Jayapura, Jubi – Ketidakpastian tentang kelanjutan kompetisi sepak bola Indonesia kian meresahkan. Hampir empat pekan sudah kompetisi terhenti, baik Liga 1, Liga 2 hingga Liga 3. Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Papua pun ikut berkomentar.
Asprov PSSI Papua melalui Wakil Ketua Umumnya, Rocky Bebena mengeluhkan status kompetisi sepak bola Indonesia yang tak ada kepastian kapan akan kembali dilanjutkan.
Ia pun berharap agar secepatnya otoritas tertinggi sepak bola Indonesia maupun operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengambil keputusan untuk menggulirkan kembali kompetisi yang sudah cukup lama terhenti.
“Tim kontestan sudah terkatung-katung agak lama karena kompetisi terhenti. Jadi kalau bisa agak cepat ada keputusan dari PSSI, memang sudah ada surat dari PSSI bahwa kompetisi Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 ditunda sampai waktu yang belum ada kepastian. Entah bulan ini atau bulan depan, kita masih menunggu soal itu,” kata Rocky kepada wartawan di Jayapura, Papua, Jumat (28/10/22).
Menurutnya, kompetisi digelar lebih cepat akan lebih bagus. Pasalnya sudah separuh jalan dan harus segera dituntaskan. Ia menyayangkan, akibat pemberhentian kompetisi, klub kontestan Liga 3 Zona Papua terpaksa harus kembali ke daerah asal.
“Mudah-mudahan lebih cepat lebih bagus, karena ada tim Liga 3 kita yang sudah kembali ke daerahnya, dan ada yang di sini juga, mereka juga kasihan ongkosnya jalan terus. Sampai saat ini kami masih jalankan apa yang masih masuk dalam kalender federasi,” katanya.
Sebelumnya, Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Papua menyatakan belum mau mendukung digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI seperti yang direkomendasikan oleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan.
Menurut Wakil Ketua Umum Asprov PSSI Papua, Rocky Bebena, pelaksanaan KLB PSSI saat ini dirasa belum tepat.
Pasalnya, kompetisi Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 sudah berjalan, namun belum ada kepastian kapan akan kembali dilanjutkan pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
“Kita belum berpikir ke arah KLB karena kita kan lagi sementara jalankan kompetisi jadi di tengah situasi seperti ini kalau jadi dilaksanakan kan akan menghentikan semua proses,” kata Rocky.
Rocky menyebut, kalau KLB jadi digelar, itu akan memakan waktu yang tak sebentar, karena harus melewati beberapa tahapan.
“Harus ada dibentuk lagi komite pemilihannya, komite banding pemilihannya, tahapan itu harus dilalui dulu. Dan tidak serta merta juga bisa merubah langsung. Ada proses pencalonan, pendaftaran dan agak panjang. Kalau sekarang dilakukan yah paling Maret baru bisa jadi. Ini kompetisi terkatung-katung siapa yang nantinya akan bertanggungjawab,” katanya. (*)