Jayapura, Jubi – Para pendukung setia Persipura sangat kecewa dengan pencapaian tim kebanggaan mereka saat ini. Tiga kekalahan beruntun membuat Persipura terpuruk di Kompetisi Sepak Bola Liga 2 musim 2024–2025.
Koordinator Blackpearl Curva Nord (BCN) 1963, kelompok suporter Persipura Capo Angky menyatakan keterlambatan dalam mempersiapkan tim menjadi salah satu penyebab utama permasalahan. Mereka telah acap kali mengkritik kelambanan manajemen Persipura tersebut.
“Cara mengelolanya [tim] tidak profesional. Bagi kami, pihak manajemen gagal dalam menangani Persipura,” kata Angky dalam akun facebook-nya, Minggu (29/9/2024).
Persipura berada pada papan bawah dalam klasemen sementara Grup 3 Liga 2. Tim asuhan Ricardo Salampessy tersebut harus menelan kekalahan dari klub-klub medioker saat Persipura masih berjaya di Liga 1.
Ramai Rumakiek, dan kawan-kawan dipermalukan di hadapan Persipuramania, setelah kalah 0-1 saat melawan Persela Lamongan di Stadion Mandala, Rabu pekan lalu. Mereka, sebelumnya juga harus mengakui keunggulan Persibo Bojonegoro sebagai tim tamu karena kalah dengan skor 1-2.
Tim Mutiara Hitam dijadwalkan melakoni laga tandang untuk melawan Gresik United dan Deltras FC pada bulan depan. Hasil dari dua pertandingan itu sangat menentukan nasib dan juga muruah Persipura sebagai tim kebangaan Tanah Papua.
Sebagai pendukung setia Persipura, Angky selalu mengamati perkembangan, dan penampilan Tim Mutiara Hitam sejak masih berlaga di Liga 1. Dia sangat berharap Persipura kembali berjaya sebagai tim terpandang dalam persepakbolaan Indonesia.
“Tugas kami hanya menjaga supaya [Persipura] tetap berada di jalannya. Bagi kami, siapa pun pemain, dan pelatihnya, kalian harus berjuang untuk mengembalikan kejayaan itu,” ujar Angky.
Berdasarkan pengamatannya, banyak yang harus dibenahi manajemen untuk mengembalikan kejayaan Persipura. Salah satunya ialah dalam pembentukan tim. Dia menilai manajemen selama ini asal-asalan dalam membeli pemain.
Manajemen Persipura menurut Angky, juga gagal mencari sponsor selain PT Freeport Indonesia, dan Bank Papua sehingga mereka selalu kesulitan dana. Selain itu, manajemen gagal membina pesepak bola muda sebagai cikal bakal penerus Tim Persipura. Potensi sumber pemasukan tim juga tidak dikelola secara profesional dan manajemen tidak transparan dalam mengelola klub. (*)