Jayapura, Jubi – Persipura Jayapura sedang merekonstruksi kekuatan mereka pada masa jeda putaran kedua kompetisi Pegadaian Championship 2025.
Di bawah kemudi sang arsitek lawas, Rahmad Darmawan, Persipura berupaya membangun kembali skuad mereka seperti dulu sebagai tim yang memainkan sepak bola indah, cepat, dan penuh gairah.
Rahmad Darmawan adalah sosok yang sudah tidak asing dalam sejarah Persipura. Ia pelatih yang berhasil mempersembahkan gelar juara pertama bagi tim berjulukan Mutiara Hitam itu pada kompetisi Liga Indonesia 2005.
Sebagai juru taktik yang paham dengan karakter permainan Persipura, Rahmad Darmawan tentu menyadari betul posisi mana yang paling vital untuk dibenahi.
*****************
Jubi.id adalah media yang berbasis di Tanah Papua. Media ini didirikan dengan sumberdana masyarakat melalui donasi dan crowd funding. Dukung kami melalui donasi anda agar kami bisa tetap melayani kepentingan publik.
*****************
Baru-baru ini, dia membeberkan bahwa taktiknya membutuhkan suntikan dua tenaga baru di lini tengah, seorang gelandang bertahan dan gelandang serang yang kreatif.
Untuk memenuhi kebutuhan komposisi skuad yang ideal dalam taktik Rahmad Darmawan, manajemen Persipura terpaksa mengambil keputusan berat, melepas enam pemain sekaligus. Bahkan berhembus kabar, perombakan juga akan terjadi pada posisi pemain asing.
Perombakan tersebut merupakan hasil dari evaluasi menyeluruh yang dilakukan staf pelatih dan manajemen klub untuk penyegaran skuad, serta penyesuaian strategi di bawah arahan pelatih kepala Rahmad Darmawan.
Enam pemain yang dilepas adalah Marinus Wanewar, Joshua Isir, Fridolin Yoku, Elfis Harewan, Adriano Malibela, dan John Pigai.

“Persipura Jayapura ingin menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi yang tulus kepada enam pemain yang akan berpisah dengan tim di tengah musim ini,” kata Manajer Persipura, Owen Rahadian.
“Kami dengan tulus mendoakan yang terbaik, semoga karier kalian terus berkembang dan kesempatan baru membawa keberhasilan serta kebahagiaan,” ujarnya.
Keputusan itu menjadi sebuah penegasan taktis. Rahmad Darmawan sedang mencari kepingan jigsaw atau potongan puzzle yang akan menentukan hidup atau matinya ambisi Persipura musim ini.
Kebutuhan taktis Rahmad Darmawan mengerucut tajam pada dua posisi sentral di lini tengah, gelandang bertahan atau yang biasa dikenal sebagai ‘Nomor 6’, dan seorang gelandang serang kreatif (playmaker).
Dua posisi itu dalam filosofi taktis Rahmad Darmawan adalah titik gravitasi untuk menciptakan keseimbangan antara soliditas pertahanan dan daya ledak serangan.
“Mungkin kita perlu satu atau dua pemain, satu pemain di posisi yang sangat penting. Dan untuk yang asing kita tunggu nanti seperti apa. Kita butuh seorang pemain yang bermain di posisi nomor 6 (DM), ya. Dan satu playmaker, second striker, atau pemain nomor 10,” kata Rahmad.
Pandangan sang ‘penghancur’
Menarik mundur ke masa kejayaan Persipura yang pertama pada 2005 di bawah kemudi Rahmad Darmawan. Ketika itu Persipura punya lini tengah yang kokoh, duet Marwal Iskandar dan Eduard Ivakdalam.
Duet itu menciptakan keseimbangan sempurna antara daya hancur dan kreativitas. Marwal sebagai ‘penghancu’” dan Edu sebagai penyuplai atau kreator.

Marwal, gelandang bertahan yang turut membawa Mutiara Hitam juara saat itu, memberikan pandangannya tentang mengapa peran gelandang ‘Nomor 6’ dan ‘Kreatif’ ini begitu vital dalam taktik yang diterapkan Rahmad Darmawan atau RD.
“Saya menilai taktik coach RD untuk gelandang bertahan dan gelandang kreatif itu memang sangat berpengaruh di dalam tim. Sebab, daerah tengah itu memang tempat bertarung. Itu adalah jantung dalam permainan sepak bola. Maka dari itu, Coach RD senantiasa memperkuat posisi gelandang bertahan dan gelandang kreatif,” kata Marwal.
Legenda Persipura yang kini menjadi instruktur pelatih itu menceritakan, perannya sebagai gelandang bertahan di bawah arahan RD saat itu bukan hanya sebagai perebut bola dari kaki lawan. Itu adalah tugas yang sangat spesifik dan strategis, khususnya dalam menumpulkan senjata utama lawan.
“Saat di Persipura dulu, gelandang bertahan sangat berperan, sebab coach RD memberikan instruksi khusus untuk menjaga pemain-pemain kunci lawan, terutama playmaker. Di saat itu, rata-rata gelandang serang atau playmaker tim lawan adalah pemain asing. Tugas khusus saya adalah menutup pergerakan atau membuat pemain tersebut tidak berkembang dan tidak leluasa membagi bola ke rekan-rekan mereka,” ujarnya.
Filosofi taktis RD saat itu, menurut Marwal, adalah kombinasi ideal yang menitikberatkan pada penguasaan bola (ball possession) dan serangan mendadak yang tajam ke depan (counter attack). Taktik ini, ketika itu didukung kecepatan luar biasa para pemain muda Persipura, seperti Boaz Solossa, Ian Kabes, dan Korinus Fingkreuw.
Duet Marwal dan Eduard Ivakdalam menjadi contoh sempurna tentang koneksi ideal yang kini tengah diburu RD di Persipura. Keduanya memiliki fungsi yang saling melengkapi, mencapai apa yang disebut Marwal sebagai ‘saling mengerti dan saling menutupi’.

“Koneksi di lapangan tengah antara saya dan Edu Ivakdalam saat itu adalah, kami selalu berkomunikasi. Kami saling menutupi. Kami punya tugas masing-masing. Tugas saya adalah merebut bola dari pemain lawan, lalu segera memberikan bola ke Edu. Tugas Edu adalah membagi bola ke pemain depan Persipura,” kata Marwal.
Ketika serangan langsung tidak memungkinkan, kedua gelandang ini kembali memainkan bola di tengah, mengontrol tempo dengan ball possession sembari menunggu pemain depan mendapatkan ruang kosong untuk diberikan umpan. Perbedaan karakter keduanya saling menunjang pada lini tengah Persipura.
“Saya dan Edu sudah saling mengerti dan saling mengetahui kekurangan masing-masing, serta pergerakan kami. Edu bagus banget jika bola berada di kakinya, tapi kurang bagus dalam bertahan. Saya bagus saat bertahan, menjaga lawan, merebut bola, namun saya tidak memiliki keahlian dalam membagi bola. Saling memahami inilah yang membuat kami terkoneksi dengan baik di lapangan,” ujarnya.
Penjelasan Marwal Iskandar itu menegaskan betapa pentingnya koneksi dua gelandang dengan karakter yang berbeda di lini serang sebuah tim.
RD mencari duet gelandang yang memiliki simbiosis sempurna, yang mampu berkomunikasi, menutupi kekurangan rekan, dan mengeksekusi visi taktis pelatih di lapangan. Mirip seperti apa yang pernah mereka lakukan saat membawa Persipura ke podium juara.
Analisis taktik Rahmad Darmawan
Rahmad Darmawan dikenal sebagai arsitek yang sangat mengutamakan struktur dan disiplin. Tidak hanya di Persipura, Sriwijaya FC juga pernah ia bawa ke puncak kejayaan. Peran gelandang bertahan yang berfungsi ganda sebagai pemotong serangan (ball-winning midfielder) dan inisiator serangan balik (deep-lying playmaker) menjadi kunci keberhasilan taktiknya.

Ketika melatih Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan sangat terbantu dengan keberadaan Wijay Singh sebagai gelandang bertahan bertipikal petarung, yang dikombinasikan dengan playmaker cerdas dan lincah asal Liberia, Zah Rahan Krangar. Alhasil, Sriwijaya juga diantarkannya meraih juara Liga Indonesia 2007/2008, dan Piala Indonesia tiga kali beruntun (2007/2008, 2008/2009, dan 2010).
Pemain bertipikal nomor 6 ideal versi RD tidak hanya memiliki kemampuan intersep dan tekel yang mumpuni, tetapi juga visi passing jarak jauh yang akurat untuk segera mendistribusikan bola ke sektor sayap atau langsung ke penyerang.
Dalam taktik Rahmad Darmawan yang kerap mengusung skema 4-2-3-1 atau 4-3-3, posisi nomor 6 berperan sebagai katup pengaman dan mesin distributor pertama. Jika pemain di posisi itu gagal menahan tekanan lawan, struktur pertahanan tim mudah jebol, dan serangan yang dibangun pun menjadi lambat.
Jika Nomor 6 adalah fondasi pertahanan, maka gelandang serang atau kreator adalah jantung kreativitas tim. Posisi ini adalah penghubung vital antara lini tengah dan lini serang, bertugas memecah kebuntuan melalui umpan terobosan, dribbling mematikan, atau bahkan penyelesaian akhir dari luar kotak penalti. Ini adalah pemain yang memegang ‘kunci’ untuk membuka pertahanan lawan yang rapat.
Pada kesuksesan Rahmad Darmawan sebelumnya, pemain di posisi ini sering kali menjadi Most Valuable Player (MVP). Mereka adalah figur yang tidak hanya piawai secara teknis, tetapi juga memiliki kebebasan dan tanggung jawab penuh untuk berimprovisasi di sepertiga akhir lapangan.
Secara historis, Persipura punya ciri khas bermain yang mengandalkan kecepatan dan skill individu, kehadiran gelandang-gelandang disiplin dan visioner akan menjadi jangkar yang memastikan transisi negatif tidak menjadi bencana.

Rahmad Darmawan membutuhkan figur yang memiliki ketenangan, kekuatan fisik, dan pemahaman taktis untuk membaca alur permainan lawan dan menutup ruang di depan empat bek.
Keberhasilan mendapatkan pemain dengan tipikal seperti itu akan menjadi fondasi absolut bagi kebangkitan Mutiara Hitam.
Suporter dan pemerhati Persipura, Ikhsan mengakui posisi yang sangat dibutuhkan Persipura saat ini adalah gelandang bertahan dan gelandang serang.
Menurutnya, dua posisi itu sangat penting dalam permainan tim, sebagai pengontrol tempo dan pemutus serangan lawan, sehingga dengan sendirinya mudah tercipta kreativitas, menciptakan peluang, dan memecah kebuntuan ketika serangan buntu.
“Karena Persipura kerap kesulitan membangun serangan variatif. Itu sebabnya gelandang bertahan dan playmaker menjadi kebutuhan utama dan tidak bisa ditunda,” kata Ikhsan.
Butuh pemain berkualitas
Keputusan melepas enam nama dari daftar pemain Persipura diumumkan dengan cepat, memicu berbagai spekulasi. Namun, langkah itu adalah keputusan teknis dari jajaran pelatih yang didasarkan pada pertimbangan tim.
RD menyebut skuadnya terlalu gemuk dan harus dirampingkan agar pemain bisa lebih banyak mendapatkan kesempatan bermain.
“Ini adalah sebuah kompetisi panjang dan sengaja kita memang menginginkan adanya pengurangan pemain karena terlalu banyaknya pemain di tim sehingga tidak efektif buat mereka juga,” kata RD.
Ia juga memberi kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan karier di tim lain.

Untuk mengganti slot pemain yang pergi, RD mengonfirmasi akan ada penambahan pemain, namun jumlahnya tidak akan berlebihan.
“Kita maksimum mungkin akan menjadi 31 atau 32 pemain maksimal, atau bahkan 30 lagi,” bebernya.
Mengenai identitas pemain baru, RD hanya memberikan bocoran bahwa penambahan akan dilakukan dari pemain lokal, bukan asing.
Suporter menyuarakan agar pemain yang nantinya didatangkan benar-benar merupakan sosok yang tepat untuk kebutuhan tim. Mereka berharap manajemen bisa mendatangkan pemain berkualitas mengingat persaingan di Grup Timur sangat ketat.
“Harapan kami dalam bursa transfer pemain baru nantinya harus berkualitas, tepat sasaran, sesuai kebutuhan dan filosofi bermain cepat, kerja keras, cepat adaptasi, dan punya mental bertarung,” kata Ikhsan.
Jika Persipura mampu mendatangkan pemain yang tepat, kata Ikhsan, dukungan suporter tidak akan pernah surut. Harapannya sederhana, Persipura kembali garang, mendominasi lini tengah, dan tampil sebagai Mutiara Hitam yang sesungguhnya.
“Dan harus berkomitmen dengan target awal untuk bisa merebut tiket promosi ke kompetisi Liga 1,” ujarnya.
Ia juga mendukung perombakan skuad Persipura, karena menurutnya itu adalah evaluasi dari tim pelatih dengan pertimbangan yang matang untuk mencari komposisi yang ideal. Namun, mewakili suporter Persipura, ia meminta agar nantinya pemain baru yang didatangkan punya kualitas yang lebih baik.
Menurut Ikhsan, keputusan Persipura melepas enam pemain merupakan bagian dari evaluasi dan penyegaran dalam tim.
“Kami tetap support apa yang dilakukan manajemen, keberanian melepas pemain juga harus dibarengi dengan perekrutan yang tepat,” katanya.
Namun, ia mengingatkan, keputusan ini juga menyimpan risiko, terutama jika pengganti yang datang tidak lebih baik atau butuh waktu adaptasi panjang. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!
















Discussion about this post