Jayapura, Jubi – Tanah Papua pernah melahirkan sejumlah Orang Asli Papua yang menjadi kiper ternama di medan sepak bola Indonesia. Namun, sekarang kian jarang kita menemukan pemain Papua yang kondang karena kepiawaiannya mengawal gawang.
Sejumlah nama penjaga gawang atau kiper asal Papua sudah merantau dan berkiprah di beberapa klub luar Tanah Papua sejak era Galatama dan Perserikatan. Sebut saja Yohanes Bonay, Timotius Mote dan Silas Ohee, tiga kiper asal Papua yang pernah menjadi tulang punggung klub masing-masing.
Yohanes Bonay berandil besar membawa Persipura Jayapura promosi ke Liga Indonesia (Ligina) pada 1993/1994 dan menjadi kiper utama di klub berjulukan Mutiara Hitam itu.
Timotius Mote juga menjadi starter Persiwa Wamena, mengawal mistar gawang klub kebanggaan masyarakat Papua Pegunungan itu pada kompetisi Liga Indonesia 2006-2010.
Yang lebih kondang lagi Silas Ohee. Kiper asal Sentani itu pernah mengisi skuad utama klub asal Jawa Timur, Arema Malang, pada Liga Indonesia 2005.
Penggemar bola di Tanah Papua juga mengingat nama Salmon Kbarek, kiper yang mengawal gawang Pupuk Kaltim (PKT) Bontang di era Ligina. Ada lagi Rudi Momot, kiper utama Persma Manado pada era Ligina.
Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, kiper Papua kian langka. Beberapa dari mereka belum konsisten di bawah mistar gawang, sehingga jarang diturunkan sebagai kiper utama klubnya.
Ada satu nama yang sempat menyita perhatian publik, yaitu John Pigai. Kiper muda itu tampil menawan dan membuat heboh ketika mencetak gol dari tendangan bebas saat memperkuat tim sepak bola Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua dalam PON XX Papua pada tahun 2021 lalu.
John Pigai kemudian bergabung skuad Persipura pada Liga 2 musim 2023/2024. Sayang, dia belum mendapatkan kepercayaan penuh untuk menjadi kiper utama.
Ada dua klub sepak bola Papua lain yang juga berlaga di Liga 2 musim 2023/2024, yaitu PSBS Biak Numfor dan Persewar Waropen. Kedua klub itu juga tidak punya kiper asli Papua sebagai kiper utamanya. PSBS Biak Numfor menaruh Mario Londok di bawah mistar gawangnya, sementara Persewar memilih Adzib Al Hakim sebagai penjaga gawangnya.
Menurut legenda kiper Papua, Silas Ohee, ada sejumlah faktor yang membuat langkanya pesepak bola Papua yang menjadi kiper andal. Silas menyebut salah satu faktornya, yaitu persepsi bahwa posisi penjaga gawang tidak istimewa dan jarang mendapatkan apresiasi yang layak.
Ohee menyebut faktor lingkungan sepak bola di Tanah Papua, yang dinilainya tidak menunjang gairah pesepak bola untuk bersaing menjadi penjaga gawang. Hal itu membuat kompetisi dan turnamen lokal jarang menjadi arena bersaing pemain yang ingin menjadi kiper.
“Lalu, [faktor lainnya adalah] kurang atau tidak ada pembimbingan khusus untuk membina penjaga gawang di Papua. [Tidak ada] pelatihan yang lebih spesifik terkait penjaga gawang,” sebut Silas pada Minggu (16/6/2024).
Silas juga menyebut kebanyak pesepak bola Papua tidak memiliki postur tubuh yang ideal untuk menjadi penjaga gawang tangguh. “Itu yang membuat kita kalah bersaing dengan penjaga gawang dari daerah lai. Itu empat alasan yang menurut saya [menjadi faktor] kenapa di Papua tidak muncul penjaga gawang yang menonjol.”
Johanes Bonay, kiper legendaris Persipura juga menilai kebanyakan pemain sepak bola muda Papua lebih tertarik bermain di posisi selain kiper. “[Kiper bagus] bisa dihitung dengan jari, karena terlalu sedikit anak-anak Papua yang berminat [menjadi kiper]. Saya sejak awal sangat tertarik dan terus tekun berlatih sebagai penjaga gawang. [Pada] era Fison Merauje, baru Helconi [yang] direkrut untuk memperkuat Persipura. Sejak itu, tidak ada lagi anak Papua menjadi penjaga gawang,” ujarnya.
Latihan khusus kiper
Pengamat sepakbola yang juga mantan kapten Persipura pada era 80-an, Nando Fairyo mengatakan upaya memunculkan kiper Papua harus dilakukan dengan merombak metode pembinaan pemain muda. Ia menyebut setiap klub maupun sekolah sepak bola (SSB) seharusnya memiliki metode latihan khusus bagi kiper.
Ia mencontohkan pada masanya kiper Persipura Yohanes Bonay memiliki cara latihan yang berbeda dari para pemain lainnya. “Kita pernah punya Yohanes Bonay yang memang terlahir sebagai kiper angkatan kami. Ketika latihan, dia selalu melakukan senam kiper untuk melatih kelincahan badan, meliuk-liuk di atas lapangan. Ia melatih fokus mata serta feeling ketepatan. Itu dilatih hampir enam tahun, baru bisa jadi,” kata Nando Fairyo.
Menurut Nando, kiper andal adalah hasil proses latihan dan talenta yang dibentuk oleh pelatih di SSB. “Posisi kiper sangat penting dan menentukan kemenangan tim, sama dengan membuat gol ke gawang lawan. Kalau kita kebobolan, maka kemenangan di depan mata [bisa] hilang. Saat ini banyak video di youtube tentang bagaimana melatih kiper, bisa dicoba dan dipraktekkan oleh para pelatih,” ujarnya.
Legenda PSM Makassar dan mantan pelatih Persipura, Luciano Leandro menilai Tanah Papua punya potensi yang besar mencetak kiper andal. Akan tetapi, pembinaan usia dini para pesepak bola di Tanah Papua membutuhkan tenaga profesional yang mumpuni untuk melatih banyak pesepak bola berbakat.
“[Perlu ada] kerja yang terstruktur untuk mengembangkan fundamental sepak bola dari awal. Pasti akan ada beberapa pemain yang tampil di semua posisi sepak bola, termasuk penjaga gawang. [Kita] perlu mengkaji ulang metode latihan yang lebih modern dan melatih mereka dengan lebih baik untuk menghasilkan kiper berkualitas tinggi dalam waktu dekat,” ujar Leandro. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!