Jayapura, Jubi – 14 Agustus 2019, hari di mana Persipura Jayapura memainkan laga terakhirnya di Stadion Mandala pada kompetisi Liga 1 menjamu Kalteng Putra. Tim berjulukan Mutiara Hitam terpaksa menjadi “musafir” karena rumah mereka itu tengah disiapkan untuk menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua tahun 2021.
Tim Mutiara Hitam menyudahi laga kandangnya itu dengan kemenangan 2-0 atas Kalteng Putra, sebelum mencari rumah baru untuk mengarungi sisa kompetisi.
Tapi siapa yang sangka, hengkangnya tim kebanggaan masyarakat Papua dari Stadion Mandala itu bukan sementara. Laga kontra Kalteng Putra itu adalah pertunjukan terakhir Persipura di rumah sendiri, setidaknya hingga saat ini, atau kurang lebih selama tiga tahun.
Sejak 11 September 2019, Boaz Solossa dan kolega memulai pengembaraannya sebagai tim musafir menjamu Persija Jakarta di Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Kalimantan Timur.
Sayang, markas Mitra Kutai Kartanegara (Kukar) itu tak bisa digunakan tim dari Papua dalam waktu lama. Pemerintah setempat ingin menggunakan Stadion Aji Imbut untuk menggelar kegiatan budaya.
“Aji Imbut tidak bisa digunakan sebagai home base kita, karena akan digunakan untuk menggelar acara budaya, sehingga tidak ada izin untuk menggunakannya,” ungkap Media Officer Persipura ketika itu, Eveerth Joumilena.
Tim Mutiara Hitam lalu berpindah markas ke Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka mengawali laga kandangnya di kota udang itu kontra Persela Lamongan, 15 September 2019. Lagi-lagi mereka menang dengan skor 2-0 lewat dua gol Titus Bonay.
Sidoarjo menjadi rumah tim Mutiara Hitam dalam 12 pertandingan. Mereka menutup kompetisi Liga 1 2019 di Gelora Delta dengan hasil imbang 2-2 kontra Borneo FC, 22 Desember 2019.
Meski sempat terpuruk di papan bawah pada awal putaran pertama saat dilatih Luciano Leandro, Persipura yang kembali ditukangi Jacksen Tiago akhirnya berhasil finish di peringkat ketiga walau tak bermain di hadapan publik sendiri.
Menjelang kompetisi musim berikutnya, atau Liga 1 2020, tim Mutiara Hitam harus kembali mencari rumah baru sebagai markas mereka. Manajemen akhirnya menjatuhkan pilihan ke Stadion Klabat di Kota Manado.
Tim Mutiara Hitam akhirnya resmi bermarkas di Stadion Klabat dan menggelar laga perdana mereka menghadapi PSIS Semarang pada 1 April 2020. Ketika itu, Persipura menang dengan skor 2-0 lewat gol Boaz Solossa dan Gunansar Mandowen.
Setelah laga itu, Persipura bertandang ke markas Borneo FC dan Persebaya Surabaya. Namun sayangnya, kiprah tim Mutiara Hitam untuk bermarkas di Stadion Klabat selama semusim penuh harus pupus di tengah jalan. Persipura hanya memainkan satu laga kontra PSIS.
Pasalnya, kompetisi Liga 1 musim 2020 harus dihentikan ketika baru berjalan selama tiga pekan karena adanya pandemi Covid-19. Kompetisi tersebut akhirnya ditiadakan.
Liga 1 kembali digulirkan pada 2021, meski masih dalam situasi pandemik. Lagi-lagi, keinginan Persipura untuk pulang ke rumah mereka belum bisa terpenuhi. Situasi pandemik membuat PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator memutuskan kompetisi tersebut digelar dengan format bubble to bubble menerapkan lima seri di lima wilayah tanpa kandang tandang.
Seri pertama, laga Persipura berpusat di Jabodetabek. Lalu seri kedua, mereka bermain di Jawa Tengah, dan seri ketiga di Yogyakarta. Seri keempat dan kelima semua tim bermain di Pulau Dewata, Bali, hingga berakhirnya kompetisi.
Persipura mungkin jadi tim yang benar-benar dirugikan dengan situasi tersebut. Puncaknya, mereka terdegradasi setelah hanya bisa finish di peringkat ke-16. Tim Mutiara Hitam pergi sebagai musafir dalam keadaan terpuruk bahkan harus terhempas dari Liga 1 untuk kali pertama.
Pulang ke Rumah
Setelah terdegradasi, Persipura akhirnya kembali pulang ke rumah, tapi tidak di Kota Jayapura. Mereka pindah ke Kabupaten Jayapura dan bermarkas di Stadion yang lebih besar, Stadion Lukas Enembe, stadion megah eks PON XX.
Manajemen Persipura memilih stadion tersebut sebagai markas baru dengan harapan dapat menyuntikkan spirit kembali ke Liga 1.
“Mudah-mudahan ini bisa menambah semangat kita. Walaupun memang kita tahu Stadion Mandala sudah punya atmosfer sendiri, tapi kita coba buat nanti Stadion Lukas Enembe ini atmosfernya baru. Jadi biar lawan-lawan di sini main agak gemetar,” kata pelatih tim Mutiara Hitam, Ricky Nelson.
Ricky bahkan menilai, terdegradasinya tim Mutiara Hitam dari Liga 1 salah satu faktornya karena tak bermain di rumah sendiri dalam waktu yang cukup lama.
“Mungkin itu salah satu faktor yang membuat Persipura terdegradasi ke Liga 2,” ujarnya.
Takdir akhirnya membawa tim Mutiara Hitam kembali ke rumah lawas mereka. Sabtu (1/10/22), Persipura akan menjadi tamu bagi saudara mudanya, Persewar Waropen di Stadion Mandala dalam laga lanjutan wilayah timur Liga 2 musim 2022/2023.
Ini merupakan sejarah baru dalam rivalitas klub sepak bola Papua. Dan juga hal yang baru bagi Persipura sebagai klub lawas dari Bumi Cenderawasih.
Stadion Mandala memang bukan milik pribadi klub Persipura, melainkan milik Pemerintah Provinsi Papua, termasuk hak pengelolaannya. Namun stadion tersebut telah menjadi saksi kejayaan tim Mutiara Hitam di pentas persepakbolaan Indonesia sejak dulu.
Persipura sangat melekat dengan Stadion Mandala, mereka sudah bermarkas di Stadion berkapasitas 30 ribu penonton itu sejak awal berdiri. Empat bintang di dada tim Mutiara Hitam bahkan tak terlepas dari magis Stadion Mandala.
“Ini adalah pertandingan langka, derby bersejarah bagi sepak bola Papua, kedua tim juga sedang berada di papan atas saling berjuang untuk promosi ke Liga 1,” kata Wakil Ketua Panpel Persewar yang juga mantan wartawan, Frits Ramandey. (*)