Jayapura, Jubi – Sejumlah organisasi induk cabang olahraga menolak wacana pengurangan jumlah atlet Papua yang diberangkatkan ke Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI Aceh – Sumatera Utara. Organisasi induk cabang olahraga berpendapat setiap atlet Papua yang telah dinyatakan lolos ke PON berhak untuk diberangkatkan ke Aceh dan Sumatera Utara.
Komite Olahraga Nasional Indonesia atau KONI Papua sejak April 2024 sudah mewacanakan bahwa tidak semua atlet yang lolos kualifikasi PON akan diberangkatkan ke PON XXI Aceh – Sumatera Utara. Pasalnya, KONI Papua telah mengajukan permintaan dana senilai Rp284 miliar untuk membiayai pemusatan latihan dan keberangkatan 402 atlet Papua yang telah lolos kualifikasi PON XXI, namun usulan itu belum disetujui.
Hingga kini Pemerintah Provinsi Papua belum mengumumkan berapa anggaran yang akan mereka berikan untuk membiayai keikutsertaan atlet Papua dalam PON XXI. KONI Papua menanggapi situasi itu dengan mewacanakan kemungkinan bahwa hanya 274 atlet dari total 402 atlet lolos PON yang nantinya akan diberangkatkan ke Aceh – Sumatera Utara.
Beberapa organisasi induk cabang olahraga yang telah meloloskan atlet Papua ke PON XXI menolak wacana pengurangan jumlah atlet Papua yang diberangkatkan ke Aceh dan Sumatera Utara. Pengurangan jumlah atlet itu melanggar hak atlet yang telah berhasil lolos dari babak kualifikasi PON, dan bisa menimbulkan komplikasi teknis aturan kompetisi tiap-tiap cabang olahraga dalam PON XXI Aceh – Sumatera Utara.
Terikat aturan
Pelatih Tim Hoki Outdoor PON Papua, Matheus Kbarek mengatakan jika jumlah atlet dalam timnya harus dikurangi, timnya akan kesulitan untuk menentukan komposisi pemain dan strategi permainan. Pasalnya, ada aturan teknis yang mewajibkan komposisi pemain tim hoki outdoor PON terdiri dari separuh pemain junior dan separuh pemain senior.
Tim Hoki Outdoor PON Papua menyiapkan 36 pemain yang terdiri dari 18 atlet putra dan 18 atlet putri. “Di dalam Technical Hand Book [cabang olahraga hoki] yang mereka kirim, masing-masing tim itu 36 pemain. [Komposisinya] 50 persen pemain senior dan 50 persen junior. Jadi, rotasi [atau penggantian] pemain diatur [dengan ketat]. Pemain senior [harus] diganti [pemain] senior, dan pemain junior [harus] diganti [pemain] junior,” kata Kbarek.
Menurutnya, komposisi pemain senior dan yunior yang berimbang itu juga diberlakukan dalam nomor pertandingan hoki indoor. “Jadi kalau KONI mau kurangi atlet, itu akan menyulitkan pengaturan strategi tim kami. Kami tidak setuju, karena [hal itu] akan berdampak kepada strategi tim kami. Belum lagi kalau nanti ada yang cedera atau kelelahan, kami akan tambah repot lagi,” ujarnya.
Kbarek juga mengingatkan para atlet telah berlatih keras demi PON. Menurutnya, Tim Hoki Outdoor PON Papua putra maupun putri, berikut Tim Hoki Indoor PON Papua putra maupun putri, sama-sama berpeluang merebut medali PON XXI Aceh – Sumatera Utara.
“Kita sudah tidak bisa mengurangi atlet, karena persiapan sudah berjalan, dan aturan dari panitia seperti itu. Hoki indoor dan outdoor sama-sama berpeluang besar meraih medali. Waktu Pra-PON, [tim hoki] outdoor putra urutan dua, dan putri juara pertama. Di [nomor pertandingan] indoor, putra urutan dua, dan putri urutan ketiga,” katanya.
Mematahkan harapan atlet
Pelatih Tim Sepak Bola Putri PON Papua, Thomas Madjar juga menolak wacana pengurangan jumlah atlet Papua yang diberangkatkan ke PON XXI Aceh – Sumatera Utara. Menurut Thomas, jika atlet dalam timnya dikurangi, pengurangan itu akan berdampak kepada kemampuan timnya.
Menurutnya, dalam tim sepak bola harus ada pemain pengganti untuk semua posisi permainan yang diterapkan tim. Hal itu untuk mengantisipasi cedera maupun hal teknis lainnya.
“Setiap posisi harus punya pemain pengganti, apalagi kami sudah terlambat [dalam melakukan] persiapan. Pemusatan latihan secara mandiri belum diuji dengan pertandingan uji coba. [Keutuhan dan kemampuan] tim kami sangat rawan jika terjadi pengurangan atlet,” katanya.
Pelatih Tim Dayung PON Papua, Vines Kambay juga tidak setuju jika keterbatasan dana dijadikan alasan untuk mengurangi jumlah atlet Papua yang diberangkatkan ke PON XXI Aceh – Sumatera Utara. Kambay menyatakan jika KONI Papua tidak memberangkatkan atlet yang telah lolos kualifikasi ke PON XXI, maka KONI Papua mematahkan harapan para atlet yang sudah berlatih dan berjuang.
“Semua nomor yang [atletnya] sudah lolos [PON], biarkan saja mereka tetap ikut PON XXI. Mereka sudah latihan dan berjuang dengan biaya sendiri, latihan mandiri, dan berharap bisa tampil di PON. Kalau bisa, mereka semua [yang telah lolos kualifikasi tetap] diberangkatkan,” kata Vines.
Ketua Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Papua, Alfius Demena juga tidak setuju jika jumlah atlet yang diberangkatkan ke PON XXI dikurangi dengan alasan keterbatasan dana. Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan KONI Papua itu mengingatkan bahwa pengurangan jumlah atlet Papua tidak hanya merugikan hak atlet yang telah lolos kualifikasi PON, namun juga mengurangi peluang Papua mencetak prestasi dalam ajang kompetisi multicabang olahraga tingkat nasional itu.
“Menurut saya, itu hal yang memprihatinkan, karena [setiap organisasi induk cabang olahraga] harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Kata orang, daerah Papua itu kaya, tapi untuk membiayai atlet saja tidak bisa,” kata Demena.
Menurut Demena, jika 402 atlet Papua yang telah lolos PON diberangkatkan ke Aceh dan Sumatera Utara, Kontingen PON Papua berpeluang meraih peringkat keempat perolehan medali PON XXI. “[Dengan] 400-an atlet, kami bisa mempertahankan posisi di empat besar. Tapi kalau [jumlah atlet yang diberangkatkan] dipangkas sampai 200 atlet, sayang sekali. Semua atlet yang sudah lolos [PON] harus didukung Pemerintah Provinsi Papua agar bisa tampil di PON XXI,” ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!