru (DOB) adalah bukti kepanikan penguasa atas pergerakan rakyat dan bangsa West Papua melalui wadah politik resmi ULMWP. Bersambung. (*)
* Penulis Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP), anggota Dewan Gereja Papua (WPCC), Anggota Konferensi Gereja-Gereja Pasifik (PCC), Anggota Baptist World Alliance (BWA)
Discussion about this post