Jayapura, Jubi – Para mantan pemain Persipura Jayapura dari era 60-an, 70-an dan 80-an yang tergabung dalam Persipura Old Star turut memperingati hari jadi atau HUT Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang ke 92 tahun, tepat hari ini, Selasa (19/4/22).
Peringatan yang dilakukan secara sederhana oleh Persipura Old Star di Lapangan sepak bola Berg en dal, Argapura Bawah, itu sebagai bentuk sikap loyalitas terhadap federasi sepak bola tertinggi di Indonesia itu.
Mereka menyatakan, tetap mendukung segala bentuk keputusan yang dibuat oleh PSSI sesuai dengan aturan yang berlaku.
Mereka juga mengakui, degradasinya Persipura adalah murni dari kegagalan klub, meski tetap meminta harus ada perubahan dalam tubuh PSSI agar menjadi lebih baik ke depannya.
“Kami tetap menghormati PSSI dengan aturannya dan kami akui kesalahan kita itu adalah kegagalan kita bersama, begitu juga saat menang. Kami tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Kita tetap terima tapi tidak begitu saja, dan di HUT ke-92 ini kami minta harus ada pembenahan dalam PSSI untuk lebih baik,” kata salah satu legenda hidup Persipura era 70-an, Yafeth Sibi.
Baginya, ketiadaan Persipura di kompetisi Liga 1 seperti masakan tanpa garam. Akan berkurang daya tarik.
“Kalau tidak ada Persipura sama saja masakan tanpa garam. Pasti pahit. Jadi kita berharap Persipura bisa tetap eksis dan ada di kompetisi sepak bola Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Spiks Pulanda yang juga merupakan legenda Persipura era 70-an juga mendukung keputusan-keputusan yang dibuat oleh PSSI. Namun ia juga meminta agar ada evaluasi dalam PSSI untuk bisa lebih bersikap adil kepada semua klub, khususnya yang berkaitan dengan praktik sepak bola negatif atau sepak bola gajah.
“Kita sebagai mantan pemain Persipura menerima aturan yang sudah ada. Apapun yang diputuskan PSSI kita ikuti. Cuma kita minta kalau bisa dibenahi pengurus PSSI dan secara jeli melihat praktik-praktik negatif seperti sepak bola gajah, sebab di zaman kita dulu sudah banyak dan sampai sekarang belum hilang, itu yang harus dibenahi dulu. Sebab kalau begini terus kapan kita mau masuk Piala Dunia. Kita berharap PSSI di 92 tahun ini buat harapan baru buat semua klub sepak bola Indonesia,” ujar Pulanda.
Di kesempatan yang sama, Mettu Duaramuri, mantan pemain dan asisten pelatih Persipura itu mengatakan, HUT PSSI yang turut diperingati oleh pihaknya merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada PSSI sebagai induk sepak bola tertinggi di Indonesia.
Mettu bahkan menyebut bahwa sejak era 60-an hingga saat ini PSSI masih menghargai pesepakbola Papua yang selalu mendapatkan kepercayaan bermain di timnas Indonesia dalam berbagai kejuaraan.
“Kita pantas memperingati HUT PSSI ini karena kita-kita ini juga mantan pemain tim nasional. Dan PSSI sendiri selalu menggunakan jasa kami pemain-pemain Papua di timnas. Mulai dari era 60-an, 70-an, 80-an, 90-an sampai sekarang. Kita ini rata-rata mantan pemain timnas, ada banyak sekali,” kata Mettu.
“PSSI menghargai kita orang Papua makanya mereka selalu memanggil kita ke timnas. Mereka masih menginginkan kita orang Papua bermain untuk timnas Indonesia. Jadi tidak betul jika ada yang menyebutkan bahwa kita di anak tirikan, itu tidak benar,” tambahnya.
Ia pun mengungkapkan hal yang sama bahwa segala keputusan PSSI patut didukung dan diterima oleh semua klub selagi masih dalam koridor.
“Kita selalu menghormati PSSI sebagai federasi sepak bola tertinggi di Indonesia. Kami tetap mendukung PSSI apapun keputusannya,” pungkasnya. (*)