Jayapura, Jubi – Meski banyak pihak menilai kalau minat anak-anak Papua menjadi kiper atau penjaga gawang sangat kurang, mantan penjaga gawang Perkesa 78 klub Galatama era 1980-an dan mantan penjaga gawang Persipura yunior, Berthus Tamnge, menilai justru banyak peminat hanya saja kompetisi sejak usia dini yang jarang.
“Saya kira minat jadi kiper masih ada, hanya saja kurang kompetisi dan mereka jarang mau berlatih,” kata Berthus Tamnge saat ditemui Jubi.id di pangkalan ojek Dok V, Lumba Lumba, Kota Jayapura, Jumat (19/5/2023) pagi.
Dia menambahkan pertama kali pelatih Persipura, almarhum HB Samsi, memanggilnya masuk dalam skuad Persipura yunior bersama dengan Onny Mayor, karena keduanya termasuk atlet basket dari Lumba-Lumba Klub Dok V kala itu.
“Saya bersama Onnie Mayor kemudian ikut seleksi di Perkesa 78. Dari delapan penjaga gawang yang lolos, kami bertiga termasuk saya dan Onie Mayor,” kata Tamnge, rekan seangkatan Rully Nere, Metu Dwaramury, dan kawan-kawan dalam skuad yunior Persipura yang ikut pertandingan Remaja Taruna (Remtar) di Suratin Cup era 1980-an.
Dia masih meyakini kalau minat pesepak bola anak-anak Papua untuk menjadi penjaga gawang masih tinggi.
“Hanya saja pelatih atau klub-klub SSB di Jayapura harus jeli melihat dan juga melatih mereka,” katanya.
Sementara itu, pelatih SSB Imanuel Sentani, Agus Ohee, mengakui kalau minat menjadi penjaga gawang masih rendah terutama bagi anak-anak Papua yang lebih suka menjadi penyerang atau bek ketimbang kiper.
“Saya melihat orang tua takut kalau anaknya jatuh atau menangkap bola bisa membuat mereka mungkin cedera. Padahal menjadi kiper juga penting dalam sebuah kesebelasan,” katanya.
Walau demikian. ada pendapat lain yang mengatakan gara-gara anak-anak Pa,pua suka bermain sepak bola jalanan alias patah kaleng sehingga tidak ada yang berminat menjadi penjaga gawang. (*)