Jayapura, Jubi – Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Papua belum mau mendukung digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI seperti yang direkomendasikan oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan.
Menurut Wakil Ketua Umum Asprov PSSI Papua, Rocky Bebena, pelaksanaan KLB PSSI saat ini dirasa belum tepat.
Pasalnya, kompetisi Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 sudah berjalan, namun belum ada kepastian kapan akan kembali dilanjutkan pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
“Kita belum berpikir ke arah KLB karena kita kan lagi sementara jalankan kompetisi jadi di tengah situasi seperti ini kalau jadi dilaksanakan kan akan menghentikan semua proses,” kata Rocky kepada wartawan di Jayapura, Jumat (28/10/22).
Rocky menyebut kalau KLB jadi digelar, itu akan memakan waktu yang tak sebentar, karena harus melewati beberapa tahapan.
“Soal urgensi kan kembali ke voter, kalau kita bilang tidak tapi yang lain iya, kan belum tentu semua sama suaranya. Hampir 75 suara, kalau satu voter bilang tidak dan 74 voter bilang iya, mau bagaimana. Jangankan 74 suara yang bilang iya, 2 per 3 suara saja itu sudah bisa,” ujarnya.
“Tapi kan tahapannya tidak langsung hari itu juga. Karena ada tiga bulan lagi, harus ada dibentuk lagi komite pemilihannya, komite banding pemilihannya, tahapan itu harus dilalui dulu. Dan tidak serta merta juga bisa berubah langsung. Ada proses pencalonan, pendaftaran dan agak panjang. Kalau sekarang dilakukan yah paling Maret baru bisa jadi. Ini kompetisi terkatung-katung siapa yang nantinya akan bertanggung jawab,” tambahnya.
Kompetisi sepak bola Indonesia diwacanakan akan digelar kembali setelah PSSI melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB). Hal tersebut sesuai rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
TGIPF meminta kepada Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, agar kompetisi sepak bola Indonesia harus digelar setelah pelaksanaan KLB PSSI.
TGIPF meminta PSSI untuk segera menggelar KLB karena menilai Ketua Umum PSSI dan jajaran pengurusnya sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Menanggapi kabar itu, pelatih Persipura Jayapura, Ricky Nelson, mengaku sedikit kecewa. Pasalnya, ia beranggapan jika persoalan sepak bola Indonesia kini sudah berbau politik.
Ia juga mengaku, kompetisi yang belum ada kejelasan kapan akan kembali dilanjutkan membuat para pemain, pihak klub, dan pelaku sepak bola menjadi jenuh.
“Pastinya kita jenuh dan berdampak pada seluruh pemain, karena kalau menunggu itu kompetisi akan jadi tambah panjang jedanya. Ini dari tragedi kematian malah jadi proses politik jadinya. Harusnya kita masih berduka dengan tragedi itu, tapi setelah lewat, luka selesai harusnya kita mulai lagi. Tapi malah muncul dengan kegiatan yang bisa dibilang berbau politik. Nah, ini yang menjadi kendala jadi jujur saja ini bukan soal duka lagi, tapi malah bergeser ke politik,” keluh Ricky Nelson. (*)