Jayapura, Jubi – Pelatih Persipura Jayapura, Ricky Nelson turut berempati dan berbelasungkawa atas tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menelan korban meninggal dunia hingga 131 orang usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/22) lalu.
Pelatih asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu menyesalkan insiden tersebut. Sebagai pelaku sepak bola, Ricky turut berduka cita sedalam-dalamnya.
“Saya pribadi menyampaikan belasungkawa sebesar-besarnya atas insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan,” kata Ricky kepada awak media Jubi, Senin (3/10/22).
Eks pelatih Sulut United itu menegaskan, sepak bola hanyalah sebuah permainan, dan tidak lebih besar dari fanatisme belaka.
“Pendapat saya jelas bahwa sepak bola hanyalah permainan, tetapi jujur saja bahwa kita sudah terlalu terbawa bahwa sepak bola ini adalah hidup dan mati, sepak bola melebihi agama, nah ini yang harus kembali direnungkan bahwa sepak bola hanyalah sebuah permainan. Memang dalam sebuah permainan itu ada hasil menang, seri dan kalah,” ujar Ricky.
“Tapi seharusnya kita sadar bahwa itu adalah permainan, kalau pun kita kalah hari ini yah masih ada hari esok untuk menang kembali. Jadi tidak harus berpikir bahwa setiap tahun kita harus menang dan juara, tidak begitu, kita harus sadar bahwa di sepak bola luar negeri itu sepak bola hanya sebuah hiburan, tidaklah merupakan sebuah hal yang melebihi apa pun sehingga kita harus mempertaruhkan nyawa kita untuk sebuah kemenangan dan fanatisme yang tidak ada untungnya,” sambungnya.
Ricky berharap supporter sepak bola Indonesia bisa lebih bersikap dewasa dan menjadikan insiden tersebut sebagai pelajaran berharga, bahwa sepak bola tak lebih dari sebuah permainan. Menurutnya, aksi tidak terpuji atau anarkisme hanya akan menimbulkan kerugian untuk diri sendiri dan juga orang lain.
“Jadi kepada semua suporter semoga bisa menyadari bahwa dalam pertandingan sepak bola itu ada menang, seri dan kalah, dan itu semua tidak bisa dihindarkan, karena semua pemain dan pelatih pasti sudah berusaha. Dan itu wajar-wajar saja, tidak perlu diekspresikan dengan sebuah hal yang tidak baik, anarkis dan menimbulkan kerugian. Sangat disayangkan sekali,” Ricky.
Berdasarkan data terakhir, Minggu (2/10/22) sore, Dinas Kesehatan Malang, korban yang dinyatakan meninggal dunia berjumlah 131 orang.
Seperti diketahui, insiden Kanjuruhan pecah usai pertandingan Arema FC vs Persebaya yang berkesudahan dengan skor kemenangan 2-3 untuk tim tamu. Dikabarkan, banyaknya korban meninggal akibat berdesak-desakan mencari pintu keluar stadion untuk menghindari tembakan gas air mata. Insiden tersebut mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Indonesia, hingga otoritas sepak bola dunia. (*)