Jayapura, Jubi- Nomor punggung 10 terlama dipakai kaka Edu alias Eduar Ivakdalam el capitano Persipura selama 16 tahun dengan total 218 penampilan berjersey merah hitam. Memasuki Ligina ke II, adik kandung Carolino Ivakdalam ini diprecayakan sebagai el capitano Persipura.
Pemain kelahiran 19 Desember 1974 ini sejak membawa Persipura juara berpasangan dengan Marwal Iskandar, 2005-2006 selanjutnya dengan Gerald Pangkali dan Imanuel Wanggai serta David Darocha bawa Persipura juara Indonesia Super League 2008-2009. Tak bertahan lama posisi Eduard Ivakdalam akhirnyaya digantikan oleh Zah Rahan. Pemain asal Liberia ini juga berperan sebagai playmaker menggantikan peran Eduard Ivakdalam.
Peran Zah Rahan semakin kuat didukung pula oleh Gerald Pangkali, Imanuel Wanggai, Ian Luis Kabes dan Lim Jun Sik. Walau pun tim Mutiara Hitam waktu itu memilki striker berbahaya seperti Boaz T Solossa, Beto Gonzalves, Ernest Jeremiang. Peran lini tengah sangat menentukan karena variasi serangg tim Mutiara Hitam berada di sector lini tengah dan sekali kali mengandalkan kedua wing bek kiri maupun kanan.
Tak heran kalau Persipura selalu bermain dengan variasi serangan dari lini tengah, gol-gol yang dicetak selalu berawal dari satu dua sentuhan (one two tauch) dan passing serta teknik yang indah dalam bermain tanpa sentuhan badan.
Kepergian Zah Rahan, tak membuat lini tengah Persipura kekurangan kreasi, hadir pula pemain tengah asal Argentinga Robertino Pugliara juga mengenakan nomor 10. Dia bahkan berpasangan dengan Nelson Alom yang telah menggantikan peran gelandang pengangkut air asal Korea Selatan Lim Jun Sik. Peran Pugliara di lini tengah bukan hanya sebagai pengatur serangan tetapi juga bisa mencetak gol. Kelebihan banyak pemain tengah mulai dari Pugliara, Ian Luis Kabes, Nelson Alom, Imanuel Wanggai, Gerald Pangkali membuat pelatih mampu meracik strategi dan taktik.
Ricardo Salampessy sendiri mengakui kalau Imanuel Wanggai adalah gelandang serba bisa, mampu mengatur serangan dan juga bertahan dengan baik. “Bagi saya Imanuel Wanggai salah satu gelandang modern Persipuira yang bisa bertahan maupun serang,” kata Salampessy mengomentari kelebihan rekan sekamar sewaktu Dai Manu masih memperkuat tim Mutiara Hitam.
Peran lini tengah Persipura dan nomor 10 mulai hilang saat Robertino Pugliara meninggalkan Persipura. Bahkan setelah Persipura juara Torabika Soccer Championship 2016 maka bersamaan dengan itu pula prestasi mulai menurun. Apalagi usai juara delapan pemain Persipura hengkang ke Persebaya, generasi Nelson Alom, Ferinando Pahabol, Osvaldo Chaay termasuk Ruben Sanadi semua ikut pelatih Angela Alredo Vera perkuat Persebaya.
Sejak itu pula tak ada lagi nomor 10 dan 9, nomor 10 erat kaitannya dengan Eduard, Zah Rahan dengan Robertino Pugiliara sedangkan nomor 9 mungkin milik Beto Gonzalves. Akankah warisan nomor 10 dan 9 akan dipakai lagi? Siapa pemain yang pantas? Persipura saat ini punya pemain tengah Yan Piet Nasadit, Patrick Womsiwor,M Tahir, Syaiful Indra Cahya, Ramai Melvin Rukakiek dan Ian Luis Kabes.
Sayangnya peran lini tengah belum mampu memainkan peran pengatur serangan ketika masih diperankan Edauard Ivakdalam, Zah Rahan dan Robertino Pugliara. Jelas variasai serangan dan sentuhan satu dua jelas dimainkan dari lini tengah baru berkembang ke dua wing bek kiri maupun kanan. Selama karakter Mutiara Hitam belum kembali dengan peran lini tengah tentunya jangan terlalu berharap banyak. Padahal peran pemain muda seperti Alfons Migau dan juga Yan Piet Nasadit bisa dimaksimalkan kemungkinan besar permain cepat Persipura bisa kembali. Semoga ada nomor sembilan dan 10 yang tepat dan cepat buat tim Mutiara Hitam di Liga 2. (*)