Jayapura, Jubi – Ketua Umum Persipura dan tim baru saja berkunjung ke Ketua Umum Pertama Persipura, Pdt Mesack Koibur, pada 25 Mei 2023, di Angkasa Indah Kota Jayapura. Hari itu merupakan ulang tahun ke-86 tahun, mantan Ketua Sinode GKI di Tanah Papua yang pertama kali mencetuskan pertemuan di mess GKI bersama dengan klub-klub sepak bola di Kota Sukarnapura, nama Kota Jayapura kala itu, pada 25 Mei 1965.
“Puji Tuhan kalau manajemen Persipura mau memberikan ucapan selamat kepada Bapak Pdt Mesack Koibur di rumah,” tulis Benny Jensenem, mantan bek kanan Persipura era 1970-an dan juga Ketua Asosiasi Mantan Pemain Persipura (AMPP) dalam pesan WA-nya kepada Jubi.id, Sabtu (27/5/2023).
Dia menambahkan apakah hal itu juga terkandung makna sebagai peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Persipura yang sama identik dengan ulang tahun Pendeta Koibur.
“Artinya manajemen Persipura sudah membetulkan penetapan tanggal hari ulang tahun Persipura yang direkayasa menurut versi politik,” kata Jensenem.
Menyimak cerita Johanes Auri dalam Skor.id menyebutkan soal Kontiki yang menjadi nama awal Persipura sebagai klub, sekaligus pula menyibak sejarah yang selama ini kurang terpublikasi.
Salah satunya adalah soal tanggal lahir klub. Dalam sejarah sejumlah tulisan disebutkan bahwa Persipura lahir pada 1 Mei 1963. Hal ini berbeda dengan fakta sejarah. Memang waktu itu ada pertandingan antara klub bernama Persikobar atau Persatuan Sepak Bola Kota Baru. Apalagi Kota Baru sendiri nama yang diberikan untuk menggantikan nama Hollandia kala itu.
Sedangkan dalam salinan dokumen yang ditulis oleh Pdt Mesack Koibur disebutkan bahwa tanggal kelahiran Persipura adalah 25 Mei 1965 dan bukan 1 Mei 1963.
Mesack Khoibur yang adalah seorang pendeta merupakan Ketua Umum Persipura pertama dan Barnabas Youwe menjadi sekretaris tim sekaligus pelatih.
Dalam proses pencarian pemain, sebagaimana tertulis dalam dokumen tersebut, motto yang manjadi landasan Barnabas Youwe adalah “one for elevent, elevent for one.”
Sedangkan visi Persipura adalah menjadi pusat pengkaderan tenaga-tenaga profesional sebagai orang Papua yang dapat diakui harkat, martabat, dan harga dirinya.
Visi ini sangat korelatif dengan situasi saat itu, di mana Papua dalam masa tekanan politik, sehingga diharapkan terhindar dari rasa minder, frustrasi, dan masa depan suram.
“Adapun misi berdirinya Persipura adalah menciptakan sumber daya alam (SDM) Papua yang berkualitas. Untuk misi ini, kiranya Persipura telah berhasil,” demikian dikutip Jubi.id dari Skor.id, kala itu.
Selain itu, Benny Jensenem mengatakan bahwa sejarah sepak bola di Tanah Papua terdiri dari dua bagian besar yaitu pertama masa sebelum penyerahaan Irian Barat ke tangan Republik Indonesia, 1 Mei 1963. Kedua adalah sejarah sepak bola paska 1 Mei 1963 sampai dengan Persipura sekarang dan klub perserikatan lainnya.
Mantan Sekretaris Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Pdt Mesak Koibur, mengatakan setelah 1 Mei 1963-1965 situasi di tanah Papua sangat mencekam termasuk kota Hollandia sekarang Kota Jayapura.
“Para pemuda lesu dan tak bersemangat dan pihaknya berkewajiban untuk mengembalikan semangat anak-anak Papua dengan bermain sepak bola,” katanya kepada Jubi.id.
Benny Jensenem menambahkan tidak mau menulis sejarah sebelum 1 Mei 1963 tetapi paska 1963 sampai sekarang.
“Kecuali beberapa hal yang akan menjadi relevan untuk diketahui kapan dan di mana olahraga sepak bola mulai diperkenalkan di tanah Papua,” katanya.
Menurut Jensenem, sejarah sepak bola di Papua diperkenalkan pertama kali oleh guru guru zendeling kepada anak-anak Papua yang ikut pendidikan sekolah guru di Miei, Teluk Wondama, pada 1925.
Guru Pdt IS Kijne memberikan materi pelajaran olahraga sepak bola dalam pendidikan di sekolah-sekolah kampung di Papua.
”Kemudian guru-guru yang telah dididik ini meneruskannya kepada anak-anak kampung yang menjadi murid sekolah kampung atau Dorp School atau sekolah tiga tahun dan menjadi satu kurikulum,” katanya seraya menambahkan saat itu hampir sebagian besar di kampung-kampung terdapat lapangan sepak bola.
Mengapa sepak bola menjadi salah satu olahraga pilihan di Tanah Papua? Menurut mendiang Th Wospakrik, salah seorang murid kesayangan IS Kijne, bahwa sepak bola mengajarkan kedua tim saling bersalaman sebelum dan sesudah pertandingan.
“Biar kalah maupun menang harus saling berjabatan tangan usai pertandingan,” kenang Wospakrik, mantan bek tengah Hollandia Voteball Bond, beberapa waktu lalu.
Th Wospakrik menuturkan pertama kali Hollandia Bond juara mengalahkan Biak Bond di lapangan Ratu Juliana, sekarang lapangan Trikora, pada 1 April 1950. Para fans Hollandia Voteball Bond berjalan kaki dari lapangan Trikora ke lapangan Yoka, pusat sekolah Bistir Pribumi atau OSIBA, sebab waktu itu hampir sebagian besar pemain Hollandia Voteball Bond berasal dari OSIBA Yoka.
Tak heran kalau Sekolah Pendeta GKI yang sekarang Sekolah Tinggi Theologi IS Kijne ditempatkan berhadapan dengan lapangan Juliana di Padang Bulan, sekarang Lapangan Trikora.
“Pentingnya pelajaran sepak bola itu diajarkan kepada anak-anak sekolah Minggu dan jemaatnya untuk memainkan cabang olahraga si kulit bundar itu,” kata Pdt Willem Maloali, mantan Ketua Sinode GKI, dan juga mantan pesepak bola Serui Voteball Bond atau Perseru Serui.
Setelah Perang dunia II berakhir, lanjut Jensenem, wilayah Nederland Niew-Guinea ditetapkan sebagai sebuah provinsi. Pada 27 Desember 1949, JPM Van Echoud menjadi Gubernur pertama sejak Desember 1949 sampai dengan April 1950. Saat itu Kepala pemerintahan setempat Hollandia setingkat wilayah kota atau kabupaten 1949 dipimpin oleh R den Haan.
Selanjutnya digiatkanlah cabang olahraga sepak bola di berbagai sekolah formal/non formal dan institusi swasta/pemerintah sebagai upaya membangun kesehatan masyarakat dan mengajar masyarakat berkompetisi secara sehat.
“Salah satunya adalah untuk mencegah perkelahian atau perang antar kampung yang merugikan,” kata Jensenem.
Kemudian pada 1950 – 1963, kata Jensenem, barulah didirikan berbagai klub yang beraviliasi ke KNVB (Koninklijk Nederland Voetbal Bond) di Negeri Belanda. Artinya, semua peraturan pertandingan sepak bola di Nederlands Nieuw Guinea mengacu kepada peraturan KNVB.
Hal ini menyebabkan setiap 30 April, setiap tahun, dilakukan pertandingan final tounamen untuk merebut Piala Koningen Juliana Verjaardog (HUT Ratu Juliana) melalui bonden-bonden setempat.
Di situlah lahir klub-klub sepak bola di Holandia dan di seluruh wilayah Nederland Nieuw-Guinea, dengan berbagai nama, antara lain:
- WIK : Willem is Kunnen (Bisa karena ada kemauan) di Holandila Binnen.
- DOS : Door Oefening Sterk (Kuat karena selalu berlatih) di Holandia.
- PELIKAN : Club sekolah LTS (Lagere Technise School) di Hollandia Kotaraja.
- DGZ : Dienst Gezondheit Zorg) (Club Dinas Kesehatan-I) di Hollandia Dok II.
- MVV : Missi Vervolgschool Voetball (Club PMS/SMP-Missi) di Hollandia Binnen.
- HVC : Hollandia Voetbal Club di Berg en Dal Hollandia-Haven.
- NNGPM : Nederland N,G Petrolium Maatschapy Club di Sorong –Olie (tanah besar).
- JVD :Jongens van Doom di Sorong-Doom.
- KGL :Koning Gouden Lein (Benang Mas Raja) di Kampung Baru Sorong-Olie.
- VBSO : Voetball Bond Serui en Omstreken.
- VBH : Voetball Bond Hollandia.
- VHO : Voetball Hollandia en Omstreken.
Peristiwa 1962, Kapal Induk “KAREL DOORMAN” mengunjungi beberapa kota besar di Nederlands Nieuw-Guinea. Setiap kota yang dikunjungi akan dilakukan pertandingan sepakbola dengan bond setempat (Bond VBH di Berg en dal Hollandia, BondBiak di Biak, Bond Manokwari di Borasi-Manokwari, Bond Sorong di Klademak III Sorong-Olie dan Bond JVD di Sorong-Doom).
Tercatat pada 30 April 1962 sebagai kompetisi terakhir perayaan Ulang Tahun Ratgu Juliana pada 30 April 1962.
Selanjutnya penyerahan Papua Barat dari Belanda ke UNTEA pemerintahan sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Irian Barat 1962-1963. Tak ada kegiatan olahraga termasuk sepak bola boleh dibilang sepak bola vakum dari kota sampai ke kampung-kampung.
Berikut sejarah sepak bola Papua pasca 1963 sampai lahirnya Persipura dan masuk agenda PSSI di Indonesia.
“Pada 1 Mei 1963 secara de facto upacara penaikan bendera nasional Merah Putih di depan gedung ex Nieuw Guinea Raad atau sekarang Gedung Kesenian Papua (Lapangan Imbi) dan tidak ada kegiatan resmi lainnya,” kata Benny Jensenem.
Pernyataan ini berbeda dengan tanggal lahirnya Persipura yang dikutip dari Wikipedia.org menulis 1 Mei 1963 Persipura didirikan.
Sedangkan nama kota Hollandia sendiri berubah menjadi Kota Baru, tulis Benny Jensenem pada 4 Mei 1963 saat Kapal Perang KRU Irian tiba di Hollandia.
“Saat itu Presiden Soekarno dijemput dan diturunkan di dermaga APO dan kemudian diarak menuju lapangan olahraga Noordwijk, sekarang Lapangan Mandala Dok V,“ kata Jensenem mengutip pendapat mendiang Frits Kirihio, seraya menambahkan saat itulah nama Hollandia berubah menjadi Kota Baru. (*)