Jakarta, Jubi – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek bakal memulangkan sembilan kerangka manusia di Biak Numfor. Berdasarkan temuan Tim Teknis Gabungan Indonesia-Jepang, tulang-belulang itu diduga kuat merupakan kerangka tentara Jepang semasa Perang Dunia II.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan sembilan kerangka tersebut akan dikaji dan diidentifikasi terlebih dahulu oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Tujuan pengidentifikasian untuk memastikan asal-usul kerangka.
“BRIN bersama pihak Jepang akan melakukan pemeriksaan DNA [informasi genetik], untuk mengonfirmasi asal-usul kerangka. Setelah itu, [kerangka] dikembalikan lagi ke Biak Numfor. Perjanjiannya begitu,” kata Hilman, Jumat (28/6/2024).
Tim Teknis Gabungan Indonesia-Jepang dibentuk sebagai tindak lanjut perjanjian kedua negara pada 25 Juni 2019. Perjanjian itu menyepakati ekskavasi, koleksi, serta repatriasi kerangka tentara Jepang yang tewas pada perang dunia kedua di Papua, dan Papua Barat. Perjanjian tersebut kemudian diperpanjang pada 21 Juni 2022 sehingga berlaku sampai 24 Juni 2025.
Tim Teknis Gabungan Indonesia-Jepang mengeksplorasi jejak peninggalan Jepang saat Perang Dunia II di Pulau Biak pada 20–30 Mei lalu. Dalam eksplorasi itu, mereka menemukan sembilan kerangka yang diduga kuat merupakan balatentara Jepang.
“Proses menuju repatriasi sudah dijalankan sejak 2019. Setelah ini, proses repatriasi terhadap sembilan kerangka menjadi tanggung jawab kami [Kemendikbudristek],” ujar Hilman.
Dia melanjutkan mereka masih mendiskusikan perihal repatriasi atau pemulangan kerangka dengan Pemerintah Jepang. Namun, kemungkinan besar sembilan kerangka tersebut akan tetap berada di Biak Numfor.
“Ada banyak metode repatriasi. Salah satunya ialah resolusi, yakni membiarkan [peninggalan bersejarah] di tempatnya semula. Di sejumlah negara, banyak tentara asing dimakamkan di sana sehingga [jenazahnya] tidak mesti selalu dikembalikan [ke negara asal],” kata Hilman.
Staf Ahli Bupati Biak Numfor, Fransisco Olla mengatakan penemuan sembilan kerangka yang diduga kuat tentara Jepang dapat menjadi daya tarik wisata. Ada nilai sejarah, dan ikatan emosional, terutama bagi wisatawan Jepang terhadap peninggalan tersebut.
“Kurang lebih 3.000 tentara Jepang tewas di Goa Jepang [sewaktu Perang Dunia II]. Kami berharap penemuan tulang-belulang yang diduga tentara Jepang dapat menjadi salah satu pengungkit pariwisata di Biak Numfor,” kata Olla.
Hilman juga berharap serupa. Menurutnya, keberadaan kerangka tersebut dapat menjadi narasi sejarah buat generasi penerus.
“Jadi, [wisatawan Jepang] bukan hanya mau melihat tulang-belulang leluhur. Namun, mereka datang untuk belajar sehingga mengerti dampak Perang Dunia II ternyata begitu hebat, sampai ke daerah sangat terpencil,” kata Hilman.
Discussion about this post